Wanita Pengganti Idaman William - Bab 228 Telah Menyukainya

Jeanne tidak tahu setelah dia meninggalkan tempat, kedua orang itu masih menghina-hina dia dan ibunya.

Dia berdiri di koridor, belum bisa kembali sadar untuk waktu yang lama, wajahnya pucat.

Saat ini, benaknya penuh dengan kata-kata yang diucapkan Jessy, terus bergema di telinga.

Semua ini adalah pemberiannya……tidak lama lagi akan ditarik kembali olehnya.

Jadi tujuan utama dia pulang adalah untuk datang memperingatkannya?

Memikirkan ini, Jeanne tidak tahan tersenyum sinis pada dirinya sendiri.

Dia berpikir dengan cermat, sebenarnya apa yang dikatakan Jessy tidak salah, semua ini memang bukan miliknya, tapi dia malah mengharapkan sesuatu.

Ketika dia menggeleng-gelengkan kepala untuk menenangkan emosinya, William tiba-tiba muncul di koridor.

Ternyata dia rencana keluar untuk melihat Jeanne yang keluar begitu lama belum pulang.

Alhasil ketemu Jeanne berdiri di koridor dengan raut muka yang buruk.

Dia mengerutkan kening, menghampirinya.

“Apa yang terjadi? Kenapa raut mukamu begitu buruk?”

Mendengar suara ini, seluruh tubuh Jeanne menggigil sejenak.

“Tidak apa, hanya agak tidak nyaman, mau pulang lebih awal.”

Dia tidak berani melihat William, menjawab dengan menurunkan kelopak mata.

William juga tidak sadar, sebaliknya malah mempercayai perkataannya dan mengangguk: “Kalau begitu, nanti kamu turun dulu ke bawah, tunggu aku, aku antarin kamu pulang.”

Jeanne terbengong sejenak, secara naluriah hendak menolak.

Tapi melihat kepedulian pada wajah pria, kata-kata tolakan tidak bisa dikeluarkan dari mulutnya, hanya bisa menangguk.

“Iya.”

Selanjutnya kedua orang masuk ke dalam ruang pesta, berpura-pura tidak kenal dan kembali ke tempat duduk masing-masing.

Orang lain tidak memperhatikan, hanya pandangan Celica yang terus fokus pada kedua orang itu.

Jeanne tidak menyadari tatapannya, setelah duduk, dia ditahan oleh rekan kerja lainnya.

Dia duduk sebentar, lalu pun beralasan tidak nyaman, berpamitan dengan semua orang.

“Semuanya makan dan main sepuasnya, aku sedikit tidak enak badan, pulang duluan.”

Meskipun semuanya agak tidak puas, tapi juga tidak memaksanya untuk tetap tinggal.

Jeanne dengan cepat pergi dari meja kumpul, meninggalkan ruangan VIP pesta.

Diikuti dengan kepergiannya, suasana di dalam ruangan pesta sama sekali tak terpengaruh.

Walaupun Celica merasa aneh dengan Jeanne yang pulang begitu awal, tapi melihat William sepertinya tidak bermaksud pergi, dia pun perlahan tenang, terus mengobrol dengan William.

Namun, dia tenang terlalu awal, William tidak pergi adalah untuk memberi jarak waktu.

Jadi setelah dia duduk beberapa saat, melihat waktu sudah lumayan cukup, dia pun menghentikan pembicaraan dengan Celica, membangkitkan badan.

“Semuanya, perusahaan masih ada urusan, kalian semua makan dan main sepuasnya,minuman hari ini aku yang traktir.”

Saat bersamaan ketika dia selesai bicara, semua orang berpamitan dengan ramah.

“Presiden, selamat jalan.”

“Presiden, hati-hati di jalan.”

Dibandingkan dengan kehormatan mereka, raut muka Celica jauh lebih kaku.

Dia berniat mengatakan sesuatu, tapi William sama sekali tidak memberinya kesempatan, setelah berpamitan dengan semua orang, langsung pergi meninggalkan ruangan.

Saat William keluar dari kamar, Celica baru merespon, berpamitan dengan orang-orang dan bergegas mengejar keluar.

Siapa tahu dia tetap terlambat, sudah tidak terlihat sosok William di koridor.

Ketika dia hendak meninggalkan tempat, sudut mata tiba-tiba terlintas sesosok orang di tempat yang tidak jauh yang dengan cepat menghilang, sepertinya mirip Jeanne.

Dia ragu-ragu berjalan ke arah itu, alhasil tidak seorang pun di sana.

Apakah dia salah melihat……mungkin dia yang salah melihat, dia ingat hari ini Jeanne bukan mengenakan baju itu.

Dia menggeleng-gelengkan kepala, berbalik badan dan pergi.

Ketika dia pergi, Jessy melangkah keluar dari sudut tembok.

Dia memandang Celica dengan berpikir mendalam.

Tadi dia harusnya tidak terlihat dirinya kan?

……

Saat bersamaan, Jeanne menunggu selama belasan menit di tempat parkir, akhirnya William keluar. “Maaf, membuat kamu lama menunggu.”

William mendekat dan terlihat raut muka Jeanne tetap tidak baik, berkata dengan lembut: “Naiklah, aku antar kamu pulang dulu.”

Jeanne tidak berkata apa-apa, mengangguk dan ikut naik ke mobil.

Tidak lama setelah mereka pergi, Celica mengejar ke bawah.

Melihat hanya tersisa bayangan mobil yang kabur, dia jengkel dengan menghentakkan kaki, terlambat.

Jeanne dan William tidak tahu, perjalanan pulang, di dalam mobil suasananya hening.

William menoleh ke orang di sampingnya yang memejamkan mata berpura-pura tidur, hati terus merasakan kejanggalan.

Merasa saat ini hawa yang disebarkan dari tubuh Jeanne sangat dingin dan cuek, tidak pernah ditemuinya, seolah-olah membawa semacam keterasingan.

Memikirkan ini, dia agak mengerutkan alis.

Ingin berkata sesuatu, tapi malah tidak tahu harus bagaimana mengatakannya.

Dia menyimpan kembali pandangannya, mungkin instingnya yang salah.

Wanita ini hanya sekedar lelah.

Beberapa hari ini dia mengurus tidak sedikit masalah.

Dia mencari alasan di dalam hatinya, tidak tahu bahwa itu sama sekali bukan instingnya yang salah, tapi memang merupakan pikiran Jeanne yang sebenarnya.

Setelah bertemu dengan Jessy, Jeanne terus memikirkan persoalan ini.

Dia merasa, sekarang selain memainkan peran sebagai istri yang baik, sisanya lebih baik untuk menjaga jarak dengan William.

Dia yang sekarang……tidak dapat dibantah, memang sudah menyukai pria ini.

Namun, mereka tidak akan mendapatkan hasil.

Sekarang rasa suka masih dangkal, segera mengeluarkan diri, masih sempat… …

Dia berpikir-pikir, lalu secara tidak sadar tertidur.

Tidak tahu berlalu berapa lama, sudah tiba di rumah.

“Bangun, sudah sampai.”

William mendorong Jeanne dengan pelan untuk membangunkannya.

Awalnya sesudah memanggil beberapa kali, melihat Jeanne tidak bereaksi, dia hendak membungkukkan pinggang dan memeluknya ke dalam rumah, Jeanne malah terbangun karena gerakannya.

Dia secara naluriah mundur dan menjauhkan jarak antar mereka berdua.

William yang melihat gerakannya, raut muka berubah gelap, kedua mata menyipit.

Saat ini, Jeanne juga menyadari raut mukanya yang tidak benar, mengingat bahwa gerakan barusan itu mudah membuat orang berpikir yang tidak-tidak.

“Itu, tadi aku tidur dan ada pikiran, tidak ada maksud lain.”

Dia sambil berbicara sambil meraih lengan William.

William sekilas melihat senyuman di wajahnya, ketidaksenangan di hati pun menghilang,

“Turunlah.”

Dia berkata, lalu mundur selangkah, membiarkan Jeanne turun dari mobil.

Melihat raut mukanya yang agak baikan, Jeanne merasa lega.

“Nanti kamu masih mau ke ruang kerja mengurus kerjaan?”

Dia mencari topik untuk ditanyakan.

“Iya, masih ada sedikit masalah yang belum selesai diurus, kamu tidak enak badan, istirahatlah terlebih dahulu.”

Jeanne mengangguk: “Aku tahu, kamu jangan sibuk sampai terlalu malam.”

Dia memberi perhatian dengan tersenyum, William mengangguk tanda mengerti.

Lalu keduanya masuk ke rumah baru, Jeanne memandang William pergi ke ruang kerja, barulah berbalik badan dan melangkah ke arah kamar.

Senyuman di wajahnya juga disimpan total ketika dia membalikkan badan, berubah datar.

……

Keesokan harinya, William bangun tidur, malah terasa kurang sesuatu di sampingnya.

Terlihat Jeanne yang seharunya ada di sisinya, sekarang malah tidak ada di kamar.

Dia mengerutkan alis, bangkit dan mandi, mengira bahwa Jeanne hanya bangun lebih awal darinya.

Dia pun turun ke lantai bawah, tetap tidak terlihat sosok Jeanne.

Dia memanggil kepala pengurus rumah tangga dan bertanya: “Di mana nyonya?”

Kepala pengurus rumah tangga menjawab : “Kata nyonya masih ada kerjaan di perusahaan yang belum diurus, tadi dia sudah pergi ke perusahaan saat masih sangat pagi.”

Mendengar perkataan ini, William terus merasa ada kejanggalan, tapi tidak bisa dikatakan apa yang aneh, akhirnya hanya bisa menyerah untuk berpikir, pergi ke perusahaan.

Novel Terkait

My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu