Wanita Pengganti Idaman William - Bab 363 Aku Akan Menggendongmu Ke Atas

Moli menatap Jeanne yang diam dan tidak mengatakan apapun, dia merasa sangat marah.

Saat dia berencana untuk pergi mencarinya sendiri, William masuk ke dalam.

"Tuan, anda sudah kembali."

Moli memanggilnya dengan gembira, William hanya meliriknya sekilas dan mengangguk dengan dingin.

"Sudah siap?"

Pertanyaan ini dia tujukan kepada Jeanne.

Jeanne kembali dari lamunannya, dia merasakan tatapan William kepadanya, dia berusaha menutupi keanehan di dirinya dengan tersenyum dan menjawab : "Sudah siap, hanya tinggal menunggu kamu kembali saja, setelah itu kita sudah bisa pergi."

William mengangguk, dia sama sekali tidak menyadari senyuman terpaksa Jeanne.

Dia secara naluriah berjalan ke belakang Jeanne untuk membantunya mendorong kursi rodanya.

"Ayo kita pergi, Moli, kamu bawa kopernya."

Saat Moli melihat punggung mereka berdua yang menjauh, dia mengambil koper yang ada di samping dengan penuh rasa cemburu lalu mengikuti mereka.

Dalam perjalanan pulang, Jeanne yang diam sepanjang perjalanan akhirnya membuat William merasa kalau ada yang tidak beres.

Dia merapikan rambut Jeanne yang panjang, lalu menarik pinggangnya bergeser mendekati dirinya sambil bertanya : "Kenapa, kok diam saja?"

Saat Jeanne mendengar perkataannya, dia mendongak dan menatap William yang begitu perhatian kepadanya, tiba-tiba saja benaknya kembali menggemakan tentang dirinya yang tidak bisa hamil lagi.

"Tidak apa-apa, mungkin karena sudah berbaring sangat lama, jadi aku merasa sangat lemas."

Dia berusaha keras untuk menahan rasa sakit di hatinya, dia mencengkram ujung baju William dengan erat lalu berkata seperti itu untuk menutupinya.

William tidak berpikir terlalu banyak, dia memeluk Jeanne semakin erat.

"Jika kamu lelah maka bersandar saja kepadaku dan istirahat sebentar, nanti saat sudah sampai aku akan membangunkanmu."

Jeanne bersandar di dadanya, saat dia mendengar kata-katanya yang lembut, tatapan matanya perlahan-lahan mulai mengabur.

Jeanne menunduk, kedua tangannya yang sebelumnya mencengkram William, sekarang menjadi memeluk pinggangnya, dia membenamkan kepalanya di dalam pelukan William dan berusaha keras untuk menahan air matanya yang hampir jatuh, lalu mengiyakannya dengan lirih.

Meskipun demikian, saat dia teringat kalau nanti dia tidak akan bisa memiliki anaknya sendiri, hatinya merasa sangat sakit bagaikan diiris-iris dengan pisau, rasa sakitnya membuatnya sulit untuk bernapas.

Jeanne berusaha keras untuk menenangkan dirinya, dia tidak ingin nanti William menyadari sesuatu.

Untung saja saat sudah sampai di rumah keluarga Sunarya, dia sudah jauh lebih tenang.

Saat dia baru saja ingin turun dari mobil dan kembali ke rumah baru bersama dengan William, dia tidak menyangka sebelum dia sempat turun dari mobil, William sudah menggendongnya ala bridal style.

"William?"

Jeanne secara refleks mengalungkan tangannya di leher William dan tertegun menatap sisi wajahnya yang tampan.

"Kursi roda terlalu merepotkan, aku akan menggendongmu keatas."

William menyunggingkan senyum di bibirnya dan menatap Jeanne, lalu dia melangkah masuk ke dalam rumah baru.

Moli berdiri di belakang dan menatap punggung mereka berdua, matanya dipenuhi dengan iri hati dan rasa sakit.

Sedangkan di rumah utama keluarga Sunarya yang tidak jauh dari sana, Nyonya Thea juga melihat hal itu, hal itu membuatnya semakin membenci Jeanne.

Bukankah wanita jalang ini hanya terluka saja, tetapi dia malah bertindak seperti orang cacat yang membuat putranya harus mengurusnya sendiri, bahkan dia sebagai ibunya saja tidak pernah menikmati perlakuannya yang seperti ini.

Mereka berdua kembali ke kamar, William meletakkan Jeanne di atas ranjang.

Dia menatap Jeanne yang cantik, lalu dia mengecup dahinya serta berkata dengan lembut : "Jika kamu lelah, maka tidur saja sebentar, aku akan menemanimu."

Saat Jeanne mendengar perkataannya yang lembut, kesedihan yang berusaha ditahannya dengan susah payah kembali menyerangnya.

Dia mencengkram baju William dengan erat dan mengangguk di dalam pelukannya.

Tidak tahu apakah karena William menemani di sisinya, meskipun Jeanne merasa sedih, tetapi saat dia mencium wangi tubuhnya, emosinya yang bergejolak perlahan-lahan mulai tenang kembali.

Dia tanpa sadar tertidur dengan berbantalkan lengan William.

Setelah Jeanne tertidur, barulah William pelan-pelan keluar dari kamar.

Beberapa hari ini karena harus menjaga Jeanne di rumah sakit, meskipun setiap hari dia tetap mengurus dokumen, tetapi tetap masih ada banyak hal yang belum diurusnya.

"Tuan."

Moli menunggunya di koridor, meskipun dia tahu kalau Jeanne saat ini sedang terluka, meskipun mereka berdua di dalam kamar, tidak akan terjadi apapun, tetapi hatinya tetap merasa tidak nyaman.

Ketika dia melihat William keluar kamar, dia tidak dapat menutupi kegembiraannya, dia segera memanggilnya.

Saat William melihatnya, wajahnya berubah serius.

"Ikut aku ke ruang baca."

Saat Moli melihat raut wajah William yang serius, senyum di wajahnya langsung membeku, dia mengikuti William dengan jantung yang berdebar-debar.

Mereka berdua masuk kedalam ruang baca, William segera duduk di depan mejanya.

Moli berdiri di tengah dan bertanya dengan gelisah, "Tuan, apakah ada sesuatu?"

William meliriknya dengan dingin, dia menyipitkan matanya dan berkata : "Moli, apakah kamu masih ingat perkataanku sebelumnya?"

Moli tertegun, dia tidak tahu apa yang dimaksudkan oleh William.

Saat William melihat wajahnya yang tertegun, dia tahu kalau Moli tidak mengerti maksud perkataannya, wajahnya langsung muram.

"Aku pernah berkata, jika kamu gagal melakukan tugasmu lagi, maka segera kembali ke luar negeri!"

Begitu Moli mendengar hal ini, wajahnya langsung berubah.

Sangat jelas kalau tuannya menganggap hal yang terjadi kali ini juga merupakan salahnya.

Dalam seketika, raut wajahnya menjadi sangat tidak enak dilihat, dia semakin membenci Jeanne.

Ini semua karena wanita jalang itu, kenapa dia tidak mati saja!

Dia mengutuki Jeanne di dalam hatinya, tetapi wajahnya malah terlihat panik, dia berusaha membela dirinya.

"Tuan, ini tidak adil!"

Dia menatap William dengan cemas, dia sangat takut William mengusirnya kembali ke luar negeri.

"Aku tidak bisa disalahkan dalam hal ini, Nyonya muda sendiri yang berinisiatif untuk menyuruhku pergi, aku tidak mungkin tidak mendengarkan perintahnya bukan."

William tentu saja tahu kalau hal ini tidak bisa menyalahkan Moli sepenuhnya.

Namun......

"Memang tidak bisa sepenuhnya menyalahkanmu, tetapi kamu tidak benar-benar ingin melindungi Nyonya muda."

Saat berbicara, dia sengaja berhenti sebentar, membuat seluruh tubuh Moli sedikit gemetar.

"Menurutku, berdasarkan kemampuanmu dalam melacak seseorang, meskipun Nyonya muda sengaja melarikan diri darimu, kamu juga pasti dapat langsung segera menemukannya."

Saat Moli mendengarnya, dia menggigit bibir bawahnya dengan kencang.

Benar, dia memang mempunyai kemampuan untuk segera melacak keberadaannya, tetapi dia tidak ingin melakukannya.

Dia sangat berharap terjadi sesuatu terhadap wanita itu, lebih baik lagi jika dia mati di luar sana.

Awalnya dia mengira hal-hal yang sudah terjadi beberapa hari ini membuat tuan melupakan hal ini.

Saat ini kelihatannya tuan bukannya melupakannya, melainkan sengaja menyisakannya di urutan paling terakhir untuk membuat perhitungan dengannya.

Saat melihat Moli yang terdiam, mata William terlihat dingin.

"Pergilah dan terima hukumanmu, setelah itu kembali ke tempat Mogan, aku akan mengirim orang lain kemari, keluar!"

Tubuh Moli sedikit bergetar, dia berdiri disana dan tidak bergerak.

William mendengus, bahaya yang terkandung di dalam nada bicaranya membuat Moli gemetar.

Tetapi dia tidak ingin meninggalkan tuan.

Dia langsung berlutut di hadapan William : "Tuan, aku tahu kalau aku salah, aku bersedia menerima hukuman apapun, aku mohon tuan jangan mengusirku, mulai saat ini aku jamin akan berusaha sekuat tenaga untuk melindungi Nyonya muda!"

Sambil berbicara, kedua tangannya mencengkram kedua sisi celananya dengan erat, sampai membuat ujung jarinya memutih.

William tidak mengatakan apapun.

Saat Moli melihat wajahnya yang dingin, kedua matanya terlihat sedikit merah.

Dia mengeluarkan pisau yang diikatkan ke sepatu botnya lalu menusukkannya dengan keras ke perutnya.

"Tuan, bagaimana jika seperti ini?"

Dia menahan sakitnya dan menatap William dengan lemah.

William mencium bau amis darah yang pekat, akhirnya terlihat perubahan di wajahnya.

"Aku bisa memberikanmu kesempatan sekali lagi, namun kamu harus menebus kesalahanmu, pergilah dan cari informasi mengenai organisasi yang datang dari luar dan bersembunyi di ibukota."

Novel Terkait

Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu