Wanita Pengganti Idaman William - Bab 507 Bolehkah Aku Tidak Pergi

Beberapa hari berikutnya, entah karena Jeanne sudah akan pergi atau bukan, ia semakin menempel pada William.

Asalkan William pulang kerja, dia pasti akan mengkuti William dibelakang seperti ekornya saja.

Dan beberapa hari ini sikap Jeanne menjadi lebih agresif dan berani.

William merasa suka namun juga tidak berdaya, disaat bersamaan juga merasa heran.

Beberapa hari ini Jeanne sungguh aneh tidak seperti biasanya, membuat William merasa ada yang tidak beres, namun ia juga tidak menemukan dimana masalahnya, hanya bisa menyimpan rasa heran didalam hatinya.

Dua hari berlalu lagi, waktu yang tersisa untuk Jeanne hanya tinggal 2 hari, hatinya merasa semakin sedih.

Dia tidak rela meninggalkan William, meninggalkan kelembutannya, bahkan dia tidak memiliki kesempatan untuk mengucapkan salam perpisahan pada William, karena sejak awal sampai sekarang William menganggapnya sebagai Jessy, sama sekali tidak mengetahui keberadaan Jeanne.

Mengingat ini, Jeanne tertawa, ia tertawa dengan perasaan perih, air mata mengalir melalui sudut matanya.

Tepat disaat itu, teleponnya diatas meja berdering.

Jeanne menghapus airmata dengan tangannya, mengangkat ponsel, ternyata telepon dari Julian.

“Ibumu sudah dipindahkan ke luar negeri, dua hari terakhir, setelah kamu selesai mengurus pihak Keluarga Sunarya, langsung kembali sendiri, jangan membuat orang merasa curiga.”

Tujuan Julian meneleponnya kali ini bukan hanya memberitahu tentang ibunya, namun sekaligus mengingatkan Jeanne sekali lagi.

Jeanne tahu jelas itu semua, “Aku tahu, dua hari lagi aku akan pergi.”

Setelah mengatakannya, dia mematikan ponsel dengan dingin, suasana hatinya sudah kacau sekali.

Dia meletakkan ponsel, melihat kamar yang penuh dengan kenangannya bersama William, hatinya seperti tersumbat sesuatu, terasa begitu sesak.

Jeanne tidak ingin tetap tinggal di kamar, dia bangkit dan turun kebawah menuju lemari wine.

Sekarang mungkin hanya alkohol yang bisa mengobati kesedihannya.

Dibawah cahaya matahari, anggur merah digelas wine begitu berkilauan dan menggoda, satu gelas demi satu gelas anggur merah meghilang di balik bibir Jeanne.

Tidak lama kemudian, Jeanne sudah mabuk.

Wajahnya memerah, kedua matanya terpejam sambil tengkurap diatas meja bar, dia memainkan gelas kosong sambil tersenyum juga menangis, air mata sebesar kacang mengalir melalui sudut matanya.

Moli berdiri tidak jauh dari ruang tamu, ia mengkerutkan alis melihat Jeanne yang tidak seperti biasanya.

Wanita ini sedang kerasukan apa sekarang?

Meskipun Moli merasa aneh, namun ia tidak maju mengurusi Jeanne.

Agak malam, William kembali dan melihat pemandangan ini, Jeanne mabuk berat tengkurap di atas meja bar, di sampingnya tergeletak botol-botol anggur merah yang tersebar berantakan, bau alkohol tercium begitu pekat.

“Tuan muda, akhirnya anda pulang juga, Nyonya muda sudah mabuk, namun tidak mau kusentuh, juga tidak mengijinkanku menghubungimu.”

Kepala pelayan maju dan melapor dengan wajah serba salah.

William mengkerutkan alis berjalan kearah Jeanne.

“Will, kamu sudah kembali… hik.”

Jeanne melihat William, langsung bangun sambil menggelengkan kepala.

Dia menatap William dengan wajah sedih, senyum diwajahnya tidak bertahan lebih dari satu detik, bibirnya langsung mengkerut, “Kamu, kamu kembali…aku, aku malah sudah akan pergi…..”

Dia mengatakan ini sambil berjalan sempoyongan kearah William sambil menggenggam erat sudut baju William.

Dia mengangkat kepala, kedua matanya menatap William dengan sayu : “Aku tidak ingin pergi, jangan biarkan aku pergi ya?”

“Siapa yang ingin kamu pergi?”

William merasa ada yang tidak beres, dia teringat sikap Jeanne yang tidak seperti biasanya, seketika tatapannya menjadi dingin.

“Mereka……….”

“Siapa mereka?”

“Mereka…. Mereka adalah orang jahat…….. orang idiot.”

Meskipun Jeanne mabuk, namun ia tetap tidak mengatakan apapun tentang Julian.

William mengkerutkan alisnya dengan ketat, dia masih ingin lanjut bertanya, namun wanita dalam pelukannya sudah tertidur dengan pulas.

Seketika William tidak tahu harus marah atau tertawa, mau tidak mau menggendongnya naik ke kamar.

Mengenai ucapan yang Jeanne katakan tadi, diam-diam William mengingatnya dalam hati, ia berencana menanyakannya pada Jeanne besok ketika ia sadar.

……

Keesokan harinya, Jeanne terbangun oleh sakit yang menyerang kepalanya, rasanya seperti mau meledak.

Dia memijat pelipisnya sambil melihat kondisi dikamar.

Karena tidak ada William dikamar, Jeanne merasa sedikit kecewa.

“Sudah hari terakhir……..”

Dia bergumam sambil menundukkan kepala, ada perasaan tidak rela dalam ucapannya.

Tepat ketika itu, pintu kamar terbuka.

“Kamu sudah sadar.”

William mengenakan pakaian santai, di tangannya ada semangkuk sup penghilang mabuk.

Jeanne mengangkat kepala dengan kaget, ia melihat pria yang berjalan semakin mendekat dengan begitu lekat, “Hari ini kamu tidak ke kantor?”

“Kondisimu yang seperti ini mana mungkin aku bisa bekerja dengan tenang di kantor?”

William menyodorkan sup ditangannya sambil mengkerutkan alis, “Minum selagi panas, ini bisa menghilangkan rasa sakit di kepalamu.”

Jeanne tidak menolak, ia menerima mangkuk porselen dan meminum sup itu sampai habis dalam satu tegukan.

William melihatnya menghabiskan sup, ia menerima mangkuk kosong di tangan Jeanne lalu meletakkannya disamping ranjang, “Katakan, apa yang terjadi kemarin?”

Jeanne terkejut, dia melihat William dengan wajah bingung, “Apa yang terjadi semalam?”

William tertawa lirih, kelihatannya dia sama sekali tidak ingat apa yang terjadi semalam.

“Semalam ada yang mabuk sambil menarik bajuku dan berkata kalau dia tidak mau pergi.”

William berkata sambil menatap Jeanne dengan tatapan penuh ingin tahu, “Aku merasa sangat aneh, kenapa kamu bisa berkata seperti itu.”

Ketika Jeanne mendengar ucapannya, seketika membatu.

Dia tidak menyangka dirinya yang mabuk bisa melakukan hal yang hampir merusak semua rencananya, membuatnya sangat kesal.

Dia memperhatikan William dengan hati-hati, melihatnya yang sedang menunggu jawaban darinya.

Kelihatannya semalam dia tidak membocorkan semuanya, hanya mengatakan hal kecil yang tidak berarti.

Untung saja.

Jeanne merasa lega seketika.

“Em? Kamu tidak ingin memberikanku sebuah penjelasan?”

William menunggu begitu lama namun tidak melihat Jeanne menjawab apapun, ia pun menyipitkan matanya.

Jeanne menundukkan kepalanya, tersenyum sambil mencari alasan, “Hehe… ini cuma salah paham, hanya ucapan orang mabuk, jangan dianggap serius.”

“Oh ya?”

Terlihat jelas kalau William tidak percaya.

Jeanne juga tahu, namun dia tidak bisa menemukan alasan yang lebih baik lagi, hanya bisa berkata dengan nekat, “Ya memang begitu!”

William menatapnya dengan lekat, meskipun terlihat jelas dia berbohong, namun ia tidak ingin memaksanya untuk mengatakannya.

Dia mengambil mangkuk kosong yang ia letakkan disamping ranjang, lalu berjalan keluar sambil berpesan : “Kalau begitu aku ke kantor dulu, kamu istirahatlah di rumah.”

Ketika mengatakan ini, ia seperti teringat sesuatu, lalu berdiri didepan pintu sambil memberi peringatan pada Jeanne, “Ingat, tidak boleh minum alkohol lagi!”

Meskipun William berkata dengan tegas, namun perhatian dalam ucapannya membuat hati Jeanne terasa begitu hangat.

“Tenang saja, aku tidak akan minum lagi.”

William mengangguk, lalu berbalik dan pergi.

Namun Jeanne yang melihatnya berbalik hendak pergi seketika panik, “William!”

Jeanne tiba-tiba memanggilnya dengan lantang.

“Kenapa?”

William menoleh dengan terheran.

Ketika Jeanne menatapnya, ia berusaha menyunggingkan senyuman diwajahnya : “Hari ini boleh tidak kalau tidak berangkat ke kantor?”

Novel Terkait

Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu