Wanita Pengganti Idaman William - Bab 468 Kurangi Ikut Campur

2 hari selanjutnya, Jeanne tidak keluar rumah lagi.

Namun Bernard selalu menggunakan ‘memahami’ kontrak sebagai alasan untuk menghubungi Jeanne.

Jeanne tidak ingin memunculkan masalah yang tidak diperlukan, selalu menolak dengan segala macam alasan, menyuruh Bernard pergi ke perusahaan Julian.

Lewat 2 hari lagi, berita ibukota lagi-lagi ada pergerakan besar, Selamat Kikin Group dan Yansen Group menandatangani kerjasama dengan sukses.

Sekalinya berita tersebar, membuat perusahaan lain di ibukota semua terkejut.

Mereka tidak menyangka ternyata masih ada orang di posisi atas yang melawan arus dan melakukannya, tidak memikirkan perusahaan Sunarya yang menekan Yansen Group untuk tidak bekerja sama.

Tentu saja setelah terkejut, mereka lebih banyak yang menyesal.

Karena setelah Jessy sukses mendapatkan kontrak, membawa masuk Yansen Group ke pasar domestik, kemudian menggerakkan Kikin Group di dalam dan luar negeri juga mengambil cukup banyak proyek, bahkan diam-diam merebut cukup banyak yang awalnya termasuk sumber penghasilan perusahaan Sunarya.

Di luar negeri, William juga mengetahui situasi dalam negeri dari laporan Hans.

William dengan wajah muram dan suara dingin memerintah, “urusan di sini kurang lebih sudah diurus, kamu pergi pesan tiket pesawat, kita besok pulang. Juga suruh orang periksa Yansen Group dan Bernard Kikin bagaimana bisa bekerja sama, aku mau pergerakan terbaru mereka.”

Hans mengangguk menerima perintah dan melaksanakannya.

……

Keesokan harinya, Jeanne baru bangun sudah langsung menerima berita William akan segera pulang, sepenuhnya sangat senang, seharian penuh situasi hatinya baik.

Menunggu sampai sore menjelang malam, William pulang.

“William.”

Jeanne sulit menutupi pemikiran dalam hatinya dan dengan langkah cepat menyambut kedatangan William.

Langkah kaki William agak terhenti, dengan dingin melirik jeanne, dengan wajah dingin melewati dari samping Jeanne.

Jeanne terdiam, terdiam melihat tampak belakang William pergi, seperti disiram air dingin saja, berdiri di tempat asal tidak tahu harus berbuat apa.

Moli meski tidak tahu sikap William kenapa seperti ini terhadap Jeanne, tapi melihat ekspresi Jeanne yang seperti teralihkan, Moli mengangkat ujung bibirnya senang atas penderitaan orang lain, pergi mengejar William.

“Tuan, apa kali ini perjalanan bisnisnya di luar negeri lancar?”

William mengiyakan dengan sedikit, langsung berjalan ke ruang tamu dan meletakkan tas kerja.

“Yansen Group dan Kikin Group situasinya seperti apa?”

William bertanya pada Moli, pandangannya malah melihat ke Jeanne.

Ternyata di jalan pulang, William sudah mengecek alasan Yansen Group bisa masuk ke ibukota, semua itu hasil kerjaan Jeanne.

“Beritahu aku, di masalah ini, kamu melakukan apa.”

“……”

Jeanne meraba bibirnya, tidak tahu harus bicara bagaimana.

“Apa ada yang tidak bisa dibicarakan?” raut wajah William semakin curiga .

Dalam hati Jeanne muncul perasaan bersalah, malah tidak mampu membicarakan fakta, “Julian mau Yansen Group beroperasi lagi, kamu disini selalu tidak setuju, aku terpaksa mencari Bernard.”

William mengejek, “tidak ada jalan lain? aku bukannya sudah bilang, jika keluarga Gunarta mempersulitmu kasih tahu aku ? Juga, aku sudah beritahu kamu untuk menjauhi sedikit teman-teman intim-mu dulu, tidak disangka, aku akhir-akhir ini baik dan sedikit memanjakanmu dan kamu sudah lupa dengan statusmu?”

Jeanne merasa kesulitan nembicarakan masalahnya, bibirnya terbuka sedikit namun tertutup lagi, dengan sedih melihat melihat William.

William tidak menyadari keanehan di mata Jeanne, terutama saat William terpikir foto yang Moli kasih lihat, amarah hatinya membara.

“Jessy, kelihatannya aku meremehkan kamu, aku bahkan mengira beberapa waktu ini kamu jujur, ternyata hanya demi pura-pura baik di hadapanku, merencanakan keuntungan untuk mantanmu, kenapa, demi mantan, kamu bahkan mengorbankan diri sendiri dan semuanya, lupa Yansen Group mempermalukanmu, atau kamu insting naturalnya memang wanita murahan yang memeras suami? Hari itu aku terlalu ikut campur dan merusak kesenanganmu?”

Raut wajah Jeanne seketika pucat pasi, “ tidak seperti itu!”

William sudah tidak percaya kata-kata Jeanne lagi, melihat Jeanne sekilas dalam-dalam, berbalik badan pergi ke lantai atas.

Jeanne mau pergi mengejar, akhirnya jalannya dihadang Moli.

“Minggir!”

Jeanne mempelototi Moli, mendorong Moli, Moli malah tidak tergerak.

“Nyonya Muda, memangnya kamu tidak bisa melihat ya? Sekarang tuan paling tidak ingin melihat kamu, aku sarankan kamu, sebaiknya jangan ikut naik membuat marah tuan, supaya tuan tidak mengatakan yang lebih sulit didengar.”

Jeanne sepenuhnya diam kaku, tidak bergerak, tampak belakang William menghilang di koridor.

Moli tertawa dingin, juga tidak mempedulikan Jeanne lagi berbalik badan dan pergi mengejar ke arah William pergi .

Jeanne sedih dan menarik kembali pandangannya, pergi ke arah kamar.

Saat melewati ruang belajar, Jeanne mendengar suara Moli sedang melaporkan sesuatu pada William dengan ringan, rasa sakit menyebar di seluruh hati dan pikiran Jeanne

Jeanne tahu masalah ini memang Jeanne yang salah, tapi Jeanne sama sekali tidak punya pilihan.

Beberapa hari selanjutnya, 2 orang itu mulai perang dingin sejak William memulainya.

Tidak peduli bagaimana Jeanne mencari cara mencari kesempatan bicara dengan William, selalu diabaikan William.

Bahkan mereka malam hari mulai tidur di kamar terpisah.

Jeanne bagaimanapun juga tidak menyangka masalahnya akan berkembang sampai seperti ini, hatinya semakin sakit dan sedih.

Beberapa kali Jeanne bergejolak, mau memberitahu William kebenarannya, tapi pada akhirnya Jeanne menyerah.

Moli melihat William dan Jeanne hari demi hari bagaikan orang asing saja, semakin bangga, di rumah tidak perlu membuang tenaga menekan Jeanne.

Seperti hari ini, Jeanne berencana ke dapur membuat makanan suplemen, berencana menunggu memberikan William untuk makan setelah pulang malam nanti, langsung dicaci maki Moli tepat di wajahnya.

“Jessy, kamu itu mau membahayakan nyawa tuan kan?”

Wajah Jeanne muram, membalas, “nona Moli sebaiknya perhatikan sedikit ucapanmu, siapapun mungkin melukai William, hanya aku yang tidak mungkin!”

“Kamu tidak mungkin? Aku lihat kamu paling mungkin, kalau tuan tiba-tiba meninggal, bukannya kebetulan sesuai keinginan kamu, bisa membiarkan kamu dan mantanmu jadi tidak terpisahkan.”

Jeanne marah sampai seluruh tubuhnya gemetar, sepasang matanya menatap Moli penuh amarah.

Moli juga tidak takut, mendekat selangkah mencemooh, mendekat ke telinga Jeanne, menggunakan suara yang hanya mereka berdua bisa dengar, berkata mengejek: “kalau jadi kamu, dari awal setelah melakukan hal memalukan seperti ini, pergi dari kediaman Sunarya, kamu tinggal dengan tidak tahu malu seperti ini di kediaman Sunarya, hanya akan membuat tuan membenci kamu, tidak lihat tuan sekarang jijik karena kamu kotor, tidak mau tinggal sekamar sama kamu.”

Kata kotor, membuat nafas Jeanne terhenti, hatinya sakit seperti digigit berjuta-juta semut.

Moli melihat keseluruhan ekspresi Jeanne, mengangkat ujung bibirnya seperti pemenang dan dengan bangga, “kalau bijaksana langsung kamu sendiri inisiatif pergi, kalau tidak nanti kamu yang terima akibatnya.”

Jeanne kembali sadar, menatap Moli tanpa mengedipkan mata.

‘PLAK’ suaranya, wajah Moli menyimpang, di pipi yang putih muncul bekas yang memerah.

Semua orang terdiam, seperti sama sekali tidak menyangka Jeanne akan bertindak.

“Wanita rendahan, kamu ternyata berani memukul aku!”

Moli juga tidak menyangka, karena itu tidak sempat bereaksi amarahnya membara, sepasang matanya menatap Jeanne dengan haus darah.

Jeanne mengibas-ngibaskan tangannya yang agak sakit, tertawa dingin, “ kenapa tidak berani? Aku sudah menahan diri darimu sangat lama, kamu punya hak apa menyuruh aku pergi ? Meski aku harus pergi, itu juga dengan perkataan William!”

Moli mengepalkan tangannya kuat-kuat, tepat saat dia berencana membalas, terdengar suara dingin dan berat William dari belakang mereka berdua.

“Kalian sedang apa?”

Sekalinya kata-kata itu terlontar, Moli dan Jeanne semua terdiam kaku.

Moli tiba-tiba melepaskan kepalan tangannya yang erat, tanpa niat baik memandang sekilas Jeanne.

Hati Jeanne muncul rasa tidak tenang.

Masih tidak menunggu seluruh reaksinya, Moli langsung pura-pura seperti dizolimi, duluan mengadu, “tuan, kebetulan sekali Anda pulang, bantu aku mendapat keadilan, aku hanya bilang pada Nyonya Muda ia tidak seharusnya pergi menemui Bernard, membawa kesulitan untuk tuan, akhirnya Nyonya Muda langsung memukul aku, menyuruh aku kurangi ikut campur urusannya!”

Wajah William menjadi suram mendengarnya, bahkan udara di sekitar saja turun beberapa derajat.

Hati Jeanne berdetak, buru-buru menjelaskan, “William, kamu dengar aku bicara, masalahnya sama sekali ……hei, kamu sedang apa?”

Jeanne belum selesai bicara, pergelangan tangannya sudah ditarik William tiba-tiba jalan ke arah lantai atas.

Beberapa kali, karena Jeanne tidak bisa mengimbangi langkah William, hampir jatuh.

William malah tidak mempedulikan, naik ke lantai atas mempedulikan diri sendiri saja.

Moli di lantai bawah melihat tampang Jeanne yang kacau, matanya tidak bisa menutupi kebanggaannya.

Melihat tampang tuan sangat marah, kali ini pasti tidak akan melepaskan Jessy Wanita rendahan ini dengan mudah kan!

Novel Terkait

Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu