Wanita Pengganti Idaman William - Bab 454 Wanita Ini Minta Dihajar

Keesokan harinya, Jeanne terbangun dari mabuknya, dia memijat kepalanya yang sakit sambil turun dari ranjang, melihat William yang tidak berada dikamar, ia merasa sangat lega.

Meskipun ia mabuk sampai tidak mengingat apapun, namun ada beberapa hal yang ia ingat, dan ini membuatnya malu jika bertemu dengan William.

Terutama takut William menanyakan ucapan yang tidak sengaja ia katakan.

Setelah ia selesai mandi, rasanya sudah cukup segar dan sadar.

Dia berencana merapikan sisa semalam yang berantakan.

Tentu saja ia tidak mengelak jika ini semua ia lakukan untuk menunda-nunda waktu.

Ia berpikir jika ia turun agak telat maka tidak perlu menghadapi William.

Namun siapa sangka surat penjanjian yang ia letakkan diatas meja sudah tidak ada.

Dia tercengang, namun ia tidak berpikir terlalu banyak, ia mengira kalau dokumennya sudah disimpannya.

Setelah 10 menit, dia merasa kurang lebih sudah waktunya, meja juga sudah dirapikan, lalu keluar dari kamar dan turun kebawah.

Lalu melihat orang yang seharusnya sudah berangkat malah masuk duduk diruang tamu.

“Kenapa kamu belum ke kantor?”

Jeanne bertanya dengan bingung, dalam ucapannya juga ada nada resah.

William juga bisa mendengarnya, ia tahu Jeanne takut ia menanyakan masalah semalam.

Karena ia tahu meskipun ia bertanya pun tidak akan mendapatkan jawabannya, sehingga ia memilih untuk tidak bertanya.

“Kamu masih belum bangun, lalu semalam juga minum begitu banyak, aku tidak tenang sehingga ingin menunggumu bangun baru berangkat.”

Dia berkata sambil menunjuk sup penghilang mabuk diatas meja dan menyuruh Jeanne untuk meminumnya.

Mendengar ucapannya Jeanne merasa sangat bersalah.

Agar William tidak menyadari ada sesuatu yang berbeda darinya, setelah duduk ia menggunakan kesempatan meminum sup untuk menutupi wajahnya.

Namun ekspresi yang ingin ia tutupi dari William malah terlihat begitu jelas dimata William.

Namun ia malah salah sangka mengira Jeanne seperti itu karena masalah kerja sama.

Setelah semalam, ia akhirnya mengerti apa yang Jeanne khawatirkan.

Ia salah sangka mengira Jeanne merasa jika menyuruh William menandatangani kontrak, hanya akan membuat keluarga Julian mengambil keuntungan dari keluarga Sunarya.

Setelah dipikir-pikir, agar tidak membuat suasana hati Jeanne terpengaruh oleh masalah ini, ia membahas masalah kerja sama dengan inisiatifnya sendiri.

“Semalam setelah kamu tertidur, aku melihat dokumen diatas mejamu, itu pasti dokumen yang diserahkan oleh ayahmu bukan?”

Meskipun ia menggunakan kalimat tanya, namun ucapannya dipenuhi dengan nada yakin.

Dan Jeanne dibuat mengangkat kepala karena kaget.

Ternyata dokumen itu bukan ia simpan, melainkan dibawa oleh William.

Dia mengetatkan bibir, tidak tahu harus mengatakan apa, terdiam cukup lama namun tidak ada satu katapun yang diucapkan.

William juga tidak peduli, lalu berkata lagi : “Tempat yang harus aku tanda tangani sudah kutanda tangani, aku sudah menyimpan satu rangkap, satu rangkap lainnya aku letakkan di ruang kerjaku, nanti jika ayahmu datang untuk memintanya, kamu bisa mengambilkan untuknya.”

Begitu ucapannya keluar, ekspresi Jeanne sudah tidak bisa diungkapkan lagi dengan istilah kaget.

“Kenapa kamu menandatanganinya? Aku belum bilang juga belum memeriksanya.”

“Tidak masalah, aku sudah meminta Hans untuk menyelidikinya dulu, menandatangani kontrak ini tidak ada ruginya untuk Sunarya Group.”

Mendengar ucapan ini, Jeanne tercengang menatap William.

William tahu dia belum memahaminya, sehingga mau tidak mau ia menjelaskannya dengan detail pada Jeanne.

“Kamu tahu kalau pebisnis mementingkan keuntungan, rencana yang ditawarkan dalam kontrak ini terlihat lumayan, jika ada keuntungan yang bisa didapatkan, kenapa tidak menyetujuinya, dan lagi begitu aku menandatangani, kamu juga tidak akan merasa kesulitan dihadapan ayahmu, aku tidak ingin ketika aku pulang kerja di malam hari disambut oleh seorang pemabuk.”

Tadinya Jeanne merasa tersentuh oleh ucapannya, namun kalimat terakhirnya membuatnya merasa begitu canggung.

“Terima kasih…..”

Dia menahan wajah yang memerah dan mengucapkan terima kasih.

Ketika William mendengarnya, ia menatap Jeanne dengan begitu dalam.

Jeanne ditatapnya sampai merasa tidak nyaman, mengira ia sedang menunggunya menjelaskan kejadian semalam, ketika ia berencana mencari alasan untuk menutupinya, ia mendengar ucapan yang terdengar begitu lembut.

“Aku sudah mengatakannya, kita adalah suami istri, tidak perlu berterima kasih untuk hal apapun.”

Jeanne tercengang, ada rasa hangat yang mengalir dihatinya.

Lalu keduanya mengobrol dengan santai sesaat, lalu mengantar William pergi dengan tatapannya, dan dia juga merasa lebih tenang sekarang.

Karena William akhirnya tidak menanyakan ucapannya yang ngelantur tadi malam

Tentu saja, mungkin saja dia mengira ucapannya hanya ucapan seorang pemabuk yang tidak tahu apa-apa sehingga tidak memikirkannya lagi.

Intinya bukan hal yang buruk.

……

Di sisi lain, William ke kantor.

Hans sudah menunggunya didepan pintu lobby sejak pagi.

Setelah melihat William, ia segera menyapa dan melaporkan jadwal hari ini.

Ketika keduanya tiba dikantor, jadwal yang dilaporkan kurang lebih sudah selesai diberitahukan.

“Undur rapat jam 2, rubah janji dengan Hermes menjadi lebih awal.”

William berjalan ke meja kerjanya, menyiapkan perlengkapan yang akan dipakai sambil berpesan.

“Baik!”

Hans menerima perintah lalu mulai mencatat perubahan jadwal.

Urusan yang perlu diurus William juga sudah hampir selesai dikerjakan, lalu ia melihat surat perjanjian yang ia bawa dari rumah.

“Surat kontrak ini kamu bawa dan uruslah, carikan sebuah kantor cabang untuk mengurusnya.”

Hans menerimanya dengan heran, lalu teringat kontrak yang minta diperiksa oleh Presdirnya semalam.

Dia melihat tanda tangan yang dibubuhkan oleh William diatasnya, langsung bertanya : “Kontrak itu ditujukan untuk kantor pusat atau kantor cabang?”

William merasa sedikit curiga, ia tahu Julian merupakan seekor rubah tua, tidak mungkin memberikannya keuntungan seperti ini dengan cuma-Cuma, ia berkata dengan penuh kewaspadaan : “Untuk nama tertulis kantor pusat, namun pihak perusahaan itu sebaiknya jangan sampai berurusan dengan pihak kantor pusat.”

Ketika Hans mendengar ini, matanya langsung membelalak dengan besar, perasaan curiga dalam hatinya semakin besar.

William melihat ini juga tidak menjelaskan apapun, ia lanjut berpesan : “Masalah ini harus dikerjakan dengan rapi, jangan sampai bocor rahasianya dan membuat orang mendapatkan celah.”

Sekarang Hans semakin bingung, namun ia tidak ingin banyak bertanya.

Apapun yang diatur oleh Presdirnya pasti ada maksud didalamnya.

Disaat yang bersamaan Jeanne juga mengambil surat kontrak yang sudah di tandatangani.

Dia berencana menyerahkannya lebih awal pada Julian agar masalah ini cepat selesai.

Julian mengetahui kalau kontrak sudah ditandatangani, ia tidak meminta Jeanne mengantarkannya, melainkan mengutus orang untuk datang mengambilnya.

Bahasa halusnya sih tidak ingin merepotkan Jeanne, namun Jeanne tahu jelas kalau Julian tidak mau bertemu dengannya.

Tentu saja Jeanne juga tidak ingin bertemu dengannya.

Setelah surat kontraknya diberikan, dia juga bisa merasa lebih tenang, ia hanya berharap semoga tidak ada masalah yang mengintainya dibelakang.

Sayangnya apa yang dibayangkan tidak seindah kenyataan.

Begitu Julian mendapatkan surat kontrak, ia langsung pergi mencari Jessy.

“Aku sudah mengatakan kalau Jeanne itu wanita yang kurang dihajar, tidak perlu lagi bermurah hati padanya, dengan begitu bisa mengurangi hal yang merepotkan.”

Jessy membalik surat perjanjian yang sudah ditandatangani, tatapannya penuh dengan aura dingin.

Julian juga mengerti apa yang ia katakan, ia mengangguk : “Sebelumnya aku sempat ditakuti olehnya, tenang saja, berikutnya aku akan membereskannya.”

Jessy mendengar ucapannya, tidak menjawab lagi, melainkan bangkit lalu berjalan ke lantai atas.

“ayah, kamu duduklah sebentar, aku akan melapor pada Tuan dulu untuk menanyakan langkah berikutnya.”

Julian mengangguk, duduk di ruang tamu sambil menunggu kabar.

Tidak sampai setengah jam, Jessy sudah kembali muncul di koridor lantai atas.

Ketika Julian melihatnya, segera bertanya : “Bagaimana, berikutnya apa yang harus kita lakukan?”

“Bos memintaku untuk mencari tahu tentang Sunarya Group, jika kontrak ini bersangkutan dengan Group Sunarya, kita bisa mengutus orang untuk membuat janji dan menandatangani perjanjian yang formalnya.”

Novel Terkait

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu