Wanita Pengganti Idaman William - Bab 191 Dia Sayang Dengannya

Malam dilalui dengan tenang tanpa terjadi apa-apa.

Keesokan harinya, Jeanne merasakan gerakan di sebelahnya, dia pun ikut terbangun dalam keadaan linglung.

Hanya melalui istirahat semalaman, luka di tubuhnya tidak hanya tidak membaik, sebaliknya malah semakin sakit, rasa sakit yang tak tahan membuatnya menarik napas dingin.

“Jangan sok kuat kalau tubuhmu tidak sanggup, hari ini istirahat di rumah saja.”

William kebetulan melihatnya, berkata untuk menghentikannya.

Jeanne menggelengkan kepala: “Sudahlah, sekarang baru saja agak baikan dengan Sumi, kalau tidak pergi, dia malah akan memanfaatkan ini untuk menjadi-jadi lagi.”

William mengerutkan kening, melihat dia bertahan hingga menatapnya tajam, bersikeras berkata: “tidak, tidak ada bedanya kamu bekerja di rumah, aku akan mengurus pihak perusahaan.”

Mendengarkan ini, Jeanne melihatnya dengan bengong.

Melihat mata William memancarkan sinar yang tak terbantahkan, dirinya tahu bahwa dia sayang pada dirinya, hatinya terasa manis.

“Baiklah, kalau begitu aku serahkan padamu.”

Dia pun kembali ke tempat tidur lagi, melihat William dengan wajah tersenyum.

William mengangguk, kemudian setelah berpakaian, dia pun turun untuk sarapan.

Setelah menunggunya pergi, Jeanne berbaring di tempat tidur dan istirahat sebentar, lalu pun bangkit dan mandi.

Kemudian, dia melihat sinar matahari di luar lumayan bagus, dia pun menyuruh pelayan memindahkan alat-alatnya ke taman, berencana untuk melewati hari ini di taman.

Tidak tahu bagaimana cara William mengurusnya, dia baru saja selesai bersiap-siap, Sumi mulai menghubunginya melalui sosial media, melanjutkan pekerjaan yang belum diselesaikan kemarin.

Dengan diskusi mereka, tanpa sadar Jeanne pun perlahan masuk dalam kesibukan.

Malah tidak tahu bahwa ada orang yang memperhatikannya setiap gerak-geriknya.

Sierra yang tidak tahu sejak kapan sudah berdiri di tempat yang tidak jauh darinya, melihatnya dengan mata yang bersinar cahaya aneh.

Jeanne sama sekali tidak tahu, dia sangat fokus dengan kerjaan di tangannya.

Entah sibuk berapa lama, barulah dia sampai pada akhir penyelesaian.

Saat dia ingin merenggangkan pinggangnya dengan malas, terlihat Sierra yang berdiri tidak jauh darinya, dia pun terbengong sejenak.

“Nona Sierra, sejak kapan kamu datang?”

Mendengarkan ini, Sierra menarik kembali pandangannya yang sedang menilai Jeanne, melangkah mendekatinya dengan gerakan yang elegan.

“Barusan datang, melihat kamu sedang sibuk, aku tidak mau mengganggu.”

Dia tidak mengatakan bahwa dia sudah datang lama, tersenyum dan matanya melintas ke meja kerja Jeanne.

“Nona Jessy, sudah selesai menggambar?”

Jeanne mengangguk dan berkata: “hampir, hanya tinggal mewarnai saja.”

Sierra mengangguk dengan memikirkan sesuatu, lalu melihat konsep desain yang ada di atas meja, berkata dengan tersenyum: “tidak heran mengapa William begitu memandang tinggi nona, Nona Jessy memang terampil di bidang ini, konsep desain ini hanya sekedar melihat sudah membuat aku tidak sabar untuk mempunyai baju seperti ini, sangat cantik.”

Dia memuji, tapi malah membuat Jeanne merasa aneh.

Seolah-olah ketertarikan William padanya adalah karena kemampuannya dalam kerja.

Tapi Sierra berkata dengan sangat sopan, ini membuat Jeanne tidak tahan untuk berpikir lagi, apakah dirinya yang berpikir terlalu banyak?

Dia melihat Sierra dengan ragu-ragu, tersenyum tipis: “Nona Sierra terlalu meninggikan, mendengar perkataanmu, tampaknya kamu sangat mengerti William, sepertinya kalian mungkin sudah kenal sangat lama?”

Mendengarkan ini, Sierra termenung sejenak.

Mungkin dia tidak menyangka bahwa Jeanne bisa begitu sensitif.

Namun, dia tidak bermaksud untuk memberi penjelasan, sebaliknya malah dengan maksud tidak jelas mengatakan: “Lumayan, kita tumbuh besar bersama sejak kecil, kalau kata orang luar maka disebut pasangan kembar, lalu sekolah di universitas yang sama di luar negeri.” Habis bicara, seperti tidak terlihat raut wajah Jeanne yang berubah, Sierra tersenyum dan lanjut berkata: “Mungkin kamu tidak akan menyangka, pada masa kuliah, sikap William lebih suka menyendiri daripada sekarang, tidak ada teman yang diajak ngobrol, saat itu, aku adalah satu-satunya yang bisa mengobrol dengannya”

Dia tampak sedang dengan santai menceritakan masa lalu William, tetapi sebenarnya adalah memamerkan semua ini pada Jeanne secara tak langsung, masa lalu yang tidak diisi oleh dirinya.

Jeanne pastinya juga sudah merasakannya, meskipun hati sangat tidak nyaman, tetapi dia juga tidak mengekspresikannya.

Karena bagaimanapun dia juga hanya menceritakan itu dengan identitas sebagai teman, perkataannya juga sopan, jika Jeanne melawannya, malah akan terlihat berhati sempit.

“Iyakah? Aku masih mengira, melihat ketampanan William, mestinya merupakan orang yang berpengaruh di dalam sekolah, pastinya ada banyak kakak dan adik kelas perempuan yang diam-diam menyukainya.”

Jeanne menjawab dengan senyum, respons Sierra sepertinya tertarik dengan perkataannya, mulai menceritakan masa sekolah mereka.

“Yang dikatakan nona Jessy tidak salah, saat itu, walaupun William suka menyendiri, tapi orang yang menyukainya tidak pernah sedikit, aku ingat saat itu juga terjadi tidak sedikit masalah.”

Sierra seperti teringat sesuatu yang menarik, tiba-tiba tertawa.

“Aku ingat saat itu ada seorang kakak kelas perempuan yang sangat berani, menyatakan cinta pada William tanpa takut aura dingin yang terpancar dari tubuh William, tebak apa yang terjadi di akhir?”

Sambil bicara sendiri, dia juga tidak lupa menarik Jeanne ke dalam pembicaraan.

Jeanne melihat senyuman di wajahnya, kejengkelan di hati semakin menumpuk, tapi malah tidak boleh tidak mempertahankan senyuman.

“Kenapa?”

Dia secara naluriah menjawab.

“Bocah William itu, menolak pernyataan cinta dari kakak kelas itu, parahnya adalah, untuk menghindari kejadian semacam ini kedepannya, dia malah mencari wali kelasnya pada saat itu, mengatakan bahwa kakak kelas itu mempengaruhi waktu belajarnya, membuat kakak kelas itu diberi skors berat, sejak itu pun tidak ada orang di sekolah yang berani menyatakan cinta padanya lagi, takut akan diberi skors.”

Setelah mendengar ini, mata Jeanne terpintas kekagetan.

Boleh dikatakan bahwa akhir cerita ini, dia sama sekali tidak menyangkanya.

Seketika dia pun merasa canggung, tertawa tidak, menangis juga tidak, sedangkan Sierra malah mengeluh di sampingnya.

“Sekarang waktu sudah berlalu, tidak sangka pria yang dulunya tidak mengerti percintaan, sekarang juga sudah tahu menyayangi orang.”

Mendengar perkataan ini, Jeanne tidak tahu maksudnya, hanya tetap diam dan mendengarkan dengan tenang.

Melihat dia tidak berbicara, mata Sierra berkilau, meminta maaf: “Nona Jessy, maaf, aku kadang kalau merasa tertarik, suka membahas masa lalu, kalau tadi membuatmu tidak nyaman, kamu jangan peduli ya.”

Selesai mendengar perkataannya, hati Jeanne merasakan ketidaknyamanan.

Apakah suka membahas masa lalu, atau suka menceritakan masa lalu yang berkaitan dengan William, kiranya hanya dia sendiri yang tahu.

Dia berbicara dalam hati, tetapi wajahnya malah tersenyum dan berkata: "Tidak apa-apa, apa yang dikatakan nona Sierra tadi kebetulan juga menerangkan lebih jelas dengan masa lalu William, dengan begitu aku harus mengucapkan terima kasih kepada nona Sierra, jika bukan pemberitahuan dari nona Sierra, aku bahkan tidak tahu bahwa William memiliki masa lalu yang begitu indah. "

Sierra melihatnya bersikap seperti biasa, mengerutkan kening tanpa meninggalkan jejak, segera tersenyum: "Asalkan kamu jangan marah, sudah, kita tidak ngobrol lagi, aku juga sudah mengganggumu cukup lama, kamu teruskan kerjaanmu."

Selesai berkata, dia berdiri dan hendak pergi.

Jeanne juga tidak mempertahankannya, setelah melihatnya pergi, barulah kembali ke tempat duduk semula, saat bersamaan raut mukanya juga berubah menjadi buruk.

Meskipun Sierra selalu secara tidak sengaja menunjukkan keakrabannya dengan William, dan juga berkata hanya sekedar teman, tapi Jeanne selalu merasakan bahaya yang tidak dapat dijelaskan.

Belum menunggunya tenang, telinga tiba-tiba terdengar tawa sinis.

“Huh, Jessy, sejak kapan emosimu menjadi begitu baik, suami dinantikan oleh orang hingga begitu terang-terangan, kamu tetap tidak marah, bukankah tidak mirip dengan kamu?”

Mendengar suara ini, Jeanne secara naluriah memutar kepala, terlihat Marina yang berjalan keluar dari koridor.

Novel Terkait

Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu