Wanita Pengganti Idaman William - Bab 132 Apakah Ini Ancaman?

Bab 132 Apakah Ini Ancaman?

Begitu Tante Marina mendengar ucapannya, ekspresinya langsung berubah.

Terutama pandangan orang sekeliling yang melihatnya dengan pandangan aneh, membuatnya malu dan kesal.

Dia memelototi kasir dengan galak.

“Tunggu!”

Setelah melemparkan kata itu, ia mengangkat telepon untuk menelfon customer service.

“Nyonya Marina, ini adalah perintah presdir William, tidak ada hubungannya dengan kami.”

Setelah penanggung jawab mengetahui maksud Tante Marina menelpon, langsung mengalihkan ke nada sibuk.

Bagaimanapun Tante Marina tidak pernah menyangka William akan membekukan semua kartunya.

Dia mematikan telepon dengan kesal, segera menelpon William, namun tidak ada yang mengangkat.

Dia tidak menyerah, terus menelpon namun hasilnya tetap sama.

Awalnya kasir menunggunya, namun melihatnya menelpon begitu lama tapi tidak berhasil menemukan seorangpun yang bisa datang membantunya membayar tagihannya, tidak dapat menahan diri untuk memburunya, “Nyonya, masih butuh berapa lama, dibelakang masih ada orang yang menunggu untuk membayar, kalau tidak ada uang kami berhak melaporkan masalah ini ke polisi.”

Pelayan itu sepertinya tidak mengenali siapa Tante Marina, berbicara sambil mengancamnya.

“Siapa yang tidak punya uang, apa kamu tahu siapa aku?”

Awalnya Tante Marina sudah sangat kesal karena William tidak mengangkat teleponnya, sekarang mendengar perkataan demikian, emosinya langsung memuncak.

Dia sudah berniat untuk membeberkan statusnya, namun ia berusaha menahannya.

Alasannya bukan karena hal lain, kalau sampai orang lain mengetahui statusnya, seorang nyonya keluarga Sunarya tidak mempunyai uang untuk membayar minumannya di bar, bukankah ini sangat memalukan?

Baru saja memikirkannya, pelayan di meja kasir mengejarnya lagi.

“Saya tidak tahu siapa nyonya, namun saya tahu nyonya belum membayar minuman nyonya.”

Tante Marina mendengarnya mengungkit kata tidak punya uang untuk membayar lagi, sangat marah.

Namun ia tahu sekarang bukan saatnya membuat masalah, dia melirik pelayan tersebut dengan tatapan penuh kemarahan, mengangkat telepon lalu meminta temannya untuk membayar.

Keduanya langsung pergi setelah membayar, bagaimanapun tidak ada yang bersedia tinggal lebih lama di tempat yang mempermalukan diri seperti itu.

Tante Marina pulang dengan kesal.

Melihat rumah baru William yang lampunya masih menyala terang, teringat kembali kejadian memalukan yang baru saja terjadi, amarahnya kembali memuncak.

Dia merubah arah, berjalan ke rumah William dengan emosi meledak-ledak.

“Nona Marina.”

Kepala pelayan memanggilnya dengan sopan begitu melihatnya.

“Dimana William? Suruh dia keluar untuk menemuiku!”

Tante Marina langsung berjalan masuk ke ruang tamu lalu duduk di sofa berkata dengan suara kencang.

Kepala pelayan melihat sikapnya yang tidak bersahabat, menjawab dengan alis sedikit mengkerut, “Siang ini tuan muda ada dinas ke Linshi, nona Marina jika ada perlu bisa langsung menelponnya.”

Tante Marina tidak menyangka William pergi dinas, tersirat rasa curiga dimatanya, namun segera tergantikan oleh amarahnya.

“Dia larinya cepat juga rupanya!”

Dia berkata sambil menggertakkan giginya, hatinya penuh dengan kekesalan.

Tidak tahu apa salah yang dia buat sampai semua kartunya dibekukan seperti ini.

Begitu mengingat ini, dia tiba-tiba sadar kalau William tidak ada, itu artinya dia juga tidak uang untuk dipakai.

Teringat hal ini, dalam kemarahannya ada panik.

“Tuan muda kalian ada bilang tidak kapan dia kembali?”

“Kalau ini tuan muda tidak bilang.”

Kepala pelayan menjawab dengan perasaan terheran, Tante Marina yang mendengarnya kesal juga panik.

Saat ia berdiri bersiap untuk pergi, tiba-tiba teringat Jessy si jalang itu.

“Dimana nyonya muda kalian?”

William tidak mengangkat teleponnya, tidak mungkin tidak mengangkat telepon dari wanita ini.

“Nyonya muda ada dikamar, apakah nona Marina mencari nyonya muda?”

Kepala pelayan bertanya dengan perasaan ragu.

Tante Marina seolah tidak mendengar, melenggang duduk kembali di sofa.

“Panggil nyonya muda kalian turun, katakan aku ada urusan dengannya.”

Melihat situasi seperti ini, kepala pelayan hanya bisa menurut dan naik ke lantai atas untuk memanggil Jeanne turun.

“Tante Marina ingin bertemu denganku?”

Setelah Jeanne mengetahuinya, alisnya sedikit mengkerut, matanya penuh dengan keraguan.

Tante Marina sama sekali tidak cocok dengannya, sudah selarut ini datang mencarinya ada masalah apa.

Awalnya ia tidak ingin menemuinya, namun takut wanita ini bicara sembarangan di hadapan Nyonya Thea, akhirnya ia turun bersama dengan kepala pelayan.

“Tante, kamu mencariku.”

Dia turun dari lantai atas, melihat orang yang duduk di ruang tamu, bertanya dengan senyuman.

Tante Marina menengok mendengar suaranya, melihat Jeanne yang mengenakan baju tidur berbahan satin, wajahnya putih bersih tanpa riasan.

Wajah polosnya itu membuatnya sangat kesal melihatnya, kalau bukan karena ada urusan, ia sudah ingin menghajar wanita ini.

“Benar, aku mencarimu, sekarang kamu hubungi William, suruh dia membuka semua kartuku!”

Jeanne mendengar perkataannya, terlihat heran.

William membekukan semua kartu Tante Marina?

Kenapa?

Ketika ia dipenuhi oleh rasa heran, Tante Marina yang melihatnya terdiam lama tidak bereaksi, memburunya, “Kamu dengar tidak apa yang aku katakan padamu? Cepat telepon.”

Jeanne tersadar dari lamunannya, melihat sikapnya yang angkuh, ia tidak ingin membantu, mengelak dan berkata, “Untuk hal ini aku takut tidak bisa membantumu, William keluar dinas, sebelum berangkat ia berpesan kalau kali ini ia ada rapat yang sangat penting, ia menyuruhku untuk tidak mengganggunya.”

Tante Marina mendengar ini, sama sekali tidak percaya.

“Aku rasa kamu tidak ingin membantu, aku sudah tahu kau ini wanita yang berhati sempit, ku beritahu, malam ini meskipun kamu tidak ingin menelepon juga harus menelepon!”

Dia mengancam dengan nada tinggi.

Ekspresi wajah Jeanne langsung berubah.

“Tante Marina sekarang sedang mengancamku?”

“Kenapa kalau aku mengancammu? Kalau bukan karena hasutan wanita sepertimu, bagaimana mungkin William tiba-tiba membekukan semua rekeningku, pasti kamu yang menjelekkanku dibelakang!”

Jeanne mendengar ucapannya, benar-benar dibuat hampir tertawa olehnya.

Namun ini semua belum berakhir.

Tante Marina semakin lama semakin marah, terutama memikirkan rencana yang gagal kali ini, ditambah hal memalukan malam ini, seluruh kesalahan dilimpahkan kepada Jeanne, semua ucapan paling tidak mengenakkan dilemparkan padanya.

Melihat gaun tidur satin yang dikenakan Jeanne, seolah teringat sesuatu, berkata dengan nada menyindir, “Jessy, William tidak dirumah, kamu mengenakan pakaian yang begitu menggoda, jangan-jangan kamu memanfaatkan kesempatan ini untuk berkencan dengan selingkuhanmu ya!”

Jeanne mendengar semua ucapannya, ekspresinya semakin lama semakin buruk, sekujur tubuhnya kesal hingga gemetar!

Emosinya yang tidak terkendali membuatnya maju ke depan lalu menampar Marina.

Paakk! Terdengar nyaring di ruang tamu, seluruh orang tidak sempat meresponnya.

Tante Marina yang memegangi wajahnya juga sampai bengong sesaat baru tersadar, melihat Jeanne dengan wajah tidak percaya, amarah yang membara terlihat jelas dalam sorotan matanya.

“Wanita jalang, beraninya kau memukulku!”

Dia berteriak dengan marah sambil menyerang kearah Jeanne.

Jeanne bagaimana mungkin membiarkannya berhasil, langsung menghindar.

Namun tetap saja gerakannya kurang cepat, tercakar hingga meninggalkan tiga garis luka cakaran.

Awalnya ia sudah menahan amarah dalam dirinya, kali ini semakin emosi, otomatis ia juga tidak akan sungkan kali ini.

Hanya melihatnya menjulurkan satu kaki setelah menghindar, langsung membuat Tante Marina yang sedang marah jatuh tersandung.

Meleset berkali-kali membuat Tante Marina kehilangan akal sehatnya, tanpa memperdulikan apapun langsung mengejar Jeanne untuk memukulnya.

Namun Jeanne tidak seperti dirinya yang kehilangan akal sehat, dia melawan dan menghindar dengan tenang, melawannya dengan gerakan-gerakan kecil, membuat Tante Marina kewalahan dan babak belur.

Para pelayan melihat ada yang tidak beres, segera maju dan melerai mereka.

Tante Marina sama sekali tidak memperdulikan para pelayan ini, dia hanya kukuh ingin mempermalukan Jeanne.

Kepala pelayan melihat situasi semakin kacau, segera mengeluarkan nama William.

“Nona Marina, jangan lupa kalau rekening anda masih dibekukan oleh tuan muda kami, jika anda menyentuh nyonya kami, takutnya tuan muda tidak akan mencairkan rekening anda semudah itu.”

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu