Wanita Pengganti Idaman William - Bab 3 Wanita Penggoda

Bab 3 Wanita Penggoda

Keesokan harinya, sinar matahari mulai menembus jendela. Jeanne perlahan-lahan membuka matanya, kepalanya masih agak sakit. Ia mengusa-usap dahinya, lalu perlahan-lahan bangun.


Bergerak sedikit saja, badannya terasa sakit semua, sakitnya sampai membuat alisnya mengernyit. Di saat itu, kesadarannya baru sepenuhnya kembali. Ia teringat kembali tindakan panas yang menggairahkan semalam, juga paksaan laki-laki yang tidak kenal puas itu.


Jeanne masih merasa bingung samar-samar. Ternyata…bukan mimpi ya! Laki-laki itu benar-benar sudah kembali! Ia yang pada awalnya masih mengira bisa tinggal di rumah William selama setahun dengan tenang, siapa sangka, pada hari kedua tinggal di sini ia langsung kehilangan kehormatannya. Itu malam pertama Jeanne!


Hati Jeanne dipenuhi kesedihan, tapi ia tidak berani untuk memperlihatkannya. Ia mengingat dengan sangat jelas, kesepakatannya dengan William sebelum datang kesini.

“sampai di rumah William, apapun yang terjadi, kamu hanya boleh menerima, tidak boleh memberontak. Apapun yang dilakukan anggota keluarga Williiam, semua harus kamu hadapi dengan sabar. Kalau karena tidak hati-hati identitasmu terbongkar, aku tidak akan memberimu sepeserpun!” Jeanne mengepalkan tangannya dengan erat, dan mengubur kesedihannya dalam lubuk hatinya yang terdalam.


Ia sekarang berperan sebagai Jessy, istrinya William, kalau mereka berdua berhubungan, sangat teramat wajar! Setelah susah payah menenangkan perasaan,  Jeanne bersiap-siap bangkit dari ranjang dan membersihkan diri, saat itu pintu kamar mandi malah terbuka. 


William berjalan keluar dari kamar mandi. Ia baru saja mandi dengan mengenakan jubah mandi longgar yang diikat sembarang hingga dada bidangnya jelas terlihat, air masih menetes 


setitik demi setitik dari rambut hitamya, wajah yang menawan, dilengkapi dengan kedua bola matanya yang hitam pekat bawaan sejak lahir, ia lalu berhadapan langsung dengan Jeanne.

Jeanne terdiam,tanpa sadar ia terpikir soal data William yang diberitahu Julian. Katanya,  orang ini adalah orang yang sangat beruntung, pengusaha jenius yang jarang sekali ditemukan. 5 tahun yang lalu muncul konflik internal keluarga William, yang menempatkan mereka pada posisi kritis, hampir bangkrut. Kemudian William mengambil alih, dalam waktu kurang dari 1 tahun ia mampu membelenggu anggota keluarganya yang berniat buruk, sekaligus menyelamatkan perusahaan keluarganya, kemudian dalam waktu sesingkat 4 tahun ia mampu memperluas bisnis perusahaan secara internasional.


Keluarga William yang sekarang adalah keluarga yang paling berkuasa dan paling kaya, nomor satu di ibukota. Orang yang sekarang dihadapan mata ini lebih tidak bisa digapai lagi!  Untuk sesaat Jeanne tidak tahu baiknya harus bicara apa, hanya bisa mengalihkan pandangan, lalu sembunyi dibalik selimut. 


William kembali mengingat kemarin saat malam pertama, gadis ini kesakitan sampai terlihat di wajahnya, yang malah membuatnya menjadi kenangan manis yang tak terlupakan. William otomatis bicara dengan lebih lembut: “sudah bangun?”


“iya.” Jeanne mengangguk, sebagai jawaban. Messkipun mereka berdua sudah kontak fisik, tapi pada kenyataannya belum akrab, tidak banyak yang bisa dibicarakan, ditambah lagi William pada dasarnya memang pendiam, setelah sepatah dua patah kata, untuk sesaat mereka terjebak dalam situasi canggung. 


Tak lama kemudian, Jeanne mulai memecah keheningan. “k…kok kamu tiba-tiba pulang?” 

Data dari Julian jelas-jelas menginformasikan kalau William tinggal di luar negri sepanjang tahun, tak akan pulang. Bisa-bisanya Jeanne baru datang sehari, dia sudah pulang saja? Tidak habis pikir! William tidak terlalu terkejut dengan pertanyaan tersebut. Kali ini pulangnyya memang agak dadakan, yang tahu saja tidak sampai 5 orang.


“Kali ini aku pulang, supaya aku bisa cepat-cepat memenuhi perintah kakek, cepat-cepat punya anak denganmu. Kakek setiap hari ribut mau menggendong cicit, mendengarnya telingaku sampai mau copot rasanya.” Jawab William


Mendengar hal itu, Jeanne tanpa sadar mengernyitkan alis, dalam hatinya ia berkata, sudah lama sekali tidak pulang, haruskah punya anaknya di saat Jessy tidak ada!

William tidak memperhatikan ekspresi Jeanne, ia hanya diam-diam berjalan ke meja samping tempat tidur, mengeluarkan sebuah kartu hitam dari dompetnya dan menyerahkannya ke Jeanne.


“untuk apa ini?” sesaat, Jeanne tidak paham, bertanya dengan tatapan kosong. William menjawab tanpa perasaan: “ini kartu yang tidak ada batas pemakaiannya,  ambil dan pakailah, beli apapun yang kamu suka.” 


Jeanne sama sekali tidak bereaksi dan terus menatap kartu itu sampai lama sekali, ia merasa terhina dalam hatinya. Apa maksudnya ini? Karena Jeanne akan punya anak darinya, jadi diberi hadiah uang? Memang ya orang kaya, segalanya diselesaikan.dengan uang!


“tidak perlu, uangku cukup kok!” Jeanne agak emosi saat mengalihkan pandangannya, lalu tidak bicara apapun lagi pada William, langsung memakai selimut menutupi tubuh dan masuk ke kamar mandi . Pintu tertutup  dengan bunyi kencang. William terdiam sejenak, alisnya terangkat tinggi! Dia….marah? Sesuai rumor ya dia sangat pemberani, berani menunjukkan emosinya pada William! 


Di saat itu juga, suara ketokan di pintu memotong pikirannya. William kembali sadar dan membuka pintu. Di depan pintu ada Hans yang berdiri dengan sopan “direktur, kakek mencari anda”. William menatapnya dengan agak sinis , dengan ekspresi yang kurang enak.


“di datamu istriku paling suka beli baju bermerk, riasan wajah, sepatu hak tinggi, semuanya bohong?” tanya William

“hah?” Hans terkejut dan hampir tak sempat bereaksi, “sa….saya tidak membohongi Anda, menurut catatan belanja nona, ia pasti belanja sekali setiap dua tiga hari, dan setiap belanja pasti belinya setumpuk… kenapa? Ada yang salah?”, William menghela nafas lalu berkata:“nampaknya, belakangan ini kemampuanmu menurun,bahkan laporan kecil macam ini saja salah,bonusmu dipotong satu bulan,untuk menebus kesalahanmu.”  Setelah bicara, William berbalik  dan mengganti bajunya, lalu pergi tanpa menoleh sedikitpun.


Menunggu suara langkah kaki semakin jauh, Jeanne baru keluar dari kamar mandi. Ia nampak depresi dan tak berdaya. Kali ini ia benar-benar rugi besar! Bukan hanya kehilangan kehormatannya, ia juga masih harus berhubungan dengan William dalam jangka waktu panjang. Begini terus, mampukah ia bertahan selama setahun? Dalam sekejap perasaan Jeanne campur aduk.


Saat itupun juga, ada yang mengetuk pintu lagi. Jeanne mengira itu William yang kembali lagi, awalnya mau mengabaikannya saja, tak disangka ia malah mendengar suara yang manis. 


Dari luar terdengar “kak William, sudah bangun? Ini aku, Alexa”. Mendengar nama itu Jeanne tercengang, langsung berpikir keras tentang data yang bersangkutan.  Alexa, nona muda yang keluarganya kaya raya. Karena hubunngan keluarganya dengan keluarga Williiam, beberapa tahun yang lalu ia tinggal di sini, berkedudukaan tinggi,  disebut-sebut sebagai adik perempuan William, pada kenyataannya semua orang bisa lihat perasaannya yang sesungguhnya untuk William.


William baru saja kembali, Alexa sudah langsung tak sabar mencarinya kesini. Meskipun Jeanne tidak ingin bertemu dengan Alexa, tapi sekarang dia berperan sebagai Jessy, jadi ia terpaksa merapihkan diri, dan pergi membuka pintu. Alexa senang sekali melihat pintu yang sedang dibuka, segera tersenyum sambil berkata:“Kak William, aku dengar kamu sudah pulang, aku buru-buru datang menemuimu, ka..” belum selesai kalimatnya,  bayangan Jeanne memasuki pandangannya.


“Jessy…. Kok kamu bisa disini?” senyuman Alexa berubah jadi kaku, matanya seolah menatap dengan kekesalan dan kebencian. Jeanne bersandar pada sisi pintu dengan santai, dan balik bertanya “kenapa aku tidak boleh ada disini? Bukannya aku selalu tidur di kamar ini? 


“beda lah, sekarang kak William sudah kembali, masih berani dan gak tahu diri? Pergi!” Alexa memaki dengan penuh kekesalan, matanya seperti berapi-api.

“atas dasar apa? Aku istrinya, apa salahnya tidur di kamarnya?” ekspresi dan jawaban Jeanne yang arogan, sama sekali tidak mengalah. Cara Jeanne bersikap sekarang ini, meniru Jessy. 


Menurut data, Jessy dan Alexa sudah sering ribut. Alexa dari dulu selalu ingin mencabut gelar istri dari Jeanne, dan menggantikan posisi tersebut. “Jeanne, jangan terlalu bangga, jangan kira aku tak tahu perbuatan-perbuatan kotormu, wanita penggoda sepertimu ini, sama sekali tidak sederajat dengan kak William.” Alexa menggertakkan gigi, dari tatapannya terlihat betapa bangganya dia. Sepertinya wanita ini datang pagi-pagi sekali, sibuk mengadu.


Jeanne nampak dingin dengan nada bicara yang tegas,“Alexa, kata-katamu tidak jelas, siapa yang wanita penggoda?”

“masih berpura-pura! Bersikeras ingin aku tunjukkan bukti?” Alexa lalu mengeluarkan 2 lembar foto dari kantong, dengan kasar menepuk foto tersebut ke dada Jeanne,“lihatlah baik-baik” Jeanne melihat sekilas “dirinya” dalam foto yang sedang bermesraan dengan seorang laki-laki yang lumayan tampan,  sangat intim.


Ia malah mengenali laki-laki itu, Gilbert, tuan muda kaya di keluarganya.  Latar belakang keluarganya juga luar biasa, berkedudukan tinggi!  Jeanne mengernyitkan alis matanya, berpikir dalam hati, “kelihatannya kata-kata Alexa bukan omong kosong, ia benar-benar mempunyai bukti soal Jessy, nampaknya aku akan jadi kambing hitam lagi. 


tapi bagaimanapun sekarang aku tidak boleh mengaku pada Alexa,  “sembarang mengedit beberapa foto, siapa yang mau kamu tipu? Kamu kira William akan percaya?“ Jeanne melempar fotonya sambil tertawa mengejek. 


Alexa tidak menyangka ia akan menahan emosinya yang meluap-luap dan akan semarah itu. Wanita rendahan ini, pandai berpura-pura! Sampai sekarang, matipun tak akan mau mengaku! Dia kira, dia bisa lolos begini saja? Mimpi!


“Jessy, kamu sungguh tidak berperasaan, tunggu saja sampai aku mendapatkan seluruh bukti perselingkuhanmu, pada saat itu aku mau lihat akal busukmu!” setelah Alexa selesai bicara, ia berbalik dan pergi dengan kesal. Jeanne diam di tempat asalnya, berpikir,tiba-tiba ia merasakan adanya bahaya。Menjadi peran pengganti nampaknya tidak semudah yang dipikirkan. Bukan cuman harus waspada ketahuan, juga harus menghadapi berbagai jenis kesulitan. Kalau begini terus pasti gawat.


Sepertinya ia harus tanya Julian, apa yang sebenarnya terjadi pada Jessy, kapan Jessy bisa muncul kembali, ia juga punya batas kesabaran! Dengan pemikiran itu, Jeanne segera kembali ke kamar, menelepon Julian untuk bertanya.  Siapa sangka, Julian hanya menjawab dengan dingin “jangan tanya hal yang tidak seharusnya ditanyakan, berpura-pura dengan baik saja, jangan lupakan biaya pengobatan ibumu.” setelah menjawab ia langsung menutup telepon tanpa menunggu jawaban Jeanne.


Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu