Wanita Pengganti Idaman William - Bab 38 Cemburu

Bab 38 Cemburu


Ketika diingatkan sama Alexa , William makin merasa foto di ponsel makin menyakitkan mata.


Mata yang dingin dan tampan menjadi lebih gelap dan tajam seperti pisau, dan tangannya di satu sisi sedikit menegang.


Ada napas dingin di sekujur tubuhnya.


Seperti bom waktu sewaktu-waktu akan meledak.


Alexa dalam hati senang dan terhibur , tapi dengan sengaja dan hati-hati menghibur "kak William, jangan menganggapnya serius. Mungkin itu kesalahpahaman. Jessy dulu memang sangat suka bermain gila, tetapi ketika kamu kembali, dia sepertinya sudah berubah banyak.”


William tidak mengatakan apa-apa.


Nyonya Thea mendengus dingin ketika dia melihat situasi begini. "Jessy bukan orang yang stabil. Kamu kembali ke rumah beberapa hari ini , dia bisa diam dirumah sudah sangat bagus.kamu  awasi sendiri saja, dan Ibu tidak akan mengatakan apa-apa. Seperti yang bisa kaulihat, jangan membuat marah orang lain."


"Bu, aku tidak begitu!" William sedikit tidak senang.


Makanan yang enak dibuat oleh Jessy menjadi berantakan.


Ny. Thea sangat tidak senang.


Semua orang dalam suasana hati yang buruk setelah ada gangguan seperti itu.


"Bu! Kalian makan, aku punya kesibukan , saya mau kembali dulu."


William tiba-tiba berdiri dan mendorong kursinya dan meninggalkan meja makan.


"Apa yang kamu lakukan? Kamu belum makan apa-apa dari tadi.”


Nyonya Thea mengerutkan kening, mencoba berteriak pada William, tetapi karena menjaga sikap dirinya sebagai orang tua, dia tidak bergerak.


"Kak William, kamu pergi setelah makan ya," kata Alexa.


Melihat William tidak menanggapi, dia mencoba mengejar.


Tapi William mengabaikannya, mengganti sepatunya dan membuka pintu.


Gerakannya  dilakukan sekaligus, cepat dan mudah.


Melihatnya benar-benar pergi, Alexa sedikit menyusut kembali ke meja makan.


"Ayo Makan !" Setelah Ny. Thea berbicara, semua orang mulai makan.


Tetapi kepergian William membuat semua orang kehilangan nafsu makan.

.....................


Di rumah baru, makanan di atas meja telah diletakkan di atas meja makan belum begitu lama. makanan tidak terlalu banyak, tetap ada tiga macam dan satu sup. Aroma sup yang kuat dan harum.


Di bawah cahaya redup, Jeanne duduk sendirian di meja makan, menghadap begitu banyak hidangan, terkesan kesepian.


Beberapa pelayan di sampingnya sibuk, sambil menunggu untuk dipanggil kapan saja.


Tiba-tiba angin dingin berhembus dari luar, dan perasaan dingin segera datang.


Jeanne menggigil sedikit dan merasakan seorang pria duduk di depannya.


Begitu dia mendongak, dia melihat William duduk di depannya dengan wajah dingin dan menatapnya dalam-dalam.


Jeanne terkejut. Bukankah dia pergi ke rumah utama?


Mengapa kembali begitu cepat?


Dia meletakkan sumpitnya dan bertanya, "Apakah sudah makan? Apakah mau saya pesankan pelayan untuk mengambil nasi untukmu?


Melihat William tidak berbicara, Jeanne berkata kepada seorang pelayan di belakangnya, "Bibi Wu, pergi dan ambilkan nasi untuk tuan muda."


Sebelum selesai berbicara, dia diinterupsi oleh William. Suaranya dingin "Apa yang kamu lakukan pada siang hari tadi?"


Jeanne agak bingung dengan pertanyaan mendadak itu.


Kenapa tiba-tiba malah tanya padanya kemana dia pergi dan apa yang dia lakukan?


Kedengarannya seperti makan bubuk mesiu dan berapi-api .


Hati Jeanne tidak enak, tetapi dia menjawab dengan tenang, "Aku pergi ke kedai teh bersama Kakek."


Tidak ada yang perlu disembunyikan tentang hal itu.


"Apa lagi?"


William seperti mau sensus dan interogasi saja.


Jeanne mengerutkan kening dan berkata dengan santai, "Aku pergi jalan-jalan sendiri, dan kemudian aku kembali ... Mengapa kamu melihatku seperti itu?


"Lihat sendiri apa ini?"


Dia mengeluarkan ponselnya dan menunjuk seorang pria dan seorang wanita di album foto ponselnya. "Jangan bilang kamu tidak kenal."


Jeanne menatap ponsel dan berseru, "Dari mana ini berasal?"


Tentu saja dia mengenali adegan di foto itu.


Ini adalah adegan di mana Danil mengikutinya pergi setelah percakapannya dengan Danil selesai.


Siapa yang begitu tak ada kerjaan sampai memotretnya?


Apalagi foto itu dikirim ke William.


Penampilan Jeanne sedikit berubah.


Sudut dalam gambar sedikit tidak jelas, terlihat sedikit mesra.


Melihatnya seperti ini,William mencibir dingin dan merasa Jeanne lebih bersalah seperti pencuri yang tertangkap basah.


"Kenapa kamu tidak terus menyangkalnya? Aku pernah memperingatkanmu, secepat itu kamu lupakan?


Mata sipit itu, ketika melihat Jeanne, penuh dengan napas berbahaya.


Dia telah menyentuh batas kesabarannya.


"William,kamu salah paham apa?"


Jeanne berdiri dengan cepat untuk menghentikannya. "itu tidak seperti yang terlihat. Ini pertama kalinya aku ketemu pria ini.”


Wajahnya serius dan matanya tulus.


William berhenti dan berbalik untuk menatapnya. "Pertama kali? Pertama kali sudah begitu mesra?"


Ada ketidakpercayaan dalam tatapan mata William.


Jeanne, bagaimanapun tidak dapat memperhitungkan begitu banyak cara pada saat tergesa-gesa menjelaskan begini, "Orang ini adalah Tuan Bonhem, yang tampaknya tahu dari Alexa bahwa saya dapat merancang berbagai hal. dia ingin mengajak saya menjadi partner di perusahaan desainnya, juga mengatakan bahwa saya diundang masuk menjadi pemegang saham dan sebagai konsultan desain.”


Napas di udara, terasa kaku.


Jeanne menambahkan, "Aku bersumpah, aku benar-benar mengatakan yang sebenarnya."


Jeanne memandangi  William dengan gugup.


Di sebelah mereka, para pelayan juga mundur, tampaknya bukan apa yang seharusnya mereka dengar.


Tapi telinganya mereka mengarah ke atas, takut ketinggalan berita besar.


Wajah William melembut. "Tuan Bonhem ingin menarikmu ke perusahaannya? Berapa banyak saham yang dia berikan?


"Empat puluh sembilan persen."


Jeanne menyapu bibirnya dan menatap William dengan penuh semangat.


"kamu bersedia?"


Garis bibir William ketat, sehingga orang tidak bisa melihat betapa marahnya dia.


Jeanne menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku belum berjanji apa-apa."


Kenapa tidak? Empat puluh sembilan persen dari saham, cukup menjadi desainer saja, tidak ada yang perlu dipersiapkan lagi.


William maju selangkah, ujung jarinya menggenggam dagu Jeanne, dan mereka hampir bisa merasakan napas satu sama lain karena berhadapan muka.


Ada sedikit ejekan dalam suara itu. Jeanne tidak tahu harus berkata apa untuk sesaat.


Dia masih memikirkannya. Bagaimanapun, Julian papanya telah sering meneleponnya baru-baru ini.


Mungkin dia bisa menyetujui perihal pembagian saham, tetapi ibunya tidak bisa.


Wajahnya berubah, menatap mata William dengan tanda-tanda memohon.


William bersenandung dingin dan membiarkannya pergi. Suaranya seperti beku, masih dengan nada mengancam "Jangan mimpi!" Saya tidak akan setuju, tidak hanya saya tidak akan setuju, tetapi kamu tidak saya izinkan untuk bekerja sama dengan orang-orang keluarga Bonhem. Kelak jangan macam-macam dengan pria di luar! "


Setelah mengancam, dia melewati Jeanne dan langsung naik ke atas. Sepertinya semuanya dalam kendalinya.


Melihat punggungnya, cara ngomongnya dan gayanya,  orang ini benar-benar sangat arogan.


Novel Terkait

Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu