Wanita Pengganti Idaman William - Bab 135 Ada Yang Ingin Kukatakan

Bab 135 Ada Yang Ingin Kukatakan

Mendengar ucapan ini, Jeanne refleks melirik Ivan.

Ia baru ingin mengatakan sesuatu, Shanon sepertinya teringat sesuatu, tiba-tiba membelalakkan mata.

“Jeanne, jangan bilang kalau kau sampai sekarang masih tidak berniat untuk menyatakan perasaanmu, jika sampai benar seperti itu, aku benar-benar tidak kuat melihatnya lagi, 4 tahun masa kuliahmu benar-benar terbuang begitu saja, kali ini bagaimana pun kamu tidak boleh melewatkan kesempatan yang datang, kebetulan, malam ini adalah kesempatan yang sangat bagus, daripada mencari kesempatan lebih baik memanfaatkan apapun yang ada didepanmu, ya kan?”

Jeanne yang mendengar ucapannya, langsung merasa pusing.

“Shanon, jangan mengacau.”

Sebenarnya masalah menyatakan perasaan ia pernah memikirkannya, namun karena masalah yang muncul dalam keluarganya terlalu banyak, ditambah harus bekerja dan mengurus ibunya, tanpa sadar niatan ini pun menguap.

Karena entah sejak kapan, ia merasa kalau dirinya dan Ivan bukanlah manusia dari dunia yang sama.

Ia memang menyukainya, namun jarak diantara keduanya terlalu jauh, meskipun ia mengejar dengan sekuat tenaga, belum tentu bisa mendapatkannya.

Terlebih lagi melihat sikap Ivan sepertinya bukan orang yang memikirkan hal seperti itu.

Oleh karena itu ia sadar, menjalin hubungan sebagai teman juga lumayan.

Dia berfikir seperti itu, namun Shanon disampingnya malah memancungkan bibirnya dengan wajah kesal.

“Kamu tidak berperasaan, aku seperti ini juga demi kamu, kamu malah mengatakan aku mengacau, huh, aku tidak mau memperdulikanmu lagi.”

Setelah melemparkan kata-kata itu, ia membuang muka dengan tampang kesal.

Jeanne melihat situasi seperti itu, segera membujuknya.

“Iya iya aku yang salah, tidak seharusnya aku mengecewakan niat baik nona Shanon.”

Mendengar ucapannya yang lembut, hatinya melembut.

Jeanne lanjut membujuknya, akhirnya berhasil membuat rasa kesalnya padam.

Dia akhirnya bisa merasa tenang, ia juga tidak mengungkit topik yang tadi lagi, mengalihkan pembicaraan lalu membicarakan yang lain.

Waktu terus berlalu detik menjadi menit, acara reuni juga resmi dimulai.

Semua saling bersulang, namun Jeanne tidak terlalu ingin minum.

Pertama ia tahu bagaimana sikapnya jika sudah minum dan mabuk, kedua dia mengatakan kepada William kalau malam ini ia akan berkunjung ke kerumah ayahnya, jika ia pulang dalam kondisi mabuk, semua pasti kacau.

Awalnya semua berjalan cukup lancar, tidak ada yang mengatakan apapun.

Mereka minum sambil bernostalgia, ada juga yang sambil membicarakan bisnis.

“Ivan, dengar-dengar sekarang kamu mewarisi perusahaan ayahmu, sudah masuk dalam nominasi 10 pengusaha muda berbakat sukses, sangat hebat, kelak kami semua mengandalkanmu.”

Entah siapa yang memulai topik ini, semuanya mulai mengucapkan selamat kepada Ivan.

Ivan membalas dengan rendah hati.

Saat sedang membicarakan hal ini, tiba-tiba teringat pada Jeanne yang prestasinya bersanding dengan Ivan, topik pun berputar , bertanya padanya, “Oh iya, kembang sekolah kita Jeanne sekarang kerja apa?”

Seiringan dengan pertanyaan ini, semua pandangan langsung tertuju padanya.

“Kalau aku? Sekarang mengerjakan desain.”

Gerakan Jeanne yang sedang makan terhenti, ia menjawab sambil tersenyum.

Semua yang mendengar, lanjut bertanya, Bekerja diperusahaan mana?”

“Uhm,… Sebenarnya tidak bekerja menetap di perusaan mana, aku hanya menjual desain, siapa yang membayar akan aku jual padanya, semacam freelance.”

Jeanne terhenyak sesaat, lalu menjawab dengan senyuman.

Bukannya ia tidak ingin mengatakannya, tapi jika dikatakan akan merepotkan, sehingga ia memilih untuk menutupinya.

Lalu yang lainnya mulai mengkerutkan dahi ingin lanjut bertanya, namun ditahan oleh Shanon.

“Untuk apa kalian menanyakan sebanyak itu, ingin membuat orang lain merasakan tekanan keberadaan kalian? Jeanne harus mengurus ibunya yang sakit, tentu saja tidak bisa bekerja di kantor seperti yang lainnya.”

Orang yang mendengar ucapannya sesaat terhentak.

Ivan melihat suasana mulai tidak enak, segera mencairkan suasana, “Semuanya hanya memperhatikan kondisi Jeanne, lagipula, kemanapun Jeanne pergi pasti akan menjadi orang yang berdedikasi, iya kan.”

Ada tangga untuk turun, semuanya mulai melunak.

“Benar, Jeanne memiliki kemampuan yang tidak diragukan lagi, pasti semua bukan masalah untuknya ya kan.”

Setiap orang berbicara bergiliran, suasana yang tegang kembali menjadi lebih santai.

Acara makan berikutnya juga termasuk lancar.

Sekelompok orang yang sudah kenyang makan dan minum, mulai mengajak pergi menyanyi ke karaoke.

Jeanne melihat waktu yang sudah mulai larut, menolak, “Sudah terlalu malam, aku tidak ikut, kalian mainlah yang senang.”

“Kamu tidak pergi, aku juga tidak pergi.”

Shanon mendengar, lalu mengikutinya.

Semua melihat situasi ini, mendorong ketua kelas untuk membujuknya.

“Jeanne, kalau kau tidak ikut tidak enak dengan….”

Namun ucapannya belum selesai diucapkan, Ivan sudah langsung menolak.

“Aku juga tidak ikut, di kantor masih ada urusan, kalian mainlah.”

Dia bicara sambil menyapu wajah semua yang disana, “Karaokean malam ini aku yang traktir.”

Ia sudah bicara sampai seperti itu, mereka tidak enak untuk lanjut memaksanya.

“Baiklah, kali ini kita lepaskan mereka, lain kali kalian harus ikut.”

Ketua kelas berkata sambil bercanda, Ivan memberi hormat padanya.

Semua bubar disana.

Seiring kepergian mereka, kini hanya tersisa mereka bertiga saja.

Suasana sangat hening.

Akhirnya Shanon yang memecah keheningan, “Ivan sang pangeran kampus, kalau anda masih ada urusan kantor, pulang saja dulu, aku dan Jeanne ingin berkeliling, sudah lama tidak bertemu dengannya.”

Ivan melihat Jeanne lalu tersenyum, “Sebenarnya tidak ada urusan penting di kantor, hanya tidak ingin ikut karaoke dengan mereka saja, bagaimana kalau kita pergi bersama, aku juga sudah lama tidak berjumpa dengan Jeanne.”

Shanon mendengar ucapannya, seketika itu melirik Jeanne sambil mengedipkan mata penuh arti.

Tanpa menunggu Jeanne membuka mulut, ia langsung mengundurkan diri dan pamit.

“Haiz, sepertinya tidak seharusnya aku disini, begini saja, Ivan, aku kedepan dulu liat-liat pemandangan, kamu dan Jeanne bernostalgialah yang puas.”

Begitu selesai mengatakannya, ia langsung menghilang.

Jeanne melihatnya menghilang secepat itu, tidak tahu harus senang atau sedih, membayangkan pria disampingnya, agak kikuk.

Entah Ivan merasakan rasa canggungnya atau tidak, berkata sambil tertawa, “Shanon sama sekali tidak berubah”

Jeanne tersenyum sambil menjawab, “Iya.”

Melihat situasi ini, Ivan mengajak sambil tersenyum, “Kita jalan-jalan dulu?”

Jeanne tidak bisa menolaknya, hanya bisa mengikutinya.

Keduanya berjalan di pinggir jalan, lampu jalanan menarik panjang bayangan mereka.

“Malam ini kita tidak terlalu banyak mengbrol, bagaimana akhir-akhir ini?”

Ivan melihat Jeanne yang hanya terdiam, hanya bisa mencari topik lain lagi.

“Lumayan, kalau kamu?”

Jeanne menjawab sambil menanyakan kembali.

“Lumayan lah, setelah lulus sibuk mengurus serah terima perusahaan.”

Ivan berkata, tiba-tiba menghentikan langkah, menatap Jeanne dengan dalam.

Jeanne merasa canggung dipandang seperti itu olehnya, melancipkan bibir sambil bertanya, “Ada apa?”

“Tidak apa, hanya teringat sesuatu.”

Dia berkata sambil menarik nafas panjang, lalu melanjutkan, “Sebenarnya…. Setelah lulus aku berniat menghubungimu, hanya saja hingga akhir tidak berhasil mendapatkan kesempatan untuk menghubungimu.”

Entah mengapa, ketika Jeanne mendengar ucapan ini ia menjadi tegang.

“Kamu mencariku ada urusan apa?”

Ivan melihatnya tidak tenang, tersenyum, “Sebenarnya bukan masalah penting apa, saat masih kuliah dulu ada banyak yang ingin kukatakan padamu, namun karena banyak hal membuatku terus melewati kesempatan itu, aku melihat suasana malam ini lumayan…”

Saat ia berkata sampai sini, ia berhenti sesaat, menatap Jeanne dengan dalam.

Jeanne merasakan kehangatan dalam tatapannya, jantungnya mulai berdebar, diam-diam mulai menerka.

Baru saja berfikir ia harus bereaksi seperti apa nanti, handphone di tangannya berdering.

Novel Terkait

Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu