Wanita Pengganti Idaman William - Bab 346 Bertindak

Julian mengerutkan kening, matanya terlihat jelas terlihat ketidaksetujuannya.

“apa pentingnya bagiku? Jika ada masalah, apa yang kita lakukan sebelumnya semua akan sia-sia.”

Jessy memahami apa yang dikhawatirkan Julian, alisnya sedikit terangkat, “aku paham maksudmu, tetapi aku ada urusan, percayalah kali ini Jeanne tidak akan dapat masalah.”

Julian tertawa “jangan bicara tidak masuk akal, aku bukannya khawatir kalau kamu akan memberi dia masalah, aku hanya mengkhawatirkanmu.”

Jessy mendengarnya, hatinya tersentuh.

Tidak tahu apa yang ada di pikirannya, tangannya mengelus perut tiada henti.

Kalau dilihat dengan jelas, perutnya sedikit terlihat.

Akan tetapi karena dia mengenakan rok yang longgar, tidak begitu terlihat.

“kamu tidak perlu khawatir, selang beberapa bulan, aku akan kembali dan mendapatkan semua milikku.”

Saat dia berkata, pandangan matanya kosong.

Julian sama sekali tidak melihat perubahannya, mendengar perkataannya, juga tidak banyak bertanya lagi, khawatir Jessy malah tidak sabar menghadapinya.

“oke, ada urusan apa yang perlu ayah bantu, bilang saja.”

Jessy menunduk dan berkata beberapa kata pada Julian dan kemudian meninggalkan rumah sakit.

Julian melihat dia pergi, dan melihat kearah kamar Jeanne, alisnya berkerut, sama sekali tidak masuk ke ruangan dan berbicara apapun, kemudian dia juga pergi.

Setelah Jessy pergi, kemudian dia pergi ke parkiran bawah.

Sebenarnya dia berencana untuk masuk mobil dan pergi.

Siapa sangka ada bayangan hitam dan berjalan di sebelah mobil.

“siapa?’

Pandangannya serius dan bertanya dengan suara tegas.

Namun balasannya adalah kakinya dingin hingga menjalar ke belakang kepala.

“Jangan bergerak….”

Terlihat orang yang mengikuti Jeanne berdiri di belakang Jessy.

Dan menganggap Jessy sebagai Jeanne, dengan nada dingin berbicara: “naiklah ke mobil dan jangan banyak bergerak, jika tidak jangan salahkan aku bertindak!”

Tubuh Jessy gemetar dan hatinyapun semakin terkejut, saat itu juga ia merasa penuh dengan keraguan.

Dia baru saja kembali ke negaranya, bagaimana orang-orang ini bisa cepat datang kesini?

Meskipun dia gelisah, tapi dia masih menahan kepanikan dalam hatinya dan menenangkan orang yang ada dibelakangnya.

“kamu jangan gegabah, aku akan bekerja sama denganmu!”

Pembicaraan berakhir dan dia mengangkat kedua tangannya kemudian membuka pintu mobil sesuai yang diperintahkan pria itu.

Pria itu melihatnya bekerjasama, juga tidak mempersulitnya, dengan segera naik ke mobil.

Jessy juga tidak melakukan perlawanan apapun yang mempersulitnya.

Setelah itu dia memberitahukan alamat, dan memerintahkan Jessy mengemudi.

Jessy tidak bisa menolak dan hanya bisa menuruti pergi sesuai alamat yang di perintahkan dia.

Kurang dari waktu 30 menit, keduanya tiba di rumah yang ada di daerah pinggiran kota.

Pria itu memerintahkan Jessy turun dari mobil.

Jessy memandangi hutan belantara, hatinya merasa gelisah ingin menyelamatkan diri, namun alat komunikasi yang ada di tubuhnya sudah digeledah oleh pria itu.

Tidak ada cara lain selain menuruti perintah pria itu.

Setelah itu keduanya memasuki rumah dan tidak tahu dari mana pria itu mendapatkan kursi, kemudian memerintahkan Jessy duduk dan mengambil tali kemudian mengikatnya.

“yang kamu inginkan sebenarnya apa?”

Jessy kesal melihat tingkahnya, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa dan sama sekali tidak bisa memberontak.

Pria itu menatapnya dingin dan tidak mempedulikannya.

Selesai dia mengikat Jessy, dia mengambil pistol dan pisau dari sepatu fantofel kemudian ditodongkan ke leher Jessy.

Jessy terkejut dan wajahnya berubah menjadi sangat takut.

Pria itu masih tidak mempedulikannya.

Dia mengambil handphone dan melakukan panggilan video.

Presiden direktur perusahaan Group Sunarya.

Awalnya William yang sedang menyelesaikan pekerjaannya, tiba-tiba handphone nya berdering.

Sekilas terlihat adalah nomor asing, ragu-ragu untuk mengangkatnya, akan tetapi tidak disangka dia melihat layar dengan tatapan marah.

Terlihat di panggilan video seorang pria tidak dikenal yang sedang menodongkan pisau di leher Jessy.

“apa yang kamu lakukan?”

Dia bertanya menggertak, hatinya penuh dengan kemarahan.

Jessy yang melihatnya dan tidak memperhatikan layar video, dia terkejut.

Sekarang dia mengira masalahnya bukan hanya dia ditangkap oleh orang-orang itu.

“aku mau berbuat apa, bukankah tuan Sunarya sudah jelas?”

Pria itu melihat William tersenyum sinis dan dengan nada dingin menjawab.

Wajah William suram, dia sudah bisa menebak tujuan pria itu.

Yang ditakutkan hanyalah pria misterius itu.

Pria itu melihat William yang terdiam, kedua matanya menyipit, menekan leher Jessy dan berkata: “aku kira Tuan Sunarya seharusnya sudah mengetahui identitasku, kalau kamu tidak ingin istrimu meninggal, serahkan benda itu!”

Seusai bicara, leher Jessy yang putih itu tergores satu luka dan darah segar mengalir.

William melihatnya penuh dengan emosi.

Jessy juga merasa kesal.

Mendengar percakapan keduanya, dia langsung paham apa yang sudah terjadi.

Sekarang yang dia terima sekarang adalah semuanya demi Jeanne, bagaimana mungkin dia tidak marah?

Kalau bukan karena ada kejadian tidak terduga yang menimpanya, dia tidak akan pernah melepaskan Jeanne.

Dia berpikir dengan tenang, William yang di telepon juga sedikit tenang.

Dia menatap telepon dengan dalam dan matanya berkedip.

Meskipun yang ada di telepon adalah Jessy, akan tetapi dia merasa Jessy hari ini terlihat sangat berbeda.

Letak pasti dimana perbedaannya dia juga tidak bisa menyebutkan.

Dia menahan keraguannya dan mulai menanggapi pria itu.

“aku bisa menyerahkan benda yang kamu inginkan, tapi permintaanku adalah jangan melukai sandera!”

Ketika dia berbicara, dia mendekatkan telepon kearah bagian Jessy yang terluka.

Pria itu melihatnya dengan dingin berbicara: “selama Tuan Sunarya bekerjasama, sandera pasti aman.”

Pembicaraannya selesai, dia meninggalkan alamat untuk bertransaksi dan menutup telepon.

Setelah telepon dimatikan, William dengan erat memegang handphone seketika ekspresi wajahnya berubah jadi tidak enak.

Dia memegang telepon dan dengan segera menghubungi Moli.

“Tuan.”

Moli menerima telepon dari William amat sangat bahagia.

William mendengar nada bicaranya dia yang penuh dengan gembira, hatinya menjadi kesal.

“bagaimana dengan Nyonya muda?”

Moli mendengar kalimat itu dan merasa ada yang tidak benar, senyum di wajahnya tidak begitu cerah.

“Nyonya muda tidak sedang bersamaku.”

Jawaban yang keluar dari bibirnya membuat William kesal.

“tidak sedang bersamamu? Bukankan aku menyuruhmu untuk selalu mengikutinya?

Moli tiba-tiba merasa sedih, berbicara : “Tuan, aku sudah mengikuti nyonya muda, tetapi nyonya muda tidak bilang apapun ke aku, waktu aku pergi juga sengaja membiarkanku berpisah dengannya, ketika aku kembali, nyonya muda sudah tidak terlihat.”

William mendengar itu alisnya mengkerut, hatinya berubah menjadi khawatir, saat yang bersamaan dia juga merasa ragu.

Sebenarnya apa yang ditutupi wanita itu terhadapnya, bahkan membiarkan dirinya mendapat bahaya yang sangat besar?

Meskipun William merasa sangat aneh, akan tetapi dia sama sekali tidak berpikir untuk saat ini.

Dan Moli juga merasa ada yang tidak benar, dengan hati-hati bertanya : “Tuan, apakah nyonya muda sedang dalam masalah?”

Novel Terkait

Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu