Wanita Pengganti Idaman William - Bab 208 Bukan Aku Yang Malu

Bab 208 Bukan Aku Yang Malu

William melihat Jeanne sedang menatap lurus padanya, tidak tahan dia membungkukkan badannya dan mencubit hidungnya.

“Bukannya kamu lapar? Apa mungkin kamu bisa kenyang hanya dengan melihatku?”

Jeanne kembali sadar, mengedip matanya melihat pada pria di depan yang tersenyum dengannya, menekan kesenangan di hatinya.

“William, mengapa dulu tidak terlihat kamu begitu narsis?”

Dia bercanda mengatakannya, kemudian menundukkan kepalanya dan makan untuk menyembunyikan perasaan kasih sayang dari matanya.

William mengangkat alisnya, tiba-tiba merasa sikap wanita ini semakin santai di depannya.

Dia tidak akan berbicara dengannya seperti ini sebelumnya.

Dia berpikir seperti ini, dan hatinya memiliki sukacita yang tak dapat dijelaskan.

“Narsisme juga tergantung pada orang.”

Dia menggoyangkan gelas di tangannya, tersenyum menghibur Jeanne.

Jeanne diejek oleh pria ini yang tak tahu malu dan tertawa bersamanya.

Dapat dikatakan keduanya sangat senang ketika makan, oleh karena itu Jeanne minum banyak anggur. Dalam perjalanan kembali, seluruh tubuhnya seperti melayang.

William melihat pada Jeanne yang turun dari mobil dan berjalan dengan tidak seimbang, alisnya berkerut dan maju memegangnya: “bisakah kamu berjalan?”

Jeanne menatapnya dengan tatapan bingung. Dia tersenyum dan mengangguk: “Yakinlah, aku bisa jalan, aku sudah belajar berjalan lebih dari 20 tahun.”

Dia berkata, dan melepaskan William, lalu berjalan menuju kamar dengan sempoyongan.

William mengikuti di belakangnya, memperhatikan sosoknya yang gemetaran, dan kata-kata tadi yang sangat lucu, matanya dipenuhi dengan senyuman memanjakan.

Namun, Jeanne tidak mengetahuinya, dia mengikuti Jeanne ke dalam kamar.

Tidak tahu apakah Jeanne karena terlalu bahagia atau mabuk. Dia pergi ke samping tempat tidur dan membelakangi William, dia langsung mulai mengganti pakaian.

Dia melepaskan gaun mewah, menampakkan punggungnya yang indah dan sempurna, serta pinggang dan pinggulnya, William melihatnya dan merasa tegang di tenggorokannya.

Dia menatap fokus pada Jeanne, seperti seorang pemburu yang menargetkan mangsanya.

Namun, Jeanne sama sekali tidak menyadari, setelah dia melepaskan gaunnya, dia berjalan menuju ke kamar mandi.

Siapa sangka, baru saja melangkah, gaun di bawah kakinya tersangkut, seluruh tubuhnya mencondong ke depan.

Terlihat dia akan jatuh ke lantai, sepasang lengan muncul tepat waktu untuk menyelamatkannya.

“Terima kasih.”

Jeanne yang dalam kondisi mabuk secara otomatis mengangkat sudut mulutnya mengucapkan terima kasih, tetapi dia tidak tahu bahwa dia dalam keadaan mabuk terlihat sangat mempesona.

Matanya yang memesona, pipinya yang memerah seperti buah persik, membuat orang tidak tahan ingin menggigitnya.

Apalagi bibir merahnya yang memancarkan aroma yang wangi, dengan sedikit bau alkohol, meskipun William yang tidak mabuk, sekarang juga tidak tahan, tenggelam di dalam pikirannya.

William hanya terasa tubuhnya bergejolak seperti hewan ganas, dan hanya ingin memakan mangsa yang mempesona di dalam pelukannya ini ke dalam perut.

Tentu saja, dia juga melakukan sama persis.

Melihat dia tiba-tiba membawa Jeanne masuk ke kamar mandi, dan memandikannya, dia tidak sabar untuk menggendongnya keluar dan meletakkannya di tempat tidur, dan segera menekannya di bawah.

Jeanne yang mabuk hanya terasa seluruh badannya seperti terbakar, sangat panas.

Dia dengan rakus menginginkan kesejukan dari tubuh William, tanpa sadar dia mengikuti gerakannya, dan ini membuat William, yang tadinya tidak tertahankan, menjadi semakin gila.

Sepanjang malam, dia gila-gilaan menginginkan Jeanne, hingga terlihat cahaya terang, barulah dia memeluk Jeanne dan tertidur.

Keduanya tidur saling berpelukan, Jeanne seperti kucing yang sudah kenyang, tertidur di dalam pelukannya.

……

Pada hari berikutnya, Jeanne menyadari bahwa orang di sebelahnya telah bergerak, dan dengan sulit dia membuka matanya, kesadaran belum kembali, dan suara yang lembut terdengar di telinga.

“Aku pergi ke perusahaan, hari ini kamu istirahat di rumah.”

Jeanne dengan lambat merespon, dan tidak menolak, berbaring di ranjang dan mengangguk, wajahnya sedikit malu.

Dia semalam meskipun dalam kondisi mabuk, tetapi dengan samar masih ingat sedikit adegan tadi malam.

William secara alami terlihat semua ini, dia mengedipkan matanya, dengan suara menekan dia berkata: “Aku berangkat, jangan lupa makan.”

Selesai berkata, dia membalikkan badannya dan pergi.

Jeanne melihat sosok belakangnya yang pergi, hatinya seperti tersumbat penuh permen kapas, sangat manis.

Tetapi suasana hati yang baik ini tidak terlalu lama.

Tepat ketika dia turun makan, pengurus rumah mendekatinya.

“Nyonya muda, Nyonya Thea datang kesini.”

Dia berkata, menatap Jeanne, pengurus rumah seperti ingin berbicara tetapi terdiam.

Jeanne terasa ragu, “Apa yang terjadi?”

Sedang bertanya, dia melihat di belakang pengurus rumah, Nyonya Thea datang dengan membawa Alexa, dan ada dua pembantu membawa barang-barangnya.

Dia melihat dan mengangkat alisnya, dia sudah bisa menebak mengapa pengurus rumah ingin bicara tetapi terdiam seperti itu.

“Kamu pergi sibuk dulu.”

Dia meminta pengurus rumah pergi, dia baru berdiri dan berjalan keluar dari ruang makan dan menyapa.

“Mama, datangnya begitu pagi, apakah ada sesuatu yang terjadi?”

Dia berkata, sepertinya baru saja terlihat Alexa, dengan nada dingin dia berkata: “Nona Alexa.”

Alexa mengabaikannya, memutar kepala menatap Nyonya Thea.

Nyonya Thea menatapnya dengan tatapan penuh senyuman dan kasih sayang, tetapi ketika menatap Jeanne, tatapannya menjadi penuh rasa jijik.

“Hari ini datang kesini, untuk memberitahumu, mulai hari ini, Alexa akan tinggal disini.”

Jeanne dari awalnya sudah menebak, tetapi mendengar dia benar-benar mengatakan ini, wajahnya langsung menjadi suram.

“Ma, ini sepertinya kurang bagus.”

Nyonya Thea mendengus, dan membantah: “Apa yang tidak bagus? Sekarang Alexa mengandung anak William, normal donk harus tinggal di sini.”

Dia berkata, dan tidak peduli pada wajah Jeanne yang hitam, memutar kepala memerintah Bibi Wang: “Pergi bersihkan kamar tamu, dan memindahkan barang-barang Alexa ke dalam.”

“Baik.”

Bibi Wang menerima perintah, melambaikan tangannya membawa pembantu ke atas.

Jeanne melihat tindakan mereka, wajahnya menjadi sangat hitam.

“Berhenti!”

Dia kedepan menghalangi jalan bibi Wang dan mereka, dengan tegas menatap pada Nyonya Thea.

“Ma, kamu ingin Nona Alexa tinggal di keluarga William. Aku tidak ingin berkata apa, tapi di sini adalah rumahku dan William. Aku tidak mengizinkan orang lain masuk tinggal di sini.”

Nyonya Thea melihat situasi ini, tiba-tiba amarahnya bangkit.

Tepat ketika dia berencana menggunakan kehamilan untuk mengatakan alasannya, Jeanne tampaknya mengetahui, dan berkata: “Lagipula, tentang anak, dan belum jelas apakah itu anak kandung William, meskipun itu benar anak kandungnya, aku sekarang sebagai istrinya yang sah, aku harus bertahan jika orang lain ingin menyerang!”

Selesai berkata, matanya menatap tajam ke arah Alexa, dan tatapannya penuh penghinaan.

Alexa melihatnya, dan tiba-tiba menjadi marah.

Wanita itu berani menatapnya seperti ini lihat bagaimana dia membalasnya.

Dia menggertakkan giginya, tetapi tidak menunjukkannya di wajah. Dia bahkan mulai berpura-pura mengeluh kepada nyonya Thea, "Tante Thea, aku sudah mengatakan bahwa Jessy tidak akan setuju. Aku merasa bersalah, biarkan aku pulang tinggal di rumah saja, daripada dilihat rendah oleh orang-orang.”

Nyonya Thea mendengar kata-katanya, dan kemudian terlihat tatapan penghinaan Jeanne, dia segera marah dan menegur.

“Jessy, kamu lihat apa? Aku memberitahumu, hari ini meskipun kamu tidak setuju tetap harus memberiku persetujuan, kamu sendiri tidak dapat melahirkan, masih punya wajah untuk menyalahkan orang lain? Aku memperingatkanmu, jika kamu berani melakukan apa-apa pada Alexa, menyakiti anaknya, aku akan membuat hidupmu lebih menakutkan daripada kematian!”

Jeanne juga menjadi kesal mendengar Nyonya Thea mengatakan dia tidak dapat melahirkan.

“Karena mama bersikeras tentang ini, aku tidak peduli lagi. Lagi pula, nanti bukan aku yang malu!”

Dia selesai berkata, membalik badan dan kembali ke kamar.

Novel Terkait

Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
4 tahun yang lalu