Wanita Pengganti Idaman William - Bab 206 Tidak Akan Mengganggumu Lagi

Jeanne tanpa bersuara melihat ke William.

William tidak menyadari pandangannya, tapi kakek Sunarya menyadarinya, mata kakek semakin menggelap.

Terlihat jelas malam ini keluarga Delores datang dengan persiapan, dan mereka juga sengaja memilih untuk datang pada saat hari ulang tahun Jessy, tujuannya terlihat jelas.

Takutnya mereka tidak ingin membiarkan Jessy melewati ulang tahunnya dengan tenang.

Memikirkan ini, dia tidak senang dengan orang-orang keluarga Delores.

Apalagi, hatinya tahu jelas bahwa keluarga Delores selalu ingin mendapatkan sesuatu dari Keluarga Sunarya, mereka ingin menikahkan Alexa ke keluarga Sunarya, lalu perlahan-lahan merenggut apa yang dimiliki keluarga Sunarya.

Dia awalnya mengira dengan membiarkan William menikahi Jessy, mereka akan putus asa.

Tidak sangka Alexa bisa malakukan hal-hal yang tidak tahu malu seperti ini, bahkan sekarang dia sudah hamil!

Bagaimanapun, masalah ini berpengaruh terhadap reputasi kedua keluarga, dan juga harus memberi penjelasan pada Jessy.

Dalam waktu sesaat, kakek David juga belum bisa menemukan cara yang bagus.

Dia sekilas melirik William yang wajahnya dingin dan gelap, langsung menyerahkan masalah untuk ditanganinya.

“Masalah ini, aku sebagai kakekmu tidak cocok memutuskannya, William, kamu orang yang terlibat di dalamnya, kamu saja yang urus.”

Selesai berkata, dia sepertinya benar-benar tidak menghiraukan lagi, memegang tongkat dan memejamkan mata untuk beristirahat di sofa.

Reiner Delores tidak menduga bahwa kakek Sunarya akan langsung tidak mengurus masalah ini, secara tidak sadar mengerutkan alis.

Dia memberi isyarat mata kepada Alexa.

Alexa mengangguk tanda mengerti, segera berkata dengan merasa dirugikan: “Kakek, kamu benar tidak peduli aku lagi? Anak di perutku adalah cicit pertama dari keluarga Sunarya!”

Dia mempertegas kalimat terakhir, William yang mendengar lalu menghela nafas dingin.

“Apakah cicit asli atau bukan masih belum pasti!”

Alexa dengan kaget menoleh padanya, matanya seketika mengalirkan seutas air mata.

“Kak William…”

Wiliam sama sekali tidak terpengaruh, lanjut berkata dengan nada dingin: “Jangan katakan dulu bahwa malam itu aku tidak menyentuhmu, walaupun kamu benar-benar hamil, belum pasti apakah anak ini milikku.”

Alexa mendengar kata-katanya yang kejam dan hina, wajah memucat, mata terpintas kepanikan.

“Kak William, kamu begitu tidak percaya padaku kah?”

Dia sambil bicara, sambil tidak tahan untuk menangis dan mengeluh: “kenapa kamu harus begitu padaku?”

William tersenyum dingin: “Kenapa? Apakah dirimu sendiri tidak jelas? Sudah jelas tahu aku punya istri, masih melakukan hal memalukan semacam ini, menurutmu aku harus bersikap seperti apa padamu, serius, aku sangat penasaran, hal apa yang tidak berani kamu lakukan!”

Mendengarkan ini, raut muka Alexa sudah buruk hingga mencapai puncak, dalam hatinya lebih tidak puas.

Kenapa kak William begitu mengatakannya!

Ayah dan ibu Alexa yang mendengar kata-kata hina ini, semakin marah.

“William, bagaimana bisa kamu begitu mengatakan Alexa? Paling tidak dia tumbuh besar bersamamu sejak kecil, perasaannya padamu, kamu bukannya tidak tahu!”

Ibu Alexa mencoba memanfaatkan hubungan mereka untuk merunding masalah ini.

Namun, William sama sekali tidak peduli, bahkan memanfaatkan ini untuk menyindir.

“Cara pandang nyonya Delores benar-benar membuat aku salut, jangankan aku sudah menikah, kalau aku belum menikah, apakah aku harus memberinya kesempatan hanya karena aku mengetahui perasaannya padaku, bahkan sabar menanggung kelicikan kalian yang tidak bermoral?"

Setelah kata-kata ini keluar, ibu Alexa dibantah tidak ringan, tidak bisa mengatakan sepatah kata pun untuk menyangkal.

Alexa melihat ini, hatinya pun semakin panik.

Dia sekilas melirik semua orang tanpa meninggalkan jejak, matanya terlintas cahaya licik.

“Kak William, jangan katakan lagi, aku sudah tahu, kalau begitu, maka aku akan menggugurkan anak ini, kedepannya, aku tidak akan mengganggu kamu lagi.”

Dia berkata dengan diam-diam mengeluarkan air mata, penampilannya itu terlihat sangat amat kasihan.

Jeanne melihatnya dengan tatapan dingin, dia tidak sabar untuk bertepuk tangan pada wanita ini.

Sebaliknya, Nyonya Thea panik, dia segera berjalan ke samping Alexa dan menasihati: “Alexa, kata bodoh apa yang kamu katakan, William tidak percaya kamu, tante percaya kamu.”

Selesai berkata, dia membalikkan kepala pada William dan memarahinya dengan tidak senang.

“William, apa yang terjadi dengan kamu, apakah kamu lupa dengan apa aku ajarkan pada kamu sejak kecil, diri sendiri melakukan kesalahan harus bertanggung jawab, bahkan jika perilakunya tidak benar, tapi ini juga anak pertama kamu.”

William sama sekali tidak menghiraukannya, bernada berat: “Anakku hanya istriku yang berhak melahirkannya.”

Mendengar ini, Nyonya Thea menoleh ke Jeanne, merendahkan: “kamu bilang Jessy, bukan aku mau ungkit-ungkit, sejak dia pulang sudah berapa lama, sampai sekarang perutnya masih belum ada kabar, kamu lihat Alexa, melakukan sekali dengan kamu, sudah dapat, terlihat jelas dia yang tidak bisa hamil.”

Setelah Jeanne mendengarkan ini, dia hampir tertawa-tawa karena marah.

Dia pun tidak tahu, kenapa Nyonya Thea bisa ada muka mengatakan kata-kata seperti ini.

Mengatakannya tidak bisa hamil, bukankah dia yang menyebabkan ini?”

Dia membantah dalam hati, saat bersamaan, dia juga memahami suatu hal.

Tampaknya semua ini adalah rencana yang sudah dipersiapkan mereka sejak awal.

Dan mereka melakukan semua ini, karena sebelumnya mereka terus tidak berhasil mengusirnya, lalu mereka pun menggunakan cara hamil.

Ada Nyonya Thea yang saling bekerja sama dengan Alexa baik di luar maupun dalam, benar-benar langkah yang sangat bagus!

Memikirkan ini, Jeanne pun sepenuhnya tenang.

Dia sangat jelas, betapa pentingnya seorang anak bagi keluarga Sunarya.

Bahkan kakek memihak pada Jessy, takutnya hatinya juga akan tergoyah.

Dan kenyataannya, memang sesuai dengan dugannya, sikap kakek yang awalnya tidak peduli pun menjadi ragu-ragu

Dia melihat Jeanne sekilas, lalu juga sekilas melihat William, menurunkan kelopak dan berkata: “masalah ini terlalu mendadak, aku lihat berdebat seperti ini juga tidak akan ada hasil, begini saja, biarkan Alexa pulang untuk istirahat dulu, tunggu pesta malam ini berakhir, barulah kita buat keputusan.”

Sewaktu perkataan ini keluar, selain Jeanne dan William, wajah semua orang terlihat tidak senang.

Terutama ibu Alexa, tidak sabar untuk membantah: “Tunggu hari ini lewat, bagaimana kalau kalian tidak mengakui masalah ini lagi?”

Nyonta Thea juga ikut menyetujui.

“Iya benar, ayah, William memang tidak memandang Alexa, kalau…”

Perkataannya belum selesai, sudah dipotong oleh kakek yang memelototinya.

“Tapi, apakah kalian berpikir hari ini adalah ulang tahun Jessy?”

Nyonya Thea terdiam, kakek tidak menghiraukannya dan melihat ke Alexa.

“Apakah kamu keberatan dengan pengaturan kakek?”

Mendengar ini, bahkan jika dalam hati Alexa berpendapat, dia hanya bisa mengatakan tidak keberatan.

Kakek melihatnya lumayan paham keadaan, mengangguk dengan puas.

Ketika dia buka mulut dan ingin berkata sesuatu, William memotongnya dengan tawa dingin sambil melihat sekeliling.

“Kakek, tidak perlu begitu repot.”

Selesai dia bicara, semua orang melihatnya dengan tatapan tidak paham.

“William, apa yang ingin kamu katakan?”

Kakek bertanya dengan mengerutkan alis.

William berkata dengan agak acuh tak acuh: “Bukankah katanya anak sudah tiga minggu? Kalau begitu kita tunggu tiga minggu lagi, saat itu kita dapat melakukan tes DNA, apakah anak itu adalah punyaku, kita bakal tahu setelah cek DNA.”

Berkata sampai sini, kedua mata menatap Alexa dengan gelap, menyebutkan sekata demi sekata: “saat itu, aku sendiri akan mengawasi tes DNA!”

Alexa ketakutan dengan kedinginan di matanya, saat bersamaan benaknya juga menjadi kacau.

Dia dengan tak berdaya memandang ke Nyonya Thea, tapi Nyonya Thea tidak menyadarinya.

Saat ini, dia terpaku melihat William, bagaimanapun dia tidak menyangka William akan berkata demikian.

Saat dia mengerutkan alis dan hendak membantah, William malah tidak memberi kesempatan padanya.

“Ayo, kita pergi!”

Dia menarik tangan Jeanne dan pergi tanpa membalikkan kepala.

Novel Terkait

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu