Wanita Pengganti Idaman William - Bab 505 Bagaimanapun Tidak Cukup

William menenangkan Jeanne, dia ingin melepaskan Jeanne, tapi dipeluk oleh Jeanne dengan erat lagi.

"Jangan, aku tidak ingin kamu pergi."

Jeanne dengan kuat memegang William tetap dalam pelukannya, dia dengan erat memeluknya, mukanya yang merah melekat pada dada William.

Saat ini, perasaannya yang dia tahan langsung keluar.

"William, kamu cinta aku tidak ?"

Jeanne menjinjitkan kakinya, dengan matanya yang menggoda asal mencium dagu William, tangan yang halus dan lembut tanpa henti meraba - raba tubuh William.

William menghembuskan nafas dalam, matanya diam dan menatap Jeanne, seperti ada hewan buas yang bangun dalam dirinya.

Sesaat kemudian, Jeanne terkejut, keduanya jatuh di atas tempat tidur, pria diatas, wanita dibawah.

William tiba - tiba menurunkan kepalanya untuk menangkap bibir yang manis, Jeanne dengan erat memegang leher William, membuang rasa malu yang sebelumnya, dengan berani dan kuat membalas.

Cinta yang dalam, Jeanne dengan pesona memanggil nama William, dan juga mengakui perasaannya yang paling tulus, "William, aku cinta kamu..."

....

Keesokan harinya, Jeanne bangun, seluruh tubuhnya sakit seperti ditabrak mobil.

Suasananya penuh dengan udara yang hidup, di atas selimut wol putih tempat tidur, di lantai dapat terlihat baju yang berserakan, menunjukkan betapa intens kejadian semalam.

Jeanne kembali berpikir sifatnya yang berani semalam, pipinya tetap memanas.

Dia menaikkan kepala keatas sedikit, melihat William yang tertidur pulas, dengan bercampur dengan tatapan yang penuh cinta.

Disaat ini juga, William yang awalnya tidur dengan nyenyak membuka matanya setengah, dengan tangannya membawa Jeanne dalam pelukannya, "Sedang melihat apa ?"

Dia dengan lambat mengusap atas kepala Jeanne, dengan mata setengah terbuka dan tersenyum.

"Melihat kamu."

Aksi Jeanne tertangkap, meskipun ada sedikit rasa tidak enak, tapi tetap membalas William.

"Sudah lihat semalaman, apakah masih belum cukup ?"

William merendahkan kepala, dengan lembut melihat Jeanne.

"Tidak cukup."

Jeanne menempelkan dirinya pada dada William, ditempat William tidak bisa melihatnya, matanya mengeluarkan sedikit rasa sedih.

Bagaimana dia bisa cukup melihatnya, kalau bisa, dia berharap bisa melihatnya seumur hidup...

Beberapa hari selanjutnya, Jeanne menarik William berkeliling di negara Rusia.

Dulu hal yang Jeanne tidak berani lakukan dan pikirkan, beberapa hari ini, dia membawa William dan mencobanya.

Disaat ini, Jeanne sangat semangat seperti api, membuat William tidak jelas dan ada sedikit tidak tahan.

Disaat yang sama, perasaan William juga muncul sedikit perasaan ragu.

Dia selalu merasa dalam masa ini Jeanne ada sedikit tidak seperti biasanya, tapi kalau ingin dia katakan apa yang tidak benar dari Jeanne, dia juga tidak bisa mengatakannya.

Tiga hari kemudian, hari libur Jeanne dan William berakhir.

William di ruang tamu menggunakan komputer membuka kenangan yang jauh, Jeanne di kamar membereskan koper.

Saat ini ekspresinya sedikit tidak rela, kalau bisa dia benar tidak ingin pulang.

Karena tidak lama setelah dia pulang, dia harus pergi dengan bersih.

Setiap Jeanne terpikir kedepannya tidak akan bertemu dengan William, hatinya sakit seperti ada ribuan semut menggigitnya.

Sudut matanya melihat lukisan di samping tempat tidur, dimana terdapat lukisan minyak dia dan William.

Dia dengan sangat hati - hati membawa lukisan dan dengan penuh cinta meraba lukisan, air mata pelan - pelan membuat pandangannya kabur, dalam matanya banyak perasaan tidak rela.

Dan juga disaat ini, dia mendengar suara William mematikan video, dilanjutkan dengan langkah kaki yang pelan dan ringan.

"Sudah beres ? Perlu aku bantu ?"

William berdiri di pintu kamar, bertanya melihat Jeanne.

Jeanne tidak ingin William melihatnya menangis, dengan kuat mengkedipkan mata, mengisap kembali air mata, menundukkan kepala dan berlagak sibuk, "Tidak usah, aku sudah hampir selesai membereskannya."

William tidak merasakan nadanya yang berubah, menganggukkan kepala, "Aku ke bawah melihat supir yang dipesan sudah datang belum."

Dua jam kemudian, keduanya masuk ke dalam pesawat perjalanan pulang.

Jeanne dengan sangat tidak rela melihat keluar jendela Rusia yang asing dan banyak kenangan, suasana hatinya tidak baik.

Juga tidak tahu apakah William mengetahui suasana tidak baik Jeanne, dia mengulurkan tangan memegang tangan Jeanne, berjanji, "Kalau kamu suka ke sini, lain kali aku temani lagi kamu datang berlibur."

Jeanne menarik pandangannya dan melihat William, dia melihat William yang terlihat sangat serius, padahal hatinya sangat amat sedih, tapi tetap menaikkan sudut mulut, tersenyum dan menganggukkan kepala, "Baik."

Beberapa jam kemudian, Jeanne dan William sampai ke ibukota.

Diluar bandara, Moli membawa supir di rumah sudah menunggu lama.

"Tuan."

Moli dengan senang datang menyambut, dia dengan alami mengambil koper dalam tangan William.

Dan untuk Jeanne, dilayani supir.

Sekitaran sepuluh menit kemudian, mereka pulang ke kediaman Sunarya.

William dan Jeanne yang capek dalam perjalanan yang panjang, mereka mandi dengan cepat dan bersandar di tempat tidur untuk istirahat,

Di saat yang sama, dalam kediaman Gunarta.

Julian terpikir dengan rencana mereka selanjutnya, bertanya : "Jessy, kapan kamu berencana mengembalikan identitas Jeanne ?"

"Mungkin setelah dua hari, tunggu bayi keluar dari rumah sakit, aku baru bisa dengan fokus pergi ke rumah Sunarya."

Jessy menyipitkan mata, matanya berspekulasi dengan muram.

Segala hal ini Jeanne tidak tahu.

Setelah dia dan William pulang, harinya kembali seperti sebelumnya.

Terutama dengan waktu Jeanne pergi makin lama makin dekat, perasaanya juga makin lama makin berat.

Dan Jeanne yang beberapa kali tidak menutup perasaannya membuat William tahu ada perbedaan, dan diakhirnya selalu dilewati dengan alasan seadanya.

Jeanne tahu dia tidak bisa tetap begini, atau menurut kecerdasan William, pasti akan ketahuan sesuatu.

Dia berencana menggunakan kerjaan untuk mengurung diri sendiri, dan juga berencana memaksa diri sendiri sebelum meninggalkan, menggambar lebih banyak desain untuk membayar bantuan William selama ini.

Dia tahu, dengan sikap manja dan kasar Jessy, setelah dia pulang, pasti tidak akan menetap di perusahaan fashion.

Beberapa hari selanjutnya, William pulang, setiap hari dapat melihat Jeanne dikelilingi dengan papan kerjanya, dan di sekitar Jeanne dipenuhi dengan desain yang tidak sedikit, ada sedikit perasaan lupa diri.

Tentu yang membuatnya tidak senang adalah diacuhkan oleh Jeanne.

Hari ini, William selesai kerja pulang, dia melihat Jeanne masih di tempat kerjanya bekerja, berpura - pura berdiri di samping Jeanne melihat gambar, "Akhir - akhir ini perusahaan cabang sibuk ?"

Tangan Jeanne gemetar, garis pensil yang lurus tiba - tiba menjadi miring, "Masih baik-baik saja, tidak terlalu sibuk."

Dia dengan kecewa meletakkan pensil dan menyimpan kertas yang dia gambar, berencana untuk menggambar ulang.

Disaat dia sedang memegang pensil bersiap - siap lanjut menggambar ulang, tangannya dipegang William.

"Kenapa ?"

Dia dengan heran melihat ke arah William.

"Kamu tidak merasa beberapa hari ini kamu seperti tidak mempedulikanku ?"

William dengan sedikit tidak senang melihat Jeanne.

Novel Terkait

My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu