Wanita Pengganti Idaman William - Bab 302 Sudah Terjerumus Semakin Dalam

Jeanne tidak mengetahui bahwa Celica sangat membencinya.

Dia keluar dari kantor Manajer Umum, dia juga terlihat santai.

Kekhawatiran yang di dalam hati juga sudah hilang.

Dia merasa terharu melihat William sibuk demi masalah ini,.

Dalam kondisi gegabah, dia bahkan tidak tahu mengapa tangannya sendiri mengambil keluar ponsel dan memencet nomornya.

Sampai terdengar suara lembut William dari balik telepon, dia baru tersadar

“Ada apa?”

Jeanne seperti mendengar suara yang begitu lembut, hatinya kembali begitu bersemangat.

“Tidak, tidak apa.”

Jeanne merasa kesal mengingat dirinya terlena dalam suasana hatinya, juga merasakan ucapannya barusan tidak benar, menjawab : “Itu, bukan tidak apa, aku… …”

“Em?”

William bertanya.

Jeanne menarik napas dalam-dalam, berusaha menekan perasaannya, menjawab sambil menggigit bibirnya : ”Kamu nanti malam ada waktu tidak? Aku ingin mentraktirmu makan.”

William mengangkat alisnya, tetapi akhirnya setuju.

“Boleh, setelah pulang kerja aku akan menjemputmu.”

Jeanne mengangguk, lalu menutup teleponnya.

Dia naik mobil kembali ke rumah kediaman keluarga Sunarya, entah kenapa membayangkan nanti malam akan makan malam dengan William, tanpa sadar ia mulai sibuk memilih baju yang akan dipakai.

Kebetulan Moli lewat, melihat Jeanne yang tidak berhenti mencoba baju yang tergantung di lemari, matanya penuh dengan amarah dan rasa iri.

Ternyata dia memang orang yang tidak tahu diri, kejadian ini baru saja berhenti sebentar, dia sudah tidak sabarnya ingin keluar rumah.

mengingat ini, dia mulai merasa tidak tega dengan tuannya yang sibuk beberapa hari ini, ia berdiri didepan pintu mengingatkan dengan nada kurang mengenakkan : “Nona Jessy, maafkan kelancangan saya, badai baru saja berlalu, sebaiknya anda baik-baiklah dirumah, jangan keluar dan membuat masalah yang menyusahkan tuan lagi.”

Jeanne tiba-tiba mendengar perkataan ini, senyum di wajahnya langsung membeku disana, hatinya yang tadi bersemangat tiba-tiba menjadi tenang, dan sekarang menjadi agak bingung.

Jeanne melihat bayangan dirinya didalam cermin yang masih terlihat bahagia, terlihat berbahaya.

Hanya karena entah sejak kapan, Jeanne yang awalnya sudah memutuskan menjauh dari William, sekarang sudah terjerumus semakin jauh.

Bahkan hanya karena makan bersama, pagi-pagi sekali sudah menyiapkan diri, ingin menunjukkan dirinya yang paling cantik dihadapan William.

Saat itu, hatinya tak berhenti bedebar-debar.

Akan tetapi semua dia tutupi dengan sangat baik.

Dia melihat kearah Moli yang berdiri di depan pintu dengan wajah penuh kebencian, tersenyum sambil berkata : “Nona Moli tenang saja, saya akan pergi bersama Tuan rumahmu, saya rasa Tuan tidak akan membiarkan terjadi sesuatu pada saya.”

Meskipun dia secara pribadi perlu menjauh dari William, tetapi dengan statusnya saat ini tidak mungkin ia membiarkan sembarangan orang mengaturnya.

Moli dibuat tidak bisa melawan oleh ucapannya, akhirnya ia hanya bisa pergi dengan wajah kesal.

Setelah dia pergi, Jeanne menarik kembali tatapannya sambil tersenyum pahit, menatap ranjang.

Melihat seluruh ranjang dipenuhi oleh baju yang ia keluarkan untuk dicoba.

Dia menahan perasaan aneh dalam hatinya, menyimpan kembali sebagian pakaian ini, pada waktu yang bersamaan tak hentinya mengatakan pada diri sendiri, dia hanya mentraktir orang, ini untuk berterima kasih pada William atas bantuannya beberapa hari ini.

Ketika malam hari, setelah William kembali dari kantor, Jeanne sudah selesai mempersiapkan diri.

Meskipun dia tidak sengaja mendandani dirinya, tetapi suasana romantisnya begitu terasa, sungguh membuat hati senang

William melihat dia duduk di ruang tamu, seperti sedang menunggu dirinya, hatinya terasa seperti dipenuhi oleh kembang gula, berbunga-bunga, lembut dan hangat.

Tanpa dia sadari, raut wajahnya menjadi begitu lembut.

“Aku sudah pulang, tunggu aku mandi sebentar, kita langsung berangkat.”

Dia berpesan dengan lembut, setelah Jeanne mengangguk ia langsung naik ke lantai atas.

Tidak berapa lama, ia turun dengan mengenakan setelan jas.

“Ayo.”

Dia mengulurkan tangannya pada Jeanne, seolah berencana menggandengnya.

Jeanne tercengang melihat tangannya, namun ia tetap mengulurkan tangannya.

William menggenggam tangannya yang lembut, tatapannya menjadi semakin lembut.

Namun ia tidak tahu pemandangan ini betapa menusuk bagi Moli.

Moli melihat tuannya menggandeng wanita murahan ini berjalan keluar pintu, tidak kuat menahan diri untuk tidak mengejar keluar.

Siapa tahu, belum sempat membuka mulut, sudah dihentikan oleh William.

“Moli, kamu jaga rumah, tidak perlu ikut kami.”

Setelah melemparkan ucapan ini, William menggandeng Jeanne naik ke mobil.

Moli melihat mereka berdua naik mobil dan pergi, wajahnya kusut sampai hampir hancur.

Dan ini semua tidak terlihat oleh Willam dan Jeanne.

Setelah mereka meninggalkan kediaman Sunarya, mereka pergi ke restoran masakan China yang cukup berbeda di kota.

Dekorasi restoran ini bisa dikatakan mengalahkan seluruh dekorasi restoran oriental lainnya.

Bertingkat tiga, namun berbentuk lantai keliling, ditengahnya ditanami pohon keberuntungan, di setiap lantai ada balkon yang terbuka, dan dikelilingi oleh lampu warna warni, tempat ini sangat cocok untuk makan dan berkumpul.

Melihat dekorasi restoran ini, pasangan yang makan berduaan, William langsung menatap Jeanne dengan wajah bingung.

Jeanne merasakan tatapannya, salah paham dan sedikit canggung.

“Aku mendengar teman mengatakan disini ada sebuah restoran yang spesial, jadi aku berencana mencicipinya, jika kamu tidak terbiasa, kita ganti restoran yang lain.”

Mendengar ucapannya, William melihat ada yang berbeda dalam ekspresi wajahnya, tanpa sadar mengerutkan alis.

“Siapa bilang aku tidak terbiasa?”

William berkata sambil memberi isyarat pada pelayan disampingnya mengunjukkan tempat duduknya.

Jeanne melihat dirinya yang duduk, langsung mengikuti.

Keduanya duduk berseberangan, dengan cepat sudah selesai memilih menu.

Jeanne teringat tujuannya yang ingin mentraktir, mengangkat gelas winenya lalu berterima kasih, “Masalah kali ini, sungguh terima kasih.”

William menatapnya, tentu saja mengerti apa yang ia maksud, alisnya langsung mengkerut lagi.

“Sebelumnya aku ingin bertanya, apakah diantara kita perlu membedakan sampai seperti ini?”

Dia menatap Jeanne dengan wajah tidak senang.

Jeanne tercengang, tadinya ingin refleks menjawab perlu.

Untuk ia tersadar sehingga tidak melontarkan ucapannya.

Kalau tidak makan malam yang indah ini akan dirusak olehnya.

Dia tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaannya sekarang, terasa perih didalam kebahagiaannya, namun untuk sementara ia tidak ingin memikirkannya, ia hanya ingin menikmati makan malam ini.

Sekarang dia mengucapkan terima kasih padanya dengan status Jeanne pun mungkin ia tidak tahu.

“Apa yang kamu katakan benar, tidak seharusnya seperti orang asing begini.”

Dia berkata sambil menambahkan wine untuk William dengan mesra.

Lalu keduanya mulai mengobrol dengan santai, tidak ada yang mengungkit hal ini, suasananya sungguh bagus.

William tidak tahu ia terlena karena sikap Jeanne yang tiba-tiba lembut, atau karena malam ini minum cukup banyak, ketika berjalan rasanya sedikit mengambang.

Untungnya Jeanne tidak minum banyak sehingga bisa menyetir dan membawanya pulang.

Dia memapah William dengan susah payah, ia melemparkannya keatas sofa dengan terengah-engah, baru punya waktu untuk menarik nafas.

“Kepala pelayan, minta pelayan membuatkan sup untuk mengurangi mabuk.”

Dia bernafas sebentar lalu berpesan pada kepala pelayan yang berdiri disampingnya.

Kepala pelayan mengangguk, segera pergi kedapur.

Ketika ia keluar, ditangannya sudah ada semangkuk sup.

“Nona muda, sup penghilang mabuk sudah jadi.”

Jeanne mengangguk sambil menerimanya, berencana menyuapi William.

Dia menggunakan mulutnya untuk merasakan suhunya, membuat bibirnya yang merah terlihat semakin menggoda, dan membuat orang ingin merasakannya.

Novel Terkait

Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu