Wanita Pengganti Idaman William - Bab 444 Membuatmu Menderita

Setelah Ivan selesai menjelaskan itu, lalu menarik Jeanne pergi.

Jeanne tidak menolak dan mengikutinya keluar dari restoran.

Moli memperhatikan punggung mereka menjauh dan menghantam meja makan dengan pukulan kemarahan.

Meja kaca langsung retak dan tangannya juga tergores, langsung keluar darah.

Pengunjung disekitar melihat situasi ini, semuanya langsung menyusut kembali karena ketakutan.

Setelah membayar uang ganti rugi kepada pihak restoran, dia pergi dengan wajah cemberut.

Jeanne dan Ivan juga belum pergi jauh.

Jeanne menemani Ivan untuk mengganti pakaiannya di sebuah pusat perbelanjaan terdekat, dengan penuh permintaan maaf Jeanne berkata: "Maaf, telah membuat kamu menderita dan tidak nyaman."

Ivan melambaikan tangannya dengan ekspresi acuh tak acuh ketika dia mendengar Jeanne minta maaf. "Jangan khawatir tentang hal sepele begitu. Selain itu, kamu juga membelaku tadi."

Sesudah itu Ivan memikirkan kembali apa yang baru saja terjadi, dia tidak bisa menahan tawanya.

Jeanne menatapnya dengan aneh dan bertanya padanya apa yang dia tertawakan.

"Aku tidak pernah tahu kalau kamu memiliki sisi yang kuat juga. Aku belum pernah melihatmu memukul siapapun sebelumnya."

Ivan mengungkit kejadian di restoran tadi dan bercanda dengan Jeanne.

Jeanne mengangkat sudut mulutnya dan tidak tahu harus menjawab apa.

Ivan juga tidak peduli dan tidak menggodanya lagi.

Dia tertawa, tapi terpikir dan khawatir Jeanne mungkin akan mendapat masalah kalau pulang nanti.

"Apa yang terjadi barusan, apakah akan berpengaruh pada kamu. Haruskah aku kembali bersamamu dan menjelaskannya?"

Jeanne mengerti apa yang dia maksud dan menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak, aku akan baik-baik saja."

Ivan mendengar jawaban Jeanne,jadi dia tidak bertanya lebih lanjut lagi. Ketika dia memikirkan rahasia yang ditanggung Jeanne, dia akhirnya tidak mengatakan apa-apa lagi. Sesudah itu dia berkata, "Oke deh, sudah cukup hari ini. Jika suatu hari nanti ada kesempatan, aku akan mengajak Shanon dan kita akan kumpul lagi."

Jeanne mengangguk, "Yah, aku bisa keluar selama aku punya waktu."

Jeanne mengucapkan selamat tinggal pada Ivan.

Ivan tidak menghentikannya, tetapi ketika Jeanne bersiap naik ke mobilnya, dia tidak bisa menahan diri untuk berpesan: " Jeanne, jika kamu membutuhkan bantuan aku, jangan lupa kabari, kita kan teman!"

Dia masih khawatir kalau Jeanne akan menghadapi masalah ketika pulang tapi dia juga mengerti karakter Jeanne.

Jeanne tidak suka merepotkan teman-temannya, dia juga tidak akan mengganggu orang lain bahkan dalam keadaan darurat sekalipun.

Jeanne tentu tahu tujuan dari pesan Ivan, meskipun dengan niat yang berbeda, hati Jeanne tetap terasa hangat.

"Aku tahu."

Setelah menanggapi, Jeanne lalu memberi isyarat kepada pengemudi taksi untuk jalan.

Ivan mengawasi Taksi yang ditumpangi Jeanne sampai menghilang lalu berbalik dan pergi.

Jeanne tidak tahu itu dan hanya duduk di mobil dan merenungkan apa yang mungkin akan dia hadapi selanjutnya ketika sampai dirumah.

Dia menduga Moli mungkin sudah melaporkan kejadian tadi kepada William, jika William bertanya, bagaimana caranya dia menjelaskan?

Jeanne berpikir sampai stress dan kepalanya mau pecah rasanya.

Sebelum Jeanne terpikir alasan yang bagus, rumah keluarga Sunarya sudah sampai.

Jeanne membayar ongkos taksi, keluar dari taksi dan langsung masuk ke rumah baru.

Pelayan-pelayan menyambutnya satu per satu dan Jeanne melihat suasana dirumah itu sepertinya tidak ada yang berbeda.

Ketika dia memasuki ruang tamu, dia tidak melihat Moli atau William, meskipun aneh, tetapi tidak peduli, langsung naik ke atas.

Bagaimanapun, nanti akan ambil tindakan yang sesuai dengan keadaan yang berkembang nanti.

Tapi Jeanne tidak tahu. Ketika Moli mengetahui Jeanne sudah kembali, telapak tangan yang luka dan sudah dibungkus dalam kain kasa mulai mengeluarkan darah lagi.

Awalnya, Moli sangat emosi dan ingin langsung melapor ke William.

Bagaimanapun, Moli juga tahu hubungan mereka sedang tidak begitu baik belakangan ini. Mungkin dia bisa menggunakan topik ini untuk membantunya mengajari wanita jalang itu.

Tetapi setelah dorongan hati itu, dia lalu kembali tenang.

Meskipun Moli melapor, Tuannya pasti akan menegur wanita itu, tetapi wanita itu di restoran tidak memiliki rasa takut, dan berpikir tentang pengaruh wanita itu pada Tuannya, Takutnya nanti malah dia sendiri yang akan kena.

Bagaimanapun, dia tadi yang memulai dan mengatakan bahasa yang buruk.

Tetapi dia juga tidak puas kalau tidak melakukan sesuatu.

Pikirkan tentang hal itu, matanya tiba-tiba bersinar dan terpikir sebuah ide di dalam hatinya.

….....

Malam itu, William pulang, masih tanpa ada kata-kata sambutan yang lembut seperti sebelumnya.

William juga tidak peduli. Dia hanya menyapa Jeanne dan pergi ke kamar mandi.

Jeanne tidak menanggapi. Ketika William masuk kamar mandi, mereka baru mengambil pandangan mereka kembali, melihat ke pintu kamar mandi yang tertutup dan mendengar ada suara air.

Tampaknya Moli tidak melapor apa-apa, kalau tidak William pasti langsung menanyakan hal itu padanya.

Jeanne berpikir keras, sedikit mengernyit, merasakan sesuatu yang aneh.

Jeanne sangat jelas dengan karakter Moli yang tidak mungkin diam saja, seharusnya dia langsung melaporkan kepada William kecuali dia sedang merencanakan sesuatu.

Kenyataannya, itu memang benar.

Ketika William selesai mandi dan memanggil Jeanne untuk turun dan makan malam, William melihat Moli duduk di ruang makan dengan wajah bengkak.

Moli juga melihat Jeanne, yang mengikuti William dari belakang, menunjukkan penderitaan yang tak terlukiskan di wajahnya, dan akhirnya pandangannya tertuju pada William.

"Apa yang terjadi dengan wajahmu?"

William memperhatikan wajahnya dan mengerutkan kening.

Pada saat yang sama, dia juga menemukan suasana aneh antara Moli dan Jeanne, dan bertanya lagi dengan suara yang dalam, "Apa yang terjadi sebenarnya?"

Jeanne melihat situasinya, menatapnya, dan kemudian menatap Moli sejenak.

Jeanne menunduk dan menjawab, "Tidak ada hal besar yang terjadi. Hanya ada perselisihan sedikit. Aku kasih dia pelajaran."

Ketika William mendengar jawaban Jeanne, matanya bersinar karena terkejut, seolah-olah dia tidak percaya bahwa Jeanne bisa memukul orang.

"Ada apa? Apa yang membuat kamu bisa begitu marah?"

William berniat mempertanyakan lebih lanjut, tetapi Jeanne tidak berniat untuk menanggapi, malah minta pengurus rumah tangga menghidangkan makanan.

Pengurus rumah tangga memperhatikan tuan mudanya dengan hati-hati dan melihat bahwa tidak ada keberatan darinya, jadi dia baru minta pelayan melayani mereka.

William dapat melihat bahwa Jeanne tidak ingin membicarakannya, dan dia juga tidak ingin bertanya lebih lanjut lagi. Dia berencana untuk pergi ke Moli untuk mencari tahu kebenaran setelah menyelesaikan makanannya.

Moli memperhatikan interaksi di antara mereka, dan hatinya sangat gembira.

Tampaknya dia berada di jalur yang benar.

Selama dia mampu berbicara dengan jelas dan meyakinkan, dia pasti akan dapat memisahkan Tuannya dari wanita itu.

Jeanne tidak tahu rencananya, setelah dia menghabiskan makanannya dan langsung naik keatas.

William melihat situasi, mengerutkan kening, matanya terlihat sangat tak berdaya.

Dia tidak mengerti apa yang terjadi pada wanita itu, dan sampai sekarang masih menghindari dan ngambek dengan dia.

William sudah minta orang selidiki ke perusahaan keluarganya. Tidak ada masalah di sana.

Tidak berdaya, William hanya bisa menekan keraguan di hatinya dan melihat kearah Moli.

Mungkin kali ini bisa memecah kecanggungan di antara mereka.

"Ikuti aku ke ruang kerjaku."

William memberi perintah ke Moli dan naik ke atas.

Moli memperhatikan punggungnya, matanya bersinar dan mengikutinya.

"Katakan, ada apa, dan mengapa nyonya muda bisa memukulmu?"

Di ruang kerja, William bertanya dengan tenang.

Moli dengan tenang menceritakan apa yang terjadi pada siang hari tadi.

Dan Moli tidak menambahkan atau mengurangi cerita, tetapi fokus pada beberapa deskripsi.

"Pada waktu itu, aku tidak tahu bahwa itu adalah teman dari nyonya muda. Lagipula, mereka tidak terlihat seperti teman biasa, mereka terlihat sangat intim. Jadi aku cemas, aku melakukan beberapa hal impulsif kepada teman nyonya muda dan menggunakan bahasa yang kurang enak didengar. Nyonya muda sangat marah dan memukul aku. "

Setelah selesai bercerita, Muka Moli terlihat sangat menyesal dan merasa bersalah, tetapi dalam hatinya sangat senang.

Karena Moli jelas merasakan perubahan wajah dan emosi Tuannya.

Novel Terkait

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu