Wanita Pengganti Idaman William - Bab 91 Identitas

Bab 91 Identitas

Mendengar kata-kata pembantu wanita itu, kedua mata Alexa ia kedipkan.


“jadi gimana?” mendengar itu pembantu wanita langsung membicarakan pemikiran dalam hatinya.


“nona, coba anda pikiran, seseorang bisa berubah, dan seperti orangnya seluruhnya berubah, beberapa waktu ini wanita itu terus tenang di rumah, apa nona tak merasa sangat aneh? Itu kan bukan sifat wanita itu.”


Mendengar hal itu, mata Alexa menatap dalam-dalam terlihat seperti kepikiran sesuatu.


Melihat kalau pendapatnya sendiri didengar, pembantu wanita itu lanjut berbicara: “lagipula aku rasa, kalau nona mau menghadapi wanita itu, bisa mulai dari sisi ini, meski tak menemukan apapun, juga bisa menambah masalah untuk wanita itu.” selesai bicara, ia melihat ke arah Alexa dan menunggunya mengambil keputusan.


Alexa malah memang merasa omongan pembantu itu masuk akal, ia mengangguk dan berkata: “ide ini lumayan juga......aku akan mengirim orang untuk mencaritahu, kalian keluar saja.”

Alexa melambaikan tangannya mengisyaratkan mereka berdua untuk pergi.


Seiring dengan kepergian mereka, Alexa melihat ke arah tempat rumah baru, rumah William dan Jessy, di luar jendela, terlihat ada sorot mada dingin terpancar di matanya.


Jessy, jangan sampai aku bisa menangkap informasi yang bisa melawanmu, kalau tidak, aku akan mempermalukanmu!

......

Ditambah lagi di rumah baru ini, baru saja Jeanne selesai bicara di telepon dengan Julian, Merry sudah mengetuk pintu dan masuk.

“nona muda, pembantu wanita itu pergi lagi ke tempat Alexa sana, aku lihat ia barusan masih ada di lantai atas, mungkin ia mendengar sesuatu.” mendengar kalimat itu, Jeanne sangat terkejut! Saat Jeanne bereaksi, pemikiran pertamanya itu pembicaraan di teleponnya dengan Julian mungkin terdengar.


Saat itu juga Jeanne panik, kalau sampai Alexa mendengarnya, wanita itu sudah pasti curiga, dan pada saatnya mencaritahu soal Jeanne, kemudian akibatnya.......Jeanne tak berani membayangkannya!


Merry dapat merasakan kalau Jeanne merasa tidak aman, dengan mata berbinar ia menghibur dan berkata: “nona muda, sebenarnya tidak perlu gugup juga, aku rasa dia juga kemungkinan tidak mendengar terlalu banyak.”


Jeanne meraba bibirnya tanpa bicara. Kalau tidak terdengar, kenapa pergi mencari Alexa.


Melihat Jeanne yang tak bersuara, Merry mengedipkan matanya, dengan sangat hati-hati ia bertanya: “memangnya nona muda benar-benar membicarakan hal yang tak seharusnya disebut?”


“memangnya ada hal apa yang aku tak seharusnya sebut?”


Jeanne tanpa sadar sudah seperti membela diri, tapi dengan cepat ia menyadari kalau reaksinya mungkin terlalu berlebihan, ia batuk kecil dan berkata: “maksud aku itu, aku tidak ada hal yang disembunyikan.” 


“Merry paham, makanya Merry bilang nona muda tidak perlu gugup.” 


Jeanne menatap Merry, mengernyitkan alisnya dan bertanya: “bagaimana kamu bisa yakin?”


Mendengar hal itu, Merry tertawa.

“barusan bukannya nona muda sudah bilang, Anda tidak ada hal yang tidak seharusnya dibicarakan, ditambah lagi, kalau pembantu wanita itu benar memang mendengar sesuatu, saat ini, hanya takut nyonya dan nona Alexa datang, tapi sampai sekarang dua orang itu tak kelihatan juga, dipikir lagi harusnya ia memang tak mendengar suatu hal yang penting.”


Jeanne berpikir benar juga ya, kemudian Jeanne memikirkan kembali secara detil percakapannya tadi.


Selain kalimat tentang mamanya tadi, sepertinya ia tidak membicarakan hal lainnya, dipikir-pikir pembantu wanita itu mendengar hal tersebut tak bisa kepikiran ke hal-hal lainnya.

Berpikir seperti itu, Jeanne memaksa diri untuk tenang, berencana berimprovisasi saja nanti.


Meski Alexa ragu, kalau memang tak ada bukti nyata, Jeanne punya banyak alasan yang bisa menangkis Alexa.

Ditambah lagi, Julian tak mungkin diam saja melihat kedok Jeanne yang terkuak, jadi, Jeanne tidak takut!


Sedangkan pada kenyataannya, perkembangan selanjutnya dari masalah ini, memang di luar dugaan.


Belum saja Alexa mencaritahu soal Jeanne, ia sudah mendengar berita kalau ia akan diusir.


Malam di hari itu juga, anggota keluarga William duduk bersama dan menyantap makan malam, di saat suasananya sedang terlihat bahagia itu, tiba-tiba saja William melempar sebuah bom.


“ma, dalam beberapa hari, mama kirim Alexa pulang ke rumahnya ya.” seiring dengan kata-kata William yang terlontar itu, semua orang terdiam, melihat ke arah William, sulit percaya.


Alexa juga salah satunya, wajahnya jadi pucat pasi, matanya dipenuhi dengan ketidakpercayaan.


“kak William……”

William sama sekali tidak menggubris Alexa, ia malah menatap ke nyonya Thea。 


“memang ada apa ini, Alexa baik-baik saja tinggal di sini, kenapa mau mengirimnya pulang?”


Alis nyonya Thea sedikit terkernyit, melihat ke arah putranya sendiri dan tak paham.


“ya nggak kenapa-napa.” 


William tidak ingin bicara banyak, menjawab dengan nada dingin.

Siapa sangka kalau nyonya Thea tidak puas dengan jawaban itu.


“kalau nggak kenapa-napa, buat apa kamu pindahin Alexa, aku tidak mengijinkan!”

Nyonya Thea mempelototi putranya sendiri karena menentang ide itu, nada bicaranya sama sekali tidak puas.


Melihat keadaan itu, William mengelus dahinya agak pusing dan berkata: “ma, aku juga melakukannya demi kebaikannya, kamu harusnya tahu agar dia berkembang dengan baik, perusahaan tante Lexi maju dengan pesat, di kemudian hari Alexa juga harus meneruskan perusahaan, terus-terusan tinggal di rumah ini tidak bagus untuknya, juga akan berpengaruh ke promosi kerjanya om Reiner.”


Mendengar William yang mencoba untuk meyakinkan tante Thea dengan berbagai cara, jadi panik, wajahnya pucat pasi. Alexa secara natural tahu kenapa William mau sekali mengusirnya, hanya takut saja mengingat masalah semalam. Tapi ia tak boleh diusir rumah William. Sama sekali tak boleh!


“kak William, semua itu tak ada hubungannya, sebelumnya beberapa tahun ini bukannya juga datang kemari begitu saja? Lagian, aku sekarang masih kerja di perusahaan.” Alexa mencoba untuk meyakinkan William.


Kemudian William malah melirik Alexa dengan dingin, bersikeras berkata: “pekerjaan di kantor, kalau kamu mau stay ya boleh terus stay, tapi......tidak boleh tinggal di rumahku lagi.” 


Melihat situasi itu, mata Alexa dipenuhi air mata.


“kak William, harus sekali ya mengusir aku?” Alexa bertanya dengan rasa disalahkan.


Melihatnya nyonya Thea jadi tidak tega, semakin tidak puas terhadap William.


“Alexa, jangan nangis, tante sama sekali tak mengijinkan kamu pindah ke luar.” ia menenangkan Alexa, memutar kepalanya dan melihat ke arah William dengan wajah cemberut.


“apa karena Jessy wanita itu lagi-lagi membuat masalah di depanmu, menyuruh kamu untuk bicara seperti itu, bisakah dia berpemikiran lebih luas sedikit?” 


William mengernyitkan alisnya, dengan suara dingin ia membalas: “hal ini tak ada kaitannya dengan Jessy.”


“kalau tak ada kaitannya kamu baik-baik saja buat apa mengusir Alexa?” nyonya Thea sama sekali tak percaya, bertanya sekali lagi.


Melihat kondisi itu William marah dan bicara: “baiklah, anggap saja kalau ada hubungannya dengan Jessy, memangnya ini bukan yang seharusnya dilakukan? Dia itu istriku, memangnya ia bisa terus bersabar menahan seseorang, wanita yang mau menggunakan cara apapun untuk datang dan menggoda suaminya sendiri?”


Selesai bicara, mata William menatap nyonya Thea dalam dalam dan berkata: “ma, mama itu orang yang lebih tua, bukannya mama seharusnya semakin menghalangi hal seperti ini terjadi? apa yang sudah Alexa perbuat, aku rasa orang lain tidak terlalu tahu jelas, tapi masa sih mama tidak tahu jelas?”


Mendengar kalimat William itu, nyonya Thea memonyongkan bibirnya, tapi tak mengeluarkan sepatah katapun. Memang, kejadian apa yang terjadi semalam, nyonya Thea tau dengan sangat jelas. Alexa meminum obat sendiri, mau menggoda William, eh malah ketahuan sama William.


Karena ia suka Alexa, ditambah lagi ia juga mau Alexa jadi menantunya sendiri, jadi hal ini, ia diamkan saja. Awalnya nyonya Thea pikir kalau William tidak melakukan apapun setelahnya, hal ini bisa dianggap lewat begitu saja, siapa sangka ia akan menunggu di sini.


Alexa merasa sangat malu, ia tak menyangka kalau kak William akan membicarakan masalah semalam seperti itu. Dan sebenarnya hal yang paling membuat Alexa sedih itu tante Thea yang diam saja. Hal ini membuat Alexa merasa kalau situasinya sudah tak bisa diselamatkan lagi.


William sama sekali tak peduli dengan apa yang mereka pikirkan, ia bangkit berdiri dan berkata: “aku harap mama bisa mengingat kata-kataku itu dalam hati, jangan membuatku mengatakannya untuk yang kedua kalinya!” selesai bicara, William berbalik badan dan meninggalkan tempat itu tanpa menengok sedikitpun.

Novel Terkait

Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu