Wanita Pengganti Idaman William - Bab 154 Jeanne, Itu kamu kan?

Bab 154 Jeanne, Itu kamu kan?

Ivan dalam sekejap menatapnya dengan cemas, matanya mengisyaratkan terkejut.

“Jeanne!”

Dia menangis bahagia, dan tidak sabar untuk pergi ke arah Jeanne.

Jeanne pada awalnya terus memperhatikan arah itu, begitu mendengar ada suara yang memanggil, dalam sekejap dia merasa gawat.

Dia melihat sesosok orang semakin mendekat, hatinya gelisah, kebetulan tepat saat ini alunan musik dansa berbunyi, dia ingin tapi tidak bisa menarik Santos.

“Bukankah katanya mau dansa? Ayo kita kesana sekarang.”

Setelah mengatakannya, tidak peduli Santos setuju atau tidak, langsung balik badan dan pergi.

Namun sayang dia cukup sial, seperti lari dari hujan terkena banjir.

Tepat saat dia menarik Santos berdansa, ada seseorang yang menghalangi jalan mereka.

“Santos, lama tidak berjumpa, tak kusangka kali ini, kamu berada disini.”

Orang itu terlihat sangat akrab dengan Santos.

Dari gerakan Santos yang menghempaskan genggaman tangan Jeanne dan berjabat tangan dengannya, dapat terlihat dengan jelas hubungan mereka sangat baik.

“Nona Jessy, kelihatannya dansanya sedikit tertunda.”

Setelah bersalaman, Santos juga tidak lupa pamit pada Jeanne.

Jeanne yang terlihat semakin dekat dengan Ivan, menunjukkan ekspresi wajah yang lebih buruk dari menangis, bahkan wajahnya putih pucat.

Siapa yang bias membiarkan Ivan datang kehadapannya.

Dia menatap Ivan dengan panik, matanya penuh kecemasan.

Kalau Ivan memanggil namanya saat ini, semuanya akan berakhir.

Sebenarnya, Ivan memang berencana memanggil namanya.

Jeanne melihat bibir tipisnya, hatinya mulai gelisah, tapi tidak tahu harus berbuat apa, dan Bernard sudah mendekat dari belakang.

“Jessy, karena tuan Santos tidak ada waktu, bagaimana temani aku berdansa.”

Selesai mengatakannya, dia menatap Jeanne penuh dengan harapan.

Karena dia mengatakan begitu, dan Ivan yang awalnya mau memanggil namanya juga terhenti.

Jessy?

Dia menatap Jeanne dengan cemas, matanya penuh kebingungan.

Jeanne secara alami memperhatikannya, pada saat yang sama, dia melirik Bernard yang berada disampingnya, memprediksi apa yang ada dipikirkannya.

“Bernard, aku sudah berkali-kali memberitahumu, jangan ganggu aku, aku wanita yang sudah menikah, tolong bersikap sopan!”

Dia pura-pura berlagak sombong untuk menyingkirkan Bernard.

Mata Bernard penuh dengan kesedihan.

Dia tahu, ini penolakan Jessy padanya, dan hanya padanya.

Ivan yang terus memperhatikan mereka, merasa sedikit ragu.

Meskipun orang di hadapannya memang sangat mirip dengan Jeanne, tapi sikap dan wataknya berbeda 100%, dia memang orang lain, bukan Jeanne yang lucu dan lincah yang dia kenal.

Memikirkan tentang ini, dia menggelengkan kepalanya sambil tertawa.

Mungkin dia terlalu rindu dengan Jeanne, jelas-jelas pria tadi memanggil nama wanita tadi.

Jessy, Jeanne, meskipun berbeda sedikit, tapi tidak sama.

Saat dia menggelengkan kepalanya dan siap untuk pergi, karena gerakan Jeanne yang terhenti, membuatnya ragu.

Melihat Jeanne menghela nafas lega, dia salah mengira dia pergi.

Ivan tidak mengerti kenapa dia menghelas nafas lega.

Terutama gambaran yang baru saja dilihat muncul dibenaknya.

Wanita itu tampak gugup.

Jeanne tidak tahu karena satu kesalahannya menyebabkan kecurigaan Ivan lagi.

Dia yang melihat Ivan berhenti, kembali menegakkan tubuhnya kembali.

Saat dia gugup, Santos juga selesai berbicara dengan temannya.

“Masih belum pergi, masih menunggu berdansa dengan ku?”

Dia melihat Jeanne yang masih ditempat, dan datang menggodanya.

Jeanne melihatnya, seperti melihat dewa penyelamat.

“Tentu saja, undangan dansa dari tuan Santos, tidak mungkin saya tolak.”

Dia sengaja menjawab dengan santai, dan melirik kearah Ivan.

“Ayo kita dansa.”

Dia menarik Santos ke lantai dansa dan menggunakan tubuhnya menghalangi pandangan Ivan.

Dia mengira dia bisa menghindari Ivan, tapi dia tidak tahu ini memancing kecurigaan Ivan.

Karena kesan yang diberikan pada Ivan seperti disengaja.

Sengaja menghindarinya, dengan sengaja pura-pura tidak tahu.

Tapi kalau mau mengatakan wanita dihadapannya adalah Jeanne, Ivan juga tidak pasti.

Seperti yang dikatakan sebelumnya, wanita ini memiliki perbedaan besar dengan Jeanne yang ada dalam benaknya.

Pada akhirnya, dia tidak ingin mengerti apa yang sedang terjadi, dan hanya bisa pergi ke samping dan mengamatinya.

Di lantai dansa, Jeanne melihat Ivan pergi, dia mengira dia sudah bebas, dan merasa lega.

Tapi, dia masih merasa sedikit khawatir di hatinya, masih ada banyak waktu untuk menunggu pesta selesai, dia takut itu akan menjadi pesta yang lama.

Dia memandang Santos yang ada di depan matanya, dan sudah mempunyai rencana, selesai dansa, cari kesempatan untuk pergi.

Karena adanya rencana, Jeanne perlahan-lahan menjadi tenang dan kembali memasang senyum yang sopan.

Dia menemani Santos dansa, dan Santos pria terhormat, sampai saat ini, tidak ada gerakan yang kurang ajar.

Setelah alunan musik berhenti, tepuk tangan bergemuruh.

Banyak orang yang meninggalkan lantai dansa, dan ada juga yang terus berdansa, bahkan bertambah orang baru berdansa.

Santos memandang Jeanne dan bertanya: “Nona Jessy ada rencana apa selanjutnya?”

Jeanne tahu apa maksudnya, dan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

“Ya sudah tidak usah dansa lagi, kalau tidak suamiku akan cemburu.”

Dia menolak, dan Santos juga tidak memaksa, dan membawanya keluar dari lantai dansa.

Begitu dia keluar, Jeanne melihat mata dingin dan pahit dari Bernard.

Dia pura-pura tidak melihat, mencoba melihat sekeliling, tidak menemukan Ivan, dan bernafas lega.

“Tuan Santos, bagaimana kalau kita gunakan kesempatan ini untuk membahas kontrak kerjasama?”

Dia ingin memanfaatkan waktu ini untuk mencoba membahas tentang kontrak kerjasama.

Santos tidak menolak, dia mengangguk sambil tersenyum dan membawa Jeanne ke tempat istirahat.

Di tengah jalan, Jeanne tiba-tiba memiliki ide, dan menyuruh Santos untuk pergi duluan, dan dia berbalik pergi ke kamar mandi.

Pada saat itu, dia menemukan Bernard semakin dekat di belakang mereka, dan wajahnya hitam.

Tapi dia mengabaikannya dan langsung pergi ke kamar mandi.

Beberapa menit kemudian, dia kembali dan bersiap-siap untuk menemui Santos, tapi tidak ingin melihat Ivan yang datang dari koridor.

Tiba-tiba, seluruh tubuhnya menegang, mulutnya kaku, tangannya menegang tanpa sadar.

Melihat orang semakin mendekat, dia semakin memaksa dirinya untuk tenang.

Jangan takut, kamu sekarang adalah Jessy, meskipun dia mengenalinya, selama dia tidak mengakuinya, dia juga tidak punya pilihan lain.

Mengingat hal ini, Jeanne perlahan menjadi tenang.

Dia memperhatikan pria yang mendekat, dengan bulu matanya yang panjang menjulang, mencoba untuk tenang, dan pura-pura tidak tahu Ivan lewat.

Meskipun dia bersikap cukup normal, Ivan merasakan sesuatu yang tidak biasa.

Langkah kakinya tiba-tiba terhenti, dan membalikkan badan, lalu memanggil: “Jeanne, itu kamu kan?”

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu