Wanita Pengganti Idaman William - Bab 336 Menginginkan Nyawanya

Jeanne dipeluk William dengan erat, disaat bersamaan menyadari adanya perubahan dalam diri William, ia merasa kesal juga malu.

“Lepaskan aku!”

Dia memberontak ingin melepaskan diri.

Namun entah kenapa gerakan ini malah membuat nafas William semakin tidak beraturan.

“Jangan bergerak, biarkan aku memelukmu sebentar lagi.”

Meskipun William ingin melakukannya dengan orang dalam pelukannya, namun kondisi tubuhnya tidak mengijinkannya.

Dia memeluk erat Jeanne, membenamkan kepalanya di leher Jeanne merasakan keharuman tubuhnya.

Jeanne sudah bersamanya begitu lama, bagaimana mungkin ia tidak tahu maksud dari gerakannya ini.

Dia sangat bersyukur sekarang William terluka, jika dibandingkan dengan yang sebelumnya, mungkin ia sudah dibuat kehabisan tenaga oleh pria ini.

Memikirkan ini, ia membiarkan William memeluknya, ketika ia sudah lebih tenang, ia baru mulai bersih-bersih.

Beberapa hari berturut-turut Jeanne tinggal di rumah sakit untuk menjaga William.

Hari ini jahitan William sudah bisa dibuka, keduanya berencana pulang dari rumah sakit.

Karena takut membuat luka William kembali sobek, Jeanne membiarkan William duduk disamping sementara dia membereskan barang William.

William melihat dirinya yang sedang sibuk kesana kemari, rasanya seperti pasangan tua yang sudah hidup puluhan tahun lamanya.

Meskipun Jeanne tidak memerlukan bantuan William, namun ketika ia membutuhkan sesuatu, Williamlah yang selalu mengambilkan untuknya.

Kekompakan ini membuat Jeanne merasakan hangat dan manis.

Moli yang sudah selesai mengurus administrasi kepulangan William melihat ini semua ketika kembali ke kamar, matanya memerah dipenuhi rasa cemburu, namun karena William ia berusaha menahannya.

Dia mengepal tangannya erat, mengetuk pintu dengan wajah serius, “Tuan, mobil sudah disiapkan, sudah siap untuk berangkat.”

Ekspresi lembut di wajah William seketika menjadi tegas ketika melihatnya.

Melihat ini hati Moli sungguh sakit.

Kenapa, kenapa bisa jadi seperti ini?

Dia bertanya-tanya dalam hati, namun tidak ada sedikitpun yang terpancar dalam ekspresi wajahnya.

William tidak mengetahui amarah dalam hatinya, setelah meliriknya, William berbalik menatap Jeanne dengan lembut sambil bertanya, “Sudah beres-beresnya?”

Jeanne melihat koper disampingnya, merasa sudah cukup persiapannya, lalu mengangguk.

“Ayo.”

William mengangguk, berjalan menghampirinya ingin menenteng koper.

Jeanne khawatir dengan luka ditubuhnya, tidak mengijinkan, namun ditolak oleh William.

“Tenang saja, bukan aku yang bawa.”

William menggandeng tangan Jeanne, perhatiannya membuat Jeanne sangat tersentuh.

Mata William melihat kearah Moli yang terbengong didepan pintu, berkata dengan dingin : “Pindahkan kopernya kebawah.”

Setelah mengucapkannya, dia menggandeng Jeanne keluar dari kamar.

Moli melihat mereka pergi, mengingat ucapannya yang begitu dingin, hatinya merasa sangat sedih.

Kedua matanya menatap mereka dengan penuh kekesalan, mengandung rasa iri dan tidak rela, namun ia tetap menjalankan perintah dengan menggertakkan gigi.

Lalu mereka bertiga kembali ke hotel, Jeanne menjaga William yang sedang istirahat di sofa.

Meskipun lukanya sudah boleh dibuka benangnya, namun masih butuh istirahat.

William sama sekali tidak mengelak.

Dia bersender disofa, ketika melihat Moli memindahkan koper masuk, ia teringat sesuatu sehingga memanggilnya.

“Moli.”

Suaranya yang dingin membuat hati Moli tergetar.

“Tuan, ada pesan apa?”

Dia meletakkan koper, bertanya dengan hormat.

William meliriknya dan berkata dengan tegas : “Hari ini kamu kembali ke tempat Mogan, aku akan menyuruhnya mengatur orang baru.”

Mendengar ini, Moli langsung mengangkat kepala dengan terkejut, tatapannya penuh rasa takut.

“Tuan, anda ingin mengusirku?”

Jeanne yang baru kembali dari mengambilkan minum untuk William juga mendengar ucapannya, ia merasa aneh, namun ia lebih merasa lega.

Bagaimanapun, jika Moli tetap disana, hanya akan membuatnya merasa semakin tidak tenang.

Wanita ini bukan hanya mempersulitnya, tapi sudah sampai titik menginginkan nyawanya!

Mengingat ini, ada kemarahan yang membakar hatinya.

Sehingga ia tidak ingin ikut campur percakapan mereka, setelah meletakkan air hangat untuk William, ia membawa koper dan masuk ke kamar.

Dan juga ia yakin William bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik.

William tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Jeanne, melihatnya masuk kedalam kamar, ia mengalihkan pandangan kearah Moli yang sedang bersedih.

“Kamu berkali-kali mencampur adukkan masalah pribadi dengan masalah pekerjaan, sudah tidak cocok berada disampingku, aku akan meminta Mogan mengaturkan tugas yang baru untukmu.”

Moli mendengar ini, langsung panik.

“Tuan, aku tahu aku salah, tolong jangan usir aku.”

Dia memohon pada William.

William tidak bergeming.

Moli sangat panik, susah payah dia baru bisa memiliki kesempatan bekerja disamping tuan muda.

Dia tahu jelas, jika kali ini dia diusir keluar, kelak ia sudah tidak mungkin bisa kembali bekerja disisi tuannya lagi.

Melihat ini, matanya melirik kearah Jeanne yang sedang sibuk dikamar.

Tentu saja dia tahu kenapa tuan mengusirnya, meskipun amarahnya sudah memuncak, namun ia tetap menahan diri dan berkata sambil mengencangkan rahangnya : “Aku tahu tuan menyalahkanku karena tidak menjaga nyonya dengan baik, membuat nyonya berkali-kali mengalami bahaya, mohon berikan aku kesempatan sekali lagi untuk menebus kesalahanku, jika orang-orang itu masih belum puas, aku yakin mereka akan beraksi kembali, aku berjanji akan melindungi nyonya sekuat tenaga, aku tidak akan lengah lagi!”

Mendengar ini, tatapannya menjadi tajam.

Mau tidak mau dia harus mengakui kalau ucapan Moli tepat mengenai hatinya.

Orang-orang itu belum selesai dibereskan, kapanpun Jessy bisa dalam bahaya.

Ketika itu ia memilih Moli karena merasa ia adalah orang yang tepat untuk melindungi Jessy.

Moli melihat William tidak bicara, tatapannya terlihat ragu, Moli merasa senang karena kelihatannya dia memiliki harapan.

Dia baru ingin lanjut bicara, namun belum sempat mengatakan apapun, ucapannya sudah dipotong oleh William.

“Membiarkanmu tetap tinggal atau tidak, bukan aku yang memutuskan.”

Meskipun William ingin Moli tetap tinggal, namun ia tetap mempertimbangkan Jeanne.

Moli mengerti maksudnya, rasa senang diwajahnya langsung membatu disana.

Bertanya pada Jessy si wanita jalang itu, tidak perlu dipikirkanpun, ia tahu wanita itu tidak mungkin membiarkannya tinggal.

Kenyataannya memang seperti itu.

Jeanne tidak ingin Moli tetap tinggal, namun ia bisa melihat William ingin ia tetap tinggal.

Meskipun ia tahu William seperti itu demi kebaikan dirinya sendiri, namun hatinya tetap tidak nyaman.

“Au tidak masalah, itu adalah orang suruhanmu, jika kamu ingin ia tetap tinggal maka biarkanlah ia tetap tinggal.”

Dia menggigit bibir, berkata dengan nada kekanak-kanakan.

William bisa mendengar maksudnya, namun hatinya tetap tidak tenang, dia tidak mengikuti apa yang Jeanne pikirkan, mengusir Moli pergi.

“Kalau begitu, aku berikan kamu kesempatan sekali lagi, jika kamu melakukan kesalahan sekali lagi, langsung pergi keluar negeri detik itu juga.”

Dia memperingatkan Moli dengan wajah tegas.

Moli merasa sangat senang, ia mengangguk dengan cepat.

William sama sekali tidak memandangnya, melambaikan tangan mengisyaratkannya untuk keluar, ia berencana menjelaskan pada kekasihnya kenapa ia melakukan hal ini.

Karena ketika ia mengatakan akan membiarkan Moli tinggal, dia bisa merasakan gerakan Jeanne terhenti sesaat, ekspresinya langsung menjadi datar.

Meskipun Moli tidak ingin pergi, namun ia tetap mengikuti perintah dan keluar dari ruangan.

Ketika ia pergi, William langsung menarik Jeanne untuk duduk.

“Marah?”

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu