Wanita Pengganti Idaman William - Bab 322 Untung Saja Kamu Datang

William menyadari kalau raut wajah Jeanne sedikit muram, dia tanpa sadar menghampirinya dengan penuh perhatian.

"Ada apa? Apakah kamu merasa tidak enak badan lagi?"

Dia bertanya kepadanya, lalu dia juga mengulurkan tangannya untuk memeriksa dahi Jeanne untuk melihat apakah dia panas lagi.

Jeanne merasakan sentuhan yang terasa hangat di dahinya, jadi dia mengalihkan tatapannya dari Moli.

Dia mendongak dan langsung bertatapan dengan pria yang sedang menatapnya dengan penuh perhatian, rasa tidak nyaman di hatinya tiba-tiba terasa tidak terlalu berat lagi.

"Aku tidak apa-apa, hanya sedang mengkhawatirkanmu."

Setelah berkata seperti itu, dia menarik William duduk di pinggir ranjang, lalu memeriksa tubuhnya berulang kali.

"Kamu benar-benar tidak terluka?"

Sampai saat ini dia masih teringat adegan saat William terluka, karena itu dia merasa sangat cemas.

William dapat merasakan perhatiannya yang sangat tulus terhadapnya, hatinya terasa hangat.

Dia menggenggam tangan Jeanne yang terus memeriksa tubuhnya dan menenangkannya : "Tenang saja, aku tidak terluka, atau kalau tidak aku akan melepaskan pakaianku dan membiarkanmu untuk memeriksaku."

Jeanne tertegun sebentar, setelah itu dia segera memelototinya dengan malu.

"Dasar tidak tahu malu!"

Dia menegurnya dengan sebal, kekhawatiran yang dari tadi dirasakannya barulah benar-benar menghilang saat ini.

Mereka berdua bercanda sebentar, setelah itu Jeanne sudah merasa sedikit lelah.

"Kamu istirahat saja, kamu baru saja sembuh dari sakit, jadi masih harus banyak-banyak istirahat."

William berkata dengan sayang saat melihat kelelahan di matanya.

Jeanne merasa sangat terharu akan perhatiannya, namun dia merasa sebenarnya sakitnya tidak begitu serius.

"Kamu tidak usah mengkhawatirkanku, aku merasa kalau aku sudah tidak apa-apa, besok atau lusa aku sudah bisa keluar dari rumah sakit."

Dia tersenyum dan menatap William, dia tidak ingin membuat William kesal.

"Tidak apa-apa? Apakah kamu tahu jika kamu terlambat sedikit saja diantar kemari, maka kamu hampir saja mati?"

Jeanne tidak tahu harus mengatakan apa, dia hanya dapat tertawa dan menatapnya.

Melihat wajah Jeanne yang sedang berusaha mengambil hatinya, William akhirnya membuang kekesalan yang dirasakannya dan hanya bisa mengingatkannya : "Besok-besok kamu tidak boleh main-main dengan kesehatan tubuhmu sendiri, mengerti tidak?"

Saat Jeanne mendengarnya, hatinya terasa sangat hangat, bagaikan memakan permen madu.

Namun saat dia merasa manis, di sebelah sana malah ada Moli yang hampir gila karena cemburu.

Karena dia tidak pernah melihat tuannya yang begitu lembut dan pintar membujuk wanita seperti itu!

.........

Malam harinya, William menemani Jeanne sebentar lalu pergi menjenguk Sierra.

"Apakah Sierra masih belum bangun?"

William masuk ke dalam bangsal dan menyadari kalau Sierra masih tidur, dia tanpa sadar mengerutkan alisnya, "Aku akan menyuruh dokter untuk datang lagi dan memeriksanya."

Setelah itu, dia ingin berbalik dan pergi dari sana, namun dia dipanggil oleh Nyonya Thea.

"Kamu tidak usah pergi, tadi aku dan ibu Sierra sudah memanggil dokter, dokter berkata kalau Sierra tidak apa-apa, hanya sedang tidur saja."

Saat mereka sedang berbicara, tidak ada yang memperhatikan mata Sierra yang berada di atas ranjang bergerak-gerak.

Sebenarnya dia sudah bangun dari tadi, hanya saja saat dia tahu kalau William pergi menemani Jessy, dia langsung tidak ingin membuka matanya.

Pada saat ini, ketika dia mendengar nada bicara William yang terdengar mengkhawatirkan dirinya, dia tiba-tiba memiliki sebuah ide di dalam hatinya.

"William, tolong....selamatkan aku....."

Saat mereka semua mencemaskannya, dia tiba-tiba menjerit dengan kencang seperti sedang mengalami mimpi buruk.

Saat ayah dan ibu Sierra melihat keadaannya, mereka segera menghampiri dan menenangkannya.

"Sierra, jangan takut, sudah tidak apa-apa."

Meskipun begitu, suara mereka seperti tidak ada gunanya sedikitpun bagi Sierra, sebaliknya dia malah semakin menjerit ketakutan.

Melihat hal ini, mata Nyonya Thea sedikit bersinar, dia segera mendorong putra yang ada di sampingnya dan berkata : "William, kamu cepat bangunkan Sierra, jika terus seperti ini, takutnya bisa kesurupan."

Saat ibu Sierra mendengarnya, dia juga bagaikan mendapatkan petunjuk, dia segera berkata dengan panik : "William, cepat kemari, dari tadi Sierra memanggil namamu, dia pasti dapat mendengar apa yang kamu katakan."

Di saat yang bersamaan, Jeanne juga sedang mempertimbangkan apakah harus pergi menjenguk Sierra.

Dia tahu dari William kalau Sierra berada di rumah sakit yang sama dengan dirinya, dia tidak tahu apakah dia harus pergi menjenguknya.

Biar bagaimanapun dirinya juga berada di rumah sakit ini, jika dia sudah tahu tapi tidak pergi menjenguknya, sepertinya tidak terlalu enak.

Akhirnya setelah dipikir-pikir lagi, dia memutuskan untuk tetap pergi kesana.

Tidak peduli bagaimanapun juga, karena mereka, maka Sierra jadi ikut terseret ke dalam hal ini.

Kemudian, dia pergi mencari nomor kamar yang sudah diberitahukan oleh William kepadanya.

Tetapi dia tidak menyangka saat dia baru saja sampai di depan pintu, dia langsung melihat adegan yang membuatnya merasa tidak nyaman.

Dia melihat di dalam kamar pasien, Sierra tiba-tiba terbangun karena mendengar William berusaha menenangkannya.

Wajahnya terlihat panik, dia tidak mempedulikan orang-orang yang berada di sekitarnya dan langsung menghambur masuk ke dalam pelukan William.

"William, aku sangat takut....."

Dia memeluk William dengan sangat erat, di saat yang bersamaan, dia juga melihat Jeanne yang berdiri di depan pintu, matanya terlihat puas.

Saat dia melihat tatapan terkejut Jeanne, dia menyusupkan kepalanya ke dalam pelukan William, serta berkata dengan gemetar : "William, aku hampir saja mengira kalau aku pasti mati, untung saja kamu segera datang."

Saat berbicara, suaranya terdengar tercekik oleh rasa takut.

Pelukan yang tiba-tiba datang ini membuat William tidak tahu harus berbuat apa, hal ini membuat tubuhnya membeku.

Saat William mampu bereaksi kembali, dia mengerutkan alisnya dan ingin menarik Sierra menjauh, tetapi saat mendengar perkataannya, gerakannya tanpa sadar menjadi lebih lembut.

"Tidak apa-apa, sudah tidak apa-apa."

Dia menenangkan Sierra, di saat yang bersamaan, dia ingin diam-diam memberikan jarak kepada mereka berdua.

Sierra merasakannya, jadi dia segera memeluk William semakin erat.

"Tetapi aku masih tetap merasa takut, bagaimana jika mereka datang lagi?"

Saat William merasakan kalau orang yang berada di pelukannya ini memeluknya semakin erat, kesabarannya semakin lama semakin habis, dia sudah tidak mempedulikan ketakukan Sierra lagi, dia dengan diam-diam segera memisahkan pelukan mereka berdua.

"Tenang saja, aku sudah menyuruh orang untuk memeriksa orang-orang itu, aku juga akan mengirim orang untuk melindungimu, jadi kamu tidak usah cemas."

Sambil berbicara, seolah-olah ingin menghindarinya, dia segera mundur selangkah.

Orang lain tidak menyadari keanehan mereka berdua, saat mereka melihat Sierra sudah mulai tenang, mereka satu persatu menghampirinya, juga memberi kesempatan kepada William untuk menjauhinya.

Saat Sierra melihat William menjauhinya bagaikan virus, dia merasa gila karena cemburu.

Kenapa, kenapa dia boleh memeluk Jessy dan melakukan hal-hal yang intim dengannya, tetapi dia malah menghindari sentuhannya!

Hatinya dipenuhi dengan kemarahan, tetapi dia malah tidak dapat menunjukkannya.

Hanya dapat mempertahankan senyumannya untuk menanggapi perhatian dari orang tuanya dan juga Nyonya Thea.

Jeanne yang berada di depan pintu tentu saja juga melihat hal ini, rasa tidak nyaman yang dirasakannya menghilang seketika itu juga.

Dia mengetuk pintu kamar pasien dan masuk dengan sopan.

"Ma, William, tuan Munica, nyonya Munica, aku datang untuk menjenguk nona Sierra."

Dia menyapa semua orang dengan senyuman, kemudian melangkah ke samping William.

Saat mereka semua melihatnya, selain William yang terlihat terkejut, yang lainnya semua mempunyai ekspresi yang berbeda.

Terutama Nyonya Thea, matanya dipenuhi dengan amarah.

Karena saat dia menatap Jeanne, dia akan langsung teringat adegan dirinya yang diancam oleh William.

"Kenapa kamu datang kemari? Bukankah aku memintamu untuk istirahat dengan baik di kamarmu?"

Meskipun William merasa senang melihat kemunculan Jeanne, tetapi yang paling dia perhatikan tetap adalah kesehatan tubuhnya.

"Aku sudah tidak apa-apa, kamu tidak perlu khawatir, selain itu, nona Sierra masih belum sadar, aku juga merasa cemas."

Jeanne menenangkan William, setelah itu dia menatap Sierra dan tersenyum serta berkata : "Nona Sierra, bagaimana keadaanmu, apakah masih ada yang terasa sakit?"

Saat Sierra melihat wajahnya yang tersenyum, dia merasa kalau senyumannya itu sangat menusuk matanya, seperti sedang menertawakannya.

Dia mengepalkan tangannya dan menjawab : "Terima kasih atas perhatianmu, aku tidak apa-apa."

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu