Wanita Pengganti Idaman William - Bab 274 Tidak Benar-Benar Melindunginya (2)

Pagi berikutnya, Jeanne dan William bangun untuk mencuci muka dan makan bersama.

Selama makan, mereka mengobrol tentang pekerjaan mereka, dan kemudian William pergi ke perusahaan.

Jeanne tidak ingin pergi ke perusahaan karena tidak mau membuat masalah dengan Celica, jadi dia hanya di rumah dan bekerja.

Moli tetap tinggal untuk melindunginya.

Dalam hal ini, Jeanne tetap di kamar untuk membuat desain.

Baru pada siang hari dia keluar untuk makan.

Tepat ketika dia selesai makan dan siap untuk kembali bekerja, pengurus rumah tangga bergegas datang kepadanya.

"Nyonya Muda, Kakek David minta aku menyampaikan pesan untuk anda, kakek ingin mengundang anda kesana untuk minum teh, tempatnya di Paviliun kebun belakang."

Jeanne terkejut karena dia tidak menyangka orang tua itu akan mencarinya.

Tetapi berpikir bahwa dia mungkin sudah lama tidak mengunjungi lelaki tua itu, dia mengangguk dan setuju.

"Tolong beri tahu kakek kalau akan mengganti pakaian dulu dan segera kesana."

Pengurus rumah mengangguk dan berbalik.

Jeanne juga langsung kembali ke kamar dan berganti pakaian layak sebelum menuju ke taman.

Moli menatap Jeanne yang memakai gaun, seolah-olah dia adalah seorang peri, dengan kecemburuan melintas di matanya.

Karena dia tidak pernah memakai itu.

Jeanne tidak tahu apa yang dipikirkannya dan terbiasa dengan tatapan dingginya dan mengabaikannya.

Setelah mereka tiba di paviliun taman, mereka melihat bahwa kakek David udah duduk di paviliun.

Kakek David hari ini mengenakan jas putih dengan kemeja panjang. Terlihat sangat lembut dan cerah.

"Kakek!"

Jeanne menyapa dengan manis.

Ketika Kakek David melihatnya, dia tersenyum dan berkata, "Datang sini dan duduklah."

Jeanne tidak ragu untuk duduk tepat di hadapan pria tua itu.

Moli mengikuti dari belakang, ingin menyapa lelaki tua itu, lagipula, kakek ini yang dihormati Tuan, dia ingin meninggalkan kesan baik pada lelaki tua itu.

Siapa sangka,kakek David sama sekali tidak memandangnya, dan matanya hanya tertuju pada Jeanne dan menganggap dia tidak ada.

"Aku dengar kamu beberapa hari yang lalu pergi ke luar negeri dan mengalami masalah. Apakah kamu baik-baik saja?"

Jeanne mendengar kakek David begitu perhatian padanya dan hatinya terasa hangat.

"Bagaimana Kakek bisa tahu? Sebenarnya, bukan apa-apa. William yang khawatirnya berlebihan saja."

Dia tidak ingin mengatakan lebih banyak. Dia menyalahkan William karena membuat kakek David khawatir.

Pria tua itu tahu apa yang dipikirkannya, dan tidak berniat untuk membuatnya merasa tidak nyaman. Dia tersenyum lega dan berkata, "Kalau tidak apa-apa,baguslah."

Dia sambil mengatakan itu, seolah terpikir sesuatu, pria tua itu melanjutkan bertanya dengan nada menggoda.

"Baru saja kamu mengatakan bahwa William khawatirnya berlebihan. Tampaknya kamu telah membuat kemajuan yang baik dalam hubunganmu baru-baru ini."

Jeanne tidak menyangka bahwa lelaki tua itu memiliki sisi yang nakal. Dia tertegun dan malu.

"Kakek, kurasa kamu sama sekali bukan mengundangku untuk minum teh. Kakek hanya mau menggodaku."

Dia menghentakkan kakinya dengan manja dan berkata, "Kalau kamu begini terus. Aku tidak akan menemanimu lagi."

"Yah, aku tidak akan mengatakan itu lagi."

Ketika lelaki tua itu melihat situasinya, dia tersenyum dan menurutinya lalu menanyakan tentang lukanya yang sebelumnya.

"karena di rumah banyak masalah, dan aku juga sibuk dengan hal-hal lain. Aku tidak sempat melihatmu. Apakah lukanya sudah sembuh? Apakah ada meninggalkan bekas luka? Aku tahu anak perempuan paling tidak suka kalau ada bekas luka. Kalau misalnya begitu, kamu kasih tahu Kakek biar Kakek minta William bawa kamu ke rumah sakit kecantikan yang terbaik untuk menyembuhkannya.

Jeanne sangat tersentuh oleh perhatiannya.

"Lukanya telah kering, apakah akan meninggalkan bekas masih tidak tahu, tapi aku akan ingat kata-kata Kakek, jika ada bekas luka, aku akan minta Kakek untuk memenuhi janji."

"Yah, ingat, jika ada bekas luka, kamu datang saja padaku."

Dengan cara ini, sepasang orang yang tua dan yang muda mengobrol di taman.

Mereka menyeduh teh dan membakar dupa untuk bermain catur, dan seluruh taman bisa mendengar suara Jeanne yang penuh penyesalan karena salah jalan saat main catur, serta tawa ceria lelaki tua itu.

Novel Terkait

Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu