Wanita Pengganti Idaman William - Bab 203 Jangan Pecat Saya

Jeanne mendengar ucapannya, langsung memberi isyarat kepada Sesil.

“Sesil, pergi keruang kontrol untuk meminta rekaman CCTV.”

Sesil pergi setelah mendapatkan perintah.

Seiring kepergian Sesil, ekspresi Awen terlihat sangat ketakutan.

Jeanne melihat semuanya, tatapannya begitu dingin.

Sumi juga melihatnya, ekspresinya sangat buruk.

“Desainer Jessy, rekamannya sudah didapatkan.”

Jeanne mengangguk pelan, memintanya untuk menayangkan.

Sesil mengangguk, menyambungkannya ke komputer, kejadian hari itu muncul ditayangan layar proyektor.

Kejadiannya sama seperti yang diucapkan bibi itu, didepan ruang stok cleaning service mereka berdua berdiri disana membicarakan sesuatu.

“Nona Sumi, apalagi yang ingin anda katakan?”

Jeanne bertanya dengan nada tegas, lalu melirik Awen yang berada dibelakang Sumi, “Masalah ini jika ingin dibilang besar juga tidak, namun berpengaruh cukup besar, tidak tahu apa yang akan anda lakukan untuk menyelesaikan masalah ini?”

Sumi ditanya olehnya seperti ini, wajahnya terlihat suram, serasa seluruh harga dirinya koyak dan diinjak-injak.

Dia sama sekali tidak menyangka kalau kejadian ini dilakukan dan diperankan oleh orangnya sendiri!

“Bagaimana mengurusnya adalah urusan saya, Direktur Jessy tidak perlu mempertanyakannya, masalah ini akan saya pertanggungjawabkan pada perusahaan.”

Setelah mengatakannya, ia menatap tajam Awen dibelakangnya.

Awen terkejut melihat tatapannya.

“Guru…”

Dia baru akan mengatakan sesuatu, namun belum sempat mengatakan apapun, Sumi sudah terlebih dahulu berkata dengan tegas, “Ikut aku!”

Kemudian ia keluar meninggalkan ruangan rapat.

Melihat situasi ini, Awen hanya bisa menunduk sambil mengikuti langkahnya.

Jeanne melihat mereka pergi, meskipun tidak senang namun ia tidak mengatakan apapun.

Dia menepuk tangan memberi isyarat kepada semua untuk bubar.

Sumi yang kembali ke kantor dengan wajah suram langsung menampar Awen yang mengikuti dibelakangnya.

“Kenapa kamu melakukan ini?”

Dia bertanya dengan kesal, Awen memegang wajahnya yang panas dengan wajah bersalah.

“Aku hanya ingin membantu anda memberi pelajaran kepada wanita itu, siapa suruh ia terus membuat masalah dengan anda!”

Mendengar ucapan ini ia semakin marah.

Ia menunjuk Awen dengan suara keras, “Membantuku memberi dia pelajaran? Sejak kapan masalahku perlu ikut campurmu? Hari ini aku benar-benar dibuat malu olehmu, harga diriku hancur tidak bersisa, sekarang juga pergi kamu, pergi sejauh mungkin!”

Awen membelalakkan mata.

“Guru, apakah anda ingin memecat saya?”

Sumi tersenyum sinis, “Tidak memecatmu, apakah aku harus menunggumu membuat masalah yang lebih besar lagi untuk memecatmu?”

Awen tahu dirinya salah, dia terus memohon dan minta maaf.

“Guru, saya salah, lain kali saya tidak berani lagi, jangan pecat saya.”

Sumi meliriknya dengan tatapan sangat dingin, menekan line telepon lalu menelepon security untuk membawanya keluar.

……

Disaat bersamaan Sesil mendapat kabar dan segera melapor kepada Jeanne.

“Kak Jessy, asisten yang mencelakakan anda dipecat oleh nona Sumi.”

Mendengar hal ini Jeanne terkejut, namun ia tidak perduli.

Bagaimanapun ini adalah masalah internal mereka.

Melihat Sesil yang kegirangan, dia berkata dengan tegas, “Sesil, jika jiwa gosipmu diletakkan dalam membuat desain, saya rasa kamu masih bisa maju dengan pesat, kurangi gosip, banyak-banyaklah belajar.”

Senyum Sesil membatu disana ketika mendengar nasehat Jeanne, namun dengan cepat ia membungkuk.

“Desainer Jessy aku mengerti, kalau begitu saya keluar dulu.”

Jeanne mengangguk, menunduk lanjut kerja, namun ia tidak melihat ekspresi wajah Sesil yang berubah tidak senang setelah berbalik. Malamnya, direstoran Chinese mewah di pusat kota, Sesil berjalan mengikuti pelayan dengan hati-hati.

Begitu ia mendorong pintu, seorang wanita muda sudah duduk didalam ruang VIP.

“Nona Alexa, saya sudah membocorkan desain sesuai perintah anda, dan sudah kulimpahkan semua kesalahan pada asisten Sumi.”

Benar, orang yang ditemui oleh Sesil dengan begitu misterius adalah Alexa.

Alexa memandangnya dengan perasaan puas.

“Baik sekali, kali ini kamu mengerjakannya dengan sangat baik.”

Dia berkata sambil mengeluarkan selembar cek dari tasnya, “Ini 20 ribu dollar, hadiah untukmu.”

Sesil menerima cek ini, matanya terlihat berbinar.

Alexa melihat semuanya, ada tatapan mencibir sekilas yang muncul, bibir merahnya mengangkat dengan angkuhnya, “Asalkan kamu melakukannya dengan baik, masih banyak hal yang membutuhkan bantuanmu, pada saat itu manfaat yang akan kamu dapat akan jauh lebih besar.”

Sesil mendengar ada keuntungan yang menunggunya dibelakang, hatinya langsung tergelitik.

“Nona Alexa tenang saja, saya pasti akan melakukannya dengan baik.”

Bibir Alexa mengangkat dengan puas, “Baiklah, kembalilah, jangan sampai dilihat oleh orang lain.”

Sesil mengangguk, maju untuk mengambil cek lalu berbalik pergi.

Seiring kepergiannya, ada ekspresi sombong yang tidak bisa ditutupi di wajahnya.

“Hah, Jessy, cepat atau lambat aku akan membuatmu tidak memiliki apapun.”

Ketika dia mengatakan ini, tiba-tiba dia teringat sesuatu, tertawa puas seorang diri didalam VIP room.

“Hari ini akan kubiarkan kamu bebas selama satu hari, besok, aku akan membuat seluruh milikkmu menjadi milikku!”

Jeanne tidak tahu perangkap sudah mendakat perlahan kearahnya.

Setelah pulang kerja, ia membereskan mejanya sesaat lalu pulang kerumahnya.

Hari ini William pulang cukup cepat.

Ketika keduanya makan malam bersama, Jeanne menceritakan kejadian siang ini pada William.

“Masalah desain yang bocor sudah diselidiki, pelakunya adalah asisten Sumi, hari ini sudah dipecat.”

Ketika mengatakan ini, ada sedikit rasa kesal diwajahnya, “Entah apa yang dipikirkannya hingga melakukan perbuatan yang merugikan seperti ini.”

William mendengar ucapannya, tersenyum lirih.

“Pasti ada segelintir orang yang melakukan hal yang gegabah karena hal yang tidak dia suka, ini adalah kesalahan yang sering terjadi.”

Jeanne mendengar ucapannya, merasa kejadian ini tidak semudah itu, ia merasa masuk akal.

Asisten itu melakukan hal ini memang karena tidak suka padanya.

Ketika ia ingin melanjutkan makan dengan wajah cemberut, terdengar pujian dari William.

“Apa yang kamu lakukan kali ini lumayan bagus, caramu menyelesaikan masalah sudah sesuai dengan jabatanmu.”

Jeanne mengangkat kepala sambil melihatnya dengan tatapan tidak mengerti.

“Sekarang kamu sedang memujiku atau sedang meledekku? Maksudmu dulu aku tidak seperti seorang Direktur?”

Dia bertanya dengan perasaan kesal, namun William tidak meresponnya.

Namun senyuman diwajahnya menunjukkan apa yang ia pikirkan.

Jeanne mengertakkan gigi sambil menatapnya dengan sebal.

Seperti seekor kelinci yang bersiap menggigit orang, membuat William merasa dirinya lebih lucu lagi.

Dia meledeknya, “Kenapa? Aku mengatakan hal yang sebenarnya, kamu tidak senang, kalau begitu lain kali aku tidak akan bilang.”

Amarah Jeanne mereda, bertanya padanya dengan wajah kecewa, “Apakah dulu aku seburuk itu?”

William tidak menyangka bercandaannya bisa membuat wajahnya berubah sedrastis itu.

Sebenarnya selama ini ia sudah bekerja dengan sangat baik.

Mengingat hal ini, ia berdehem sambil menenangkannya, “Jangan berpikir yang aneh-aneh, aku hanya bercanda.”

Kali ini Jeanne melihatnya dengan perasaan aneh dan bingung.

Pria ini ternyata bisa bercanda?

William menyadari maksud dalam tatapannya, seketika merasa tidak nyaman.

“Cepat makan, setelah makan istirahatlah, besok adalah ulang tahunmu, pasti akan sibuk.”

Novel Terkait

Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu