Wanita Pengganti Idaman William - Bab 451 Terima Segala Macam Sampah

Keduanya tiba diruang VIP dituntun oleh pelayan.

Didalam ruangan, Julian sudah duduk bersama dengan penanggung jawab.

Ketika melihat kedua orang itu tiba, hanya Julian yang bangkit berdiri.

“William sudah datang, ini adalah penanggung jawab Yansen – Presdir Musro.”

Dia memperkenalkan dengan wajah sumringah, mengikuti tata krama perbisnisan, setelah dia mengatakan itu, seharusnya William dan Presdir Musro itu berjabat tangan, namun pria bernama Presdir Musro itu seolah tidak ada maksud untuk bangkit berdiri, bahkan terlihat begitu angkuh, tatapannya melihat kearah William dengan wajah menantang.

“Kamu adalah William Sunarya Presdir Sunarya Group, begitu muda, apalah bisa diandalkan? Jangan-jangan orang kalian hanya sembarangan mengutus seorang karyawan kalian untuk menghadap kesini?”

Hans mendengar ucapan yang merendahkan seperti itu, wajahnya langsung berubah jadi tidak senang.

Namun ekspresi wajah William tetap tidak berubah, namun aura dingin yang muncul dari dirinya terasa begitu jelas, membuat orang merasa kalau dia tidak senang.

Dia mengalihkan pandangan ke arah William, lalu duduk diseberang mereka.

“Jika aku tidak salah ingat, pertemuan kali ini merupakan undangan kesekian dari perusahaan anda, sekarang menantang seperti ini, apakah kalian sedang mempermainkan perusahaan kami?”

Dia berkata pada Presdir Musro, namun tatapannya tertuju pada Julian.

Ia memperlihatkan aura ancamannya, hampir saja membuat Julian tidak sanggup menahannya.

“Hehe, salah paham, salah paham, Presdir Musro, jangan melihat William masih begitu muda, Group Sunarya dibawah tangannya, hanya dalam waktu beberapa tahun saja sudah mendapat posisi terstabil dalam perbisnisan mancanegara.”

Dia tersenyum seperti seorang penengah, sambil melirik kearah Presdir Musro, memperingatkannya untuk jangan merusak rencana.

Namun ia tidak tahu, Presdir Musro ini memang dasarnya tidak senang padanya, karena bagaimanapun ia ikut bosnya selama 10 tahun lamanya, hingga akhir ia harus mendengarkan perintah dari orang yang tidak jelas muncul dari mana, bagaimana mungkin dia rela.

“Oh begitu, Presdir Sunarya ternyata memang sangat berbakat, kalau begitu coba anda katakan bagaimana kerjasama diantara kita, apa keuntungan yang ditawarkan?”

Dia berganti posisi menjadi bersandar di kursi, sedikit mengangkat dagunya melihat kearah William.

Ekspresinya itu, seolah William yang memohon untuk bekerja sama dengannya, begitu sombong.

Jangan tanya seberapa kesal Hans, bahkan William saja dibuat kesal sampai merasa lucu.

Dia menatap Presdir Musro, berdiri dengan senyum dingin : “Kerjasama merupakan kesepakatan bersama, jika perusahaan anda tidak memandang perusahaan kami, kerjasama ini tidak perlu dibicarakan lagi.”

Setelah mengatakan ini, tatapannya beralih kearah Julian, ia berkata dengan tegas : “Direktur Julian, aku mengerti niat baik anda, namun Group Sunarya kami bukan tempat sampah yang menerima segala macam sampah.”

Setelah mengatakannya, ia tidak mempedulikan seberapa buruk wajah Julian, ia berbalik lalu langsung pergi.

Hans melihat ini semua, menahan diri untuk tidak tertawa dan segera mengikutinya.

Ketika mereka keluar dari ruangan, terdengar suara murka dari dalam.

Keduanya tidak mempedulikan, langsung meninggalkan tempat itu, dan karena itu mereka tidak mendengar ucapan Julian yang begitu menusuk.

Karena sudah tidak ada William, maka mereka berdua tidak perlu berpura-pura lagi.

“Musro Hasto! susah payah aku mencari kesempatan ini, sekarang dihancurkan olehmu, kamu kembali dan jelaskan sendiri pada Jessy!”

Julian melemparkan ucapan ini, lalu pergi dengan sangat marah.

Presdir Musro, Musro Hasto, melihat dia pergi, sama sekali tidak bergeming, mengenai menjelaskan pada Jessy, itu lebih tidak mungkin lagi!

Dia pergi sambil mendengus.

……

Disaat bersamaan, kediaman keluarga Sunarya.

Jeanne tahu kalau hari ini merupakan hari dimana mereka akan bertemu untuk membicarakan tentang kerja sama, setelah menunggu cukup lama, merasa seharusnya sudah hampir selesai, ia mengirimkan pesan pada William.

“Bagaimana kerja sama yang kalian bicarakan?”

Ketika itu William sudah tiba di kantor.

Melihat pesan yang dikirim Jeanne, ia langsung menelepon.

“Sedang apa?”

“Baru selesai membuat sebuah sketsa dan istirahat, lalu teringat kalian hari ini membicarakan masalah kerja sama, jadi menanyakan bagaimana kondisinya.”

Jeanne tahu apa maksud William menelepon, ia juga tidak menutupi rasa khawatirnya dan menjawab dengan apa adanya.

William senang juga mengkhawatirkannya, suasana hati yang sempat terpengaruh oleh Musro sekarang menjadi lebih baik.

“Kerjasamanya gagal.”

Dia menjawab dengan nada begitu berat, tanpa menunggu Jeanne menanyakan penyebabnya ia langsung menceritakan apa yang terjadi dengan singkat.

Ketika tidak ada Jeanne bisa-bisanya terjadi hal konyol seperti ini.

Tadinya ia mengira kerjasama mereka gagal karena masalah profit yang tidak sesuai, siapa sangka karena masalah sikap, ini sungguh membuatnya merasa sangat terkejut.

Namun ada baiknya juga seperti ini, dia tetap khawatir Julian berencana menjebak mereka lagi.

Lalu ia mengalihkan pembicaraan, berpesan pada William untuk makan tepat waktu lalu mematikan telepon.

Setelah mematikan telepon, ia duduk di meja kerja dan masuk kedalam lamunannya.

Entah kenapa dia mempunyai firasat, ia merasa masalah ini tidak akan berakhir semudah itu.

Bagaimana pun masalah ini sudah membuat Julian dan Jessy mencarinya secara bergantian.

Dan kenyataannya memang begitu.

Meskipun Julian meminta Musro menjelaskan sendiri pada Jessy, namun dia tetap pergi sendiri.

Bagaimanapun masalah ini berhubungan dengan posisi putrinya.

Awalnya Jessy memang sudah menunggu kabarnya, dan sekarang melihat orangnya datang, setelah mempersilahkan duduk, ia langsung menuju topik utama.

“Ayah, bagaimana? Berhasil tidak kerja samanya?”

“Apanya yang berhasil, orang apa yang kamu cari itu, bisa-bisanya membuat orangnya kesal sampai membatalkan kerja sama.”

Julian kesal sampai ingin mengumpat.

Ekspresi wajah Jessy juga tidak seberapa baik, “Apa yang sebenarnya terjadi?”

Julian menenangkan diri sejenak, lalu menceritakan semuanya.

Setelah Jessy mendengarnya, sangat marah.

“Dasar manusia bodoh. Mentang-mentang dia sudah ikut dengan majikannya sudah lama, sama sekali tidak memandangku, beraninya merusak rencanaku, lihat bagaimana aku memberikan pelajaran padanya!”

Dia berkata, lalu mengalihkan amarahnya kearah William.

“William ini juga tidak sehebat apa, hanya batu loncatan bagi kita saja beraninya begitu sombong, sampai membandingkan kita dengan sampah, dia sama sekali tidak sebanding dengan rambut milik tuan, jika bukan karena tuan yang ingin membereskannya sendiri, aku sudah membunuhnya sejak awal!”

Dia berkata dengan tatapan penuh amarah.

Karena baginya, tuannya merupakan orang paling hebat yang tiada duanya didunia.

Julian merasakan hawa membunuh putrinya, khawatir dia akan melakukan hal gegabah yang membuat William curiga.

“Jessy, kamu tenang dulu, mau menghadapi William juga bukan hal yang mudah.”

Dia berkata sambil mengkoreksi semua penyebab kegagalannya.

“Meskipun kegagalan kali ini kemungkinan besar dikarenakan oleh Musro Hasto, namun kita juga memiliki kesalahan, bagaimanapun, William didunia bisnis merupakan tokoh hebat, jika ingin bekerja sama dengannya, harus menurunkan sedikit keangkuhan, membuat sikap seolah memohon, dengan begitu lebih mudah membuatnya masuk jebakan.”

Setelah Jessy mendengarnya, ia merasa kurang setuju.

Julian masih belum menyadarinya, ia berkata dengan serba salah : “Masalah hari ini, jelas sudah membuat William marah, aku rasa untuk membicarakan masalah kerja sama lagi akan sedikit sulit.”

Jessy mengkerutkan alis, lalu seperti teringat sesuatu, ia tersenyum dengan dingin.

“Bagaimana bisa sulit? Bukankah kita masih punya Jeanne yang tidak berguna itu untuk dimanfaatkan? Nanti aku akan menyuruh orang menyerahkan surat perjanjian kerja sama untukmu, lalu kamu berikan pada si manusia tidak berguna itu, untuk meminta tanda tangan William, aku tidak percaya dia tidak menerima!”

“Benar juga!”

Julian cukup setuju dengan ide ini, lagipula mereka punya rahasianya, jadi tidak takut Jeanne tidak mau menurut.

Novel Terkait

Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu