Wanita Pengganti Idaman William - Bab 509 Sudah Datang

Satu jam kemudian, Julian mengirim orang datang ke rumah Keluarga Sunarya.

Jeanne keluar dari rumah Keluarga Sunarya dengan membawa koper kecil, dan dia tidak mengambil barang apa pun dari Jessy.

"Nona, silahkan naik ke mobil!"

Supir itu membuka pintu belakang untuk Jeanne.

Jeanne terakhir kali melihat ke rumah Keluarga Sunarya dengan tatapan mata penuh keengganan dan dia tidak bergerak untuk waktu yang lama.

Supir itu mengerutkan keningnya dan mengingat instruksi bosnya, dia sekali lagi mengingatkannya: "Nona, bos masih menunggumu di rumah."

Bulu mata Jeanne bergetar, dan dia menarik kembali garis pandangnya dan melihat ke arah supir tersebut, dia tidak mengatakan apa-apa dan naik ke mobil.

Mobil perlahan-lahan keluar dari rumah Keluarga Sunarya, Jeanne tidak bisa menahan dan menoleh ke samping untuk melihatnya lagi, air matanya perlahan-lahan mengaburkan garis pandangnya dan mengalir ke pipinya, kemudian menetes ke punggung tangannya yang dipegang erat.

Sepuluh menit kemudian, dia tiba di rumah Keluarga Gunarta.

Pada saat ini, Jeanne telah mengendalikan emosinya, dia dengan muka tidak berekspresi turun mobil dan mengangkat kopernya.

Dia mengambil napas dalam-dalam dan berjalan ke ruang tamu Keluarga Gunarta.

Julian dan Jessy berada di ruang tamu, dan tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, muka mereka penuh dengan senyuman.

"Tuan, Nona Jessy. Nona Jeanne sudah kembali."

Kepala pengurus rumah tangga dengan hormat maju dan melaporkan.

Begitu mendengar perkataan ini, Julian dan Jessy langsung menyembunyikan senyuman di wajahnya, dan dengan dingin melihat ke Jeanne.

Mereka melihat mata Jeanne merah, seolah-olah dia baru saja menangis.

Julian dan Jessy saling memandang, ada kilatan cahaya di mata, namun mereka tidak bertanya padanya, tetapi mereka langsung membahas pengaturan mereka selanjutnya.

"Aku sudah memesan tiketmu untuk pergi ke Negara I pada malam hari ini, masih ada waktu beberapa jam. kamu sekarang memberitahu Jessy tentang apa yang kamu lakukan selama di rumah Keluarga Sunarya, sehingga tidak akan menimbulkan kecurigaan ketika Jessy kembali."

Jeanne tidak bisa menolak dan hanya bisa menerima pengaturan seperti itu.

Di malam hari, Julian secara pribadi membawa Jeanne ke bandara, "Ingat, jangan pernah kembali ke sini lagi, jika aku melihatmu di mana saja di dalam negeri, maka jangan salahkan aku berkejam hati!"

Dia dengan dingin memperingatinya dan sambil menyerahkan dokumen milik Jeanne.

Jeanne mengambil barang-barangnya sendiri, dan dengan tatapan mata menghina melihat Julian. Dia tidak mengatakan apa-apa, berbalik dan memasuki gerbang check in tiket.

......

Satu minggu kemudian, Julian membawa Jessy yang asli pergi ke rumah Keluarga Sunarya.

Dalam perjalanan, Julian dengan khawatir mengingatkannya. "Jessy, kamu harus berhati-hati di rumah keluarga Sunarya, keselamatanmu adalah yang terpenting, tahukah kamu?"

Jessy mengangguk dengan cuek.

Sepuluh menit kemudian, tiba di rumah keluarga Sunarya.

Jessy membawa kopernya turun dari mobil, dia menyipitkan matanya melihat ke halaman rumah keluarga Sunarya, maksud dari tatapan matanya tidak dapat diprediksi.

Julian juga mengikutinya turun dari mobil, "Ayo Jessy, ayah akan menemanimu masuk."

Dia sambil berkata dan ingin membantu Jessy mengambil kopernya.

Jessy tidak menolaknya dan menyerahkan koper itu kepada Julian, kemudian melangkah maju ke rumah baru.

"Selamat sore, Nyonya Muda."

"Tuan Julian, Nyonya Muda."

Pelayan yang berjalan melewati Jessy menyapa dengannya, dan Jessy langsung mengabaikannya.

Tidak lama kemudian, Jessy tiba ke ruang tamu rumah baru, lingkungan yang akrab dan asing ini membuat dia mengerutkan keningnya.

Karena ruang tamu yang dia lihat sekarang bukanlah ruang tamu yang dingin seperti dalam ingatannya, dan di sekelilingnya ada banyak barang dekorasi yang menghangatkan suasana ruang tamu.

Jessy tahu bahwa ini adalah karya Jeanne, dan hatinya merasa tidak nyaman.

Apalagi, dia teringat bahwa kedepannya dia akan menggunakan barang yang pernah digunakan Jeanne, hatinya semakin tidak nyaman.

"Pengurus rumah tangga, pengurus rumah tangga."

"Nyonya Muda, apa yang terjadi?"

Kepala pengurus rumah tangga bergegas datang.

"Ganti semua perabotan ini, dan juga perabotan di kamar tidur, semuanya harus diganti yang baru."

Jessy menunjuk ke perabotan di sekitarnya, kemudian dia teringat sesuatu dan melanjutkan: "Dan sampah-sampah yang tidak berguna ini, semuanya dibuang."

Dia sambil berkata dan menunjuk ke barang-barang kecil yang dibeli Jeanne.

Pengurus rumah itu bingung, "Nyonya Muda, mengapa perabotan ini masih bagus dan mau diganti yang baru, dan bukankah anda yang membeli barang-barang kecil ini?"

"Aku menyuruhmu mengganti yang baru dan kamu hanya perlu lakukan sesuai perintahku, kenapa kamu punya begitu banyak omong kosong?"

Jessy dengan tidak sabar menegurnya, dalam hatinya bahkan lebih marah dengan Jeanne.

Tidak tahu bagaimana wanita itu mendisiplinkan para pelayan di rumah ini, mereka berani mempertanyakan kata-kata majikannya, warga biasa hanyalah warga biasa.

Julian yang berada di samping juga mengerutkan kening, dia berkata dengan tidak senang: "Pengurus rumah tangga, Jika Jessy ingin mengganti yang baru, maka kamu gantikan saja yang baru. Jika kalian keluarga Sunarya tidak rela mengeluarkan uang ini, kami keluarga Gunarta juga tidak kesulitan untuk mengeluarkan uang ini, kami bisa membayarnya sendiri. "

Setelah mendengarkan kata-kata ini, kepala pengurus rumah tangga mengerutkan alisnya dan wajahnya tidak terlalu bagus.

Karena kata-kata Julian jelas menampar wajah keluarga Sunarya.

Dia melihat ke Jessy, tidak tahu mengapa, dia merasa bahwa Nyonya Muda hari ini sepertinya berubah total, tidak ada sifat lemah lembut seperti dulunya, seluruh tubuhnya memancarkan sifat yang sombong.

Kepala pengurus rumah tangga mengamatinya dalam hati, tetapi ekspresi wajahnya tidak menunjukkan apapun, "Tuan Julian terlalu berat mengatakan begitu, uang kecil ini, keluarga Sunarya tidak menganggapnya di dalam mata."

"Jika begitu, ayo cepat lakukan sesuai perintah Jessy."

Julian mengerutkan kening dan menegurnya, dia sangat tidak puas dengan sikap kepala pengurus rumah tangga ini.

Ekspresi wajah kepala pengurus rumah tangga seketika menjadi kaku, dan pada saat yang sama, hatinya juga merasa tidak nyaman, hanya karena identitasnya, sehingga dia tidak menunjukkannya.

"Apa yang dikatakan Tuan Julian benar, aku akan meminta orang untuk mengganti semua perabotan ini, tetapi mungkin membutuhkan waktu yang lama, apakah Nyonya Muda dan Tuan Julian mau duduk di rumah utama untuk sementara waktu?"

"Tidak perlu, aku pergi ke kebun untuk duduk, kamu meminta orang antarkan ko ... lupakan saja, antarkan jus dan makanan ringan saja."

Jessy awalnya ingin mengatakan kopi, tetapi dia teringat bahwa dia masih dalam masa menyusui dan mengubah perintahnya.

Kepala pengurus rumah tangga mengangguk, dan berbalik pergi memerintah bawahannya.

Beberapa menit kemudian, Jessy dan Julian sedang duduk santai di taman dan mengobrol, tetapi para pelayan di rumah baru belakang mereka sedang sibuk.

Gerakan di mereka sini tidak kecil dan sudah mengkhawatirkan rumah utama.

Nyonya Thea berdiri di balkon dan melihat ke arah rumah baru, ketika dia melihat rumah baru sepertinya sedang pindah rumah, satu per satu perabot diangkat keluar.

"Bibi Wang, coba tanyakan apa yang terjadi pada Tuan Muda disitu, mengapa perabotannya dipindah keluar, apakah mereka mau pindah keluar?"

Nyonya Thea mengerutkan kening dan memesan ke Bibi Wang.

"Baik!"

Bibi Wang menerima perintah dan bersiap-siap pergi, tetapi dia dihentikan oleh Nyonya Thea, dia berubah pikiran: "Lupakan saja, aku yang pergi sendiri saja."

Setelah selesai berkata, dia turun ke bawah dan langsung berjalan ke arah rumah baru.

"Kepala pengurus rumah tangga, apa yang terjadi? Mengapa perabotannya dipindah keluar?"

Ketika Nyonya Thea tiba di rumah baru, dia melihat kepala pengurus rumah tangga dan segera memanggilnya.

Kepala pengurus rumah tangga itu menyeka keringat di dahinya dan dengan hormat menjawab: "Nyonya, Nyonya Muda yang memerintahkan ini."

“Jessy yang memerintahkan? Apa yang ingin wanita sialan ini lakukan?"

Nyonya Thea segera mengerutkan alisnya dan matanya penuh dengan ketidakpuasan.

"Nyonya Muda mengatakan bahwa perabotan-perabotan ini tidak enak dipandang, dan meminta kami untuk mengganti baru semua."

Kepala pengurus rumah tangga tidak menyembunyikan dan memberitahu maksud Jessy.

“Apa?” Nyonya Thea dengan sangat marah menatap kepala pengurus rumah tangga, “Yang dia tidak enak dipandang itu perabotan-perabotan ini atau aku yang sebagai ibu mertua?”

Novel Terkait

Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu