Wanita Pengganti Idaman William - Bab 1 Berencana Punya Anak

Bab 1 Berencana Punya Anak

Bab 1 Berencana Punya Anak

Di kamar yang terhias dengan antik nan elegan, cahaya lampu yang redup.

Jeanne nampak lelah duduk di sofa, meminum segelas anggur merah seteguk demi seteguk. Ia nampak agak mabuk, ekspresinya menunjukkan sebuah kesedihan yang tak terlukiskan....

Hari ini, adalah hari pertama dimana ia menggantikan adik kembarnya Jessy, menikahi William.

Keluarganya William, adalah keluarga yang paling kaya dan berkuasa di seluruh ibukota.

Sedangkan Jessy, secara teknis adalah menantu keluarga William!

Dua hari yang lalu, ayah mereka Julian datang mencari Jeanne, memintanya untuk berpura-pura menjadi adiknya, masuk ke rumah William, tinggal disana selama setahun.

Jeanne merasa agak lucu. Saat ia berusia 8 tahun, ayah membawa pergi adik kembarnya, menelantarkan ibu dan dirinya sendiri, acuh tak acuh selama 10 tahun, tanpa pernah datang melihatnya sekalipun.

Siapa sangka, saat datang mencarinya lagi, malah hanya untuk permintaan seperti itu!

Kalau bisa, ia sama sekali tidak mau punya hubungan apapun dengan ayah semacam Julian.

Namun, ia mau tak mau menyetujui.....

Ibu yang hidup bergantung pada Jeanne sakit keras, butuh biaya pengobatan yang berjumlah besar, ia sungguh tak berdaya, hanya bisa menyetujui kesepakatan ini.

"Ivan, rasa sukaku padamu cukup sampai sini saja! Setelah ini, aku akan jadi menantu keluarga William...."

Jeanne bergumam, lalu menghabiskan seteguk anggur terakhir.

Cairan yang rasanya tajam dan pahit masuk ke tenggorokan, seiring dengan kepedihan yang meresap ke lubuk hati.

Ia menguatkan diri untuk beberapa saat, sebelum perlahan-lahan pulih kembali, sampai sorot matanya menguat.

Demi ibu, apapun akan ia lakukan!

Sejak saat itu, ia akan mulai berperan sebagai Jessy!

Meskipun sifatnya berbeda 180 derajat dengan Jessy, mau bagaimanapun, ia tetap harus bertahan selama setahun.

Semoga suami diatas kertasnya bisa terus menetap di Eropa tahun ini, jangan kembali.

Pada saatnya, ia akan pergi membawa uangnya, dan mereka tak akan saling terkait!

......

Saat itu juga, bandara London, Inggris.

Di bawah cahaya malam, sebuah pesawat yang menuju ibukota, akan segera lepas landas.

Di dalam ruang kelas prioritas, duduk seorang laki-laki yang nampak tegas, terkesan mampu menekan orang.

Ia mengenakan sebuah jas hitam yang dicocokkan secara khusus dengan figur tajamnya, yang mampu membentuk bahu tajamnya, juga sebuah celana hitam, yang membungkus kaki panjangnya dengan rapih.

Cahaya yang terpancar di wajah bagaikan patungnya itu, perpaduan antara cahaya dan bayangan dari lampu yang kerlap-kerlip, kelima bagian wajah yang tampan mempesona, seakan-akan ia adalah mahakarya Tuhan yang paling sempurna.

Ia menutup matanya sedikit,  jarak antar alisnya menyempit, seperti sedang beristirahat sejenak, diselimuti aura dingin yang tak bisa didekati.

Seorang pramugari yang mengenakan seragam kebetulan melihat pemandangan ini saat lewat, lalu mematikan lampu yang kerlap-kerlip diatas kepalanya.

Suara kecil itu membangunkan laki-laki yang sedang terpejam itu.

Ia membuka mata tajamnya secara tiba-tiba.

Sebuah cahaya remang yang nyaman dilihat.

Tiba-tiba nafasnya melambat seperti muncul sebuah pusaran hitam di depan matanya, sebuah tentakel yang tak terlihat, terulur dari dalamnya, seperti mau menariknya ke dalam.

Nafas laki-laki tersebut mendadak terengah-engah, muncul keringat di dahinya yang halus.

Ia mengencangkan rahangnya, nyaris mencaci-maki saat meneriakkan nama "Hans!!!"

Tak lama kemudian, figur seseorang yang tinggi masuk, menjawab dengan hormat: "ya direktur!"

Laki-laki tersebut terengah-engah mengambil nafas, tidak menjawab, tapi Hans sudah menyadari ada yang tidak beres, lalu buru-buru menyalakan lampu.

Seketika, cahaya lampu menyinari seluruh sudut ruangan.

Hans khawatir dan bertanya "Direktur, bagaimana keadaan Anda?"

Tak heran ia begitu gugup, presiden direkturnya fobia kegelapan, bukan cuma sehari dua hari saja!

Urat nadi di dahi William muncul, dengan perasaan yang masih belum tenang.

Hans buru-buru mengambil sebotol obat penenang dari kantongnya, mengeluarkan sebutir dari botol itu, memasukkannya ke mulut William, lalu memegang segelas air dengan kedua tangannya, menyajikan minuman untuknya.

Setelah beberapa waktu kemudian, William baru pilih kembali, wajahnya yang tampan, nampak sedikit pucat.

Hans menghela nafas di dalam hatinya, lalu segera menatap pramugari itu dengan galak, dengan suara kencang berkata :"Bukankah aku sudah perintahkan kalian, lampu di ruang prioritas tidak boleh dimatikan? Bisa kerja dengan benar tidak?

Pramugarinya ketakutan, langsung meminta maaf, "maaf, maafkan saya. Aku hanya mematikan lampu karena melihatnya beristirahat, tidak sangka hal seperti ini akan terjadi"

"Apa permintaan maafmu bisa menjelaskan kesalahanmu begitu saja? Kalau sampai direktur kami kenapa-napa, apa kamu bisa menanggung akibatnya?" Cara bicara Hans yang agresif

mendesaknya.

"Saya sungguh minta maaf, saya tidak sengaja." Pramugari terus meminta maaf, nampak seperti sudah mau menangis.Hans menyela, "kalau bukan karena pesawat pribadi kami yang sedang diperbaiki, tidak perlu naik pesawat kalian ini......."

"Hans, cukup."

Saat itu juga, ucapan William menghentikan kata-kata Hans, suaranya bermartabat dan tidak membiarkan adanya gangguan.

Hans terpaksa berhenti, lalu berkata: "masih belum pergi?" kepada pramugari.

Pramugari segera bergegas pergi.

Sisa 2 orang di ruang pesawat Hans bertanya dengan penuh perhatian, "direktur, bagaimana perasaan Anda sekarang? Perlukah kita kembali dan ke dokter dahulu, masih sempat kalau pesawatnya mendarat sekarang...."

"Tidak perlu." William menjawab dengan datar.

Hans menjawab dengan sedikit ketidaksetujuan: "tapi Anda sudah rapat seharian, seharusnya kembali dan istirahat baik-baik dahulu."

"Disini juga bisa istirahat."

".....baiklah." Hans gagal membujuknya, terpaksa menyerah dan bertanya: "direktur, saya tidak paham, mengapa kakek direktur menyuruh anda pulang di saat seperti ini? Bisnis kita di luar negeri, sedang berada pada puncaknya, tiba-tiba memulangkan anda pada saat seperti ini, apakah ada masalah di rumah?"

"Tidak ada masalah apapun di rumah, hanya saja kakek ingin punya cicit. Daripada membiarkannya mendesakku hampir setiap harinya, lebih baik penuhi saja keinginannya."

William membicarakannya dengan tidak terlalu serius, dengan nada yang cukup datar.

Hans langsung jadi tidak tenang, "soal ini....direktur, Anda benar-benar berencana punya keturunan dengan nona?"

Novel Terkait

Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu