Wanita Pengganti Idaman William - Bab 492 Takut Meracunimu

Tak sampai 10 menit kemudian, pintu kamar mandi terbuka lagi, William keluar dengan mengenakan jubah mandi.

William melihat tampak belakang Jeanne yang tidak berubah, tetap di tempat asalnya, bola matanya mendalam, kenapa tidak bilang ‘ayo tidur’.

Jeanne merasakan ranjangnya agak turun, kaki dan tangan seluruh tubuhnya tegang dan tidak tahu bagaimana harus diletakkan.

Demi tidak membiarkan William menyadari Jeanne sedang pura-pura tidur, Jeanne berusaha keras membuat dirinya relaks.

Tidak tahu juga apa karena ketenangannya, perlahan Jeanne jadi santai, di belakang tubuhnya juga terdengar suara nafas yang tenang.

Seluruh kamar tidur sangat hening hanya terdengar suara nafas mereka masing-masing.

Jeanne membuka matanya melihat plafon, bagaimanapun tidak bisa tidur.

Jeanne tidak tidak bisa menahan diri memutar badan, melihat sisi wajah tampan William dan bernostalgia.

Awalnya kali ini pulang, Jeanne sebenarnya bertujuan baikan, tapi kemudian tidak tahu bagaimana, melihat Moli, ada emosi yang tidak tertahankan.

Tapi Jeanne tidak tahu juga urat mana yang salah, harus meributkan hal-hal ini dan tidak mau melepaskan.

Jelas-jelas Jeanne sudah bertekad menggunakan waktu terakhirnya untuk berhubungan baik, kenapa Jeanne jadi suka ribut dan tidak masuk akal?

Jeanne melihat William yang merasa tersalahkan, hati nuraninya terus tertekan seperti gunung yang meletus, membuat Jeanne tidak bisa menahan diri mendekat ke arah William.

Jeanne sambil dengan sangat hati-hati menggerakkan tubuhnya, sambil memperhatikan William, seperti pencuri saja, bergerak sedikit demi sedikit ke dalam pelukan William.

William sebenarnya belum tidur, William awalnya tiduran di ranjang menutup matanya memikirkan masalahnya dengan Jeanne.

Di saat Jeanne memperhatikan dan menilai William, William menyadarinya, namun William tidak membuka matanya, mau llihat apa yang mau dilakukan wanita ini.

Dengan begitu, sepengetahuan William, Jeanne dengan sangat sukses langsung masik ke pelukan William.

Jeanne menempelkan wajahnya di dada William, mendengar suara jantung William yang kuat, mencium wangi khas William, hati yang gelisah perlahan menjadi tenang.

Pada saat Jeanne bersiap memeluk pinggang William, merasa seperti ada perubahan besar, Jeanne terdiam melihat wajah yang besar di hadapannya.

“Kamu belum tidur?”

Jeanne selesai bicara, terpikir tindakannya barusan, malu dan kesal, wajahnya yang awalnya putih jadi seperti udang rebus, matang, merah seperti berdarah.

William tertawa ringan, “sudah tertidur, aku menyadari adegan yang seru ini, sekarang akhirnya tidak menghindariku, ya?”

Jeanne sangat ingin menggali lubang dan mengubur dirinya sendiri, “lepaskan aku!”

Jeanne memberontak mau pergi, bagaimana mungkin William membiarkan Jeanne melakukan sesuai keinginannya.

“Kamu duluan yang memancing aku secara inisiatif, sekarang mau kabur, sudah terlambat!”

Selesai William bicara, tiba-tiba ia menundukkan kepala dan mencium bibir Jeanne yang wangi itu, sentuhan yang lembut, pada saat ini meledakkan rasa kangen setelah beberapa hari tidak bertemu, dengan perasaan yang maksimal, juga dengan maksud menghukum, dengan ganas mencium sepasang bibir Jeanne.

Jeanne tidak mampu melawan, juga tidak mau melawan.

Jeanne inisiatif merespon dengan merangkul leher William.

Pada saat ini, seluruh konflik mereka berdua seperti meleleh dengan ciuman ini, setelahnya juga semuanya terjadi secara alami.

Tidak tahu juga sudah berapa lama, hari sudah menjelang subuh, suara yang membuat wajah orang memerah dan jantung melompat perlahan hilang dari dalam kamar, pada akhirnya dengan sinar rembulan yang menembus jendela bisa terlihat di sebuah ranjang yang besar, mereka berdua tidur saling berpelukan, di ujung bibirnya semua ada senyuman yang manis.

……

Keesokan harinya, Jeanne bangun, tangan dan kakinya semua sangat sakit, di pinggangnya ada sebuah tangan.

Jeanne menoleh, langsung melihat wajah tampan William sama sekali tidak terganggu.

Tidak tahu juga apa karena sorot matanya terlalu memperhatikan William yang tampan, bulu mata William bergetar dan membuka matanya.

“Tampan ya?”

“Tampan!”

Jeanne refleks menjawab, saat dia sudah menyadarinya, pipi yang awalnya putih sekejap langsung memerah, seperti sinar matahari terbenam, tampan dan memukau.

Mereka berdua romantis sebentar di ranjang, kemudian bangun dan mandi, bersiap turun untuk makan.

Di ruang tamu, Moli melihat mereka yang bicara dengan senyum dan tawa saat turun, seperti tersambar petir, kebencian dalam hatinya tumbuh secara gila-gilaan.

Kenapa, kenapa!

Jelas-jelas Moli sudah sukses menghasut, kenapa hubungan mereka kembali ke semula, bahkan lebih lengket dari sebelumnya?

Moli menatap Jeanne penuh benci, Jeanne sama sekali tidak menyadari, setelah makan bersama William dengan hangat, langsung pergi ke kantor.

Jeanne sibuk seharian di kantor, awalnya sepulang kerja mau langsung pulang ke rumah William, akhirnya telepon genggam berdering, telepon dari Willy.

“Wanita bodoh, kamu kemana saja, tidak pulang semalaman, bukannya sudah mengambil uang Tuan Muda, mau kabur bawa uangnya kan?”

Jeanne dengan tidak suka menjauhkan telepon genggamnya, menunggu Willy selesai mengeluarkan emosinya, baru ditempel kembali ke sisi telinga, “kemarin sibuk, aku sekarang juga kesana!”

Selesai bicara, Jeanne sekali lagi mematikan telepon Willy.

Di rumah sewaan, Willy menatap telepon genggamnya menggertakan giginya, “wanita bodoh ini, mematikan teleponku lagi, tunggu kamu pulang Tuan Muda harus membereskanmu!”

Selesai Willy bicara, melempar telepon genggam ke samping, akhirnya karena menggunakan tenaga dengan terlalu kuat, menarik dan menggerakkan lukanya, sakitnya sampai Willy meringis, lama sekali baru reda sakitnya.

Pas saat Willy menarik baju dengan postur mau mengecek dan melihat, di pintu tiba-tiba terdengar Jeanne.

“Kamu kenapa?”

Willy terkejut, menghela nafas setelah lihat Jeanne, berkata dengan tidak senang: “bisa kenapa lagi, tentu saja memeriksa luka!”

Jeanne kehabisan kata-kata, melihat Willy penuh tenaga lagi, hatinya berpikir orang ini kelihatannya sudah banyak membaik.

Jeanne membawa tasnya, berjalan sampai ke hadapan Willy dan duduk, “ bicaralah, untuk apa memanggilku pulang?”

“Untuk apa memangnya kamu tidak tahu jelas? Ditambah lagi, kamu ini seharian semalaman tidak pulang, apa masuk akal?”

Willy menurunkan bajunya, menegur dengan wajah datar.

Jeanne menggertakan giginya, “apa hubungannya denganmu?”

“Kenapa tidak ada hubungannya, kamu sekarang mengambil uangku, hubunganku denganmu sekarang majikan, aku masih belum makan malam, segera masak untukku.”

“……”

Jeanne sekarang tiba-tiba merasa seperti menggali lubang dan terkubur di dalamnya.

Kalau tahu lebih awal pada awalnya Jeanne tidak akan bahas soal uang.

Jeanne tidak mampu membalas dan pergi ke dapur, akhirnya menyadari entah kenapa kulkasnya jadi penuh buah segar dan daging.

Jeanne mengernyitkan alisnya, refleks melihat ke Willy, banyak sekali pikiran yang terlintas namun malah tidak bicara.

Tidak sampai 30 menit kemudian, Jeanne membuat 2 lauk dan 1 sup, membawanya keluar dari dapur.

Masih tidak menunggu Jeanne menyapa Willy, orang ini sudah mencium bau wangi dan langsung otomatis duduk di meja makan.

“Buatkan aku nasi yang ditutupi lauk!”

Willy dengan gaya seperti raja, membuat mata Jeanne gatal melihatnya, tetap memasak semangkuk nasi untuknya.

“Kamu tidak makan nasi?”

Willy melihat hanya ada seporsi nasi, terkejut dan melihat ke arah Jeanne.

“Aku tidak lapar.”

Willy menyipitkan matanya, menatap Jeanne, tidak tahu juga terpikir apa, muncul ekspresi yang mengesalkan, “kamu tidak makan? Harusnya kamu tidak meracuni makanannya kan? Takut meracunimu sendiri.”

“……”

Jeanne melihat Willy kehabisan kata-kata, sangat ingin menumpahkan lauk di depannya di wajah Willy.

“Ya, aku racuni, dan juga bukan cuma racun, aku juga ludahi, masukkan kecoa, kamu suka ya makan, tidak juga boleh, tidak makan ya aku kasih anjing saja!”

Jeanne selesai bicara, posturnya seakan mau membawa pergi makanannya.

Willy awalnya sengaja mengerjai Jeanne, mana mungkin sungguh membiarkannya membawa pergi.

Ditambah lagi, wanita ini temperamennya kelihatan tidak baik, malah jago masak.

Meski hanya masakan rumahan yang simpel, tapi barusan di luar Willy mencium wanginya langsung kelaparan.

“Siapa bilang aku tidak makan, taruh! Tuan Muda ini mengeluarkan uang untuk itu.”

Sambil bicara, Willy mengambil sesuap lauk masuk ke mulutnya, rasanya sesuai dugaan, seenak yang dibayangkan.

Hanya saja……wanita bodoh ini barusan bilang memberi makan anjing, Willy sekarang makan, apa bukan mirip anjing?

Novel Terkait

Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu