Wanita Pengganti Idaman William - Bab 103 Sama-Sama Berwajah Dua

Bab 103 Sama-Sama Berwajah Dua


Jeanne duduk di kursi, kepalanya menunduk, ia menutupi keanehannya dengan hati-hati. Sampai ia sudah bisa terbiasa dengan rasa pedas di tenggorokannya itu, ia baru mengangkat kepalanya, sedangkan orang di sekitarnya sudah mengobrol semua.



Jeanne memang tak berencana untuk ikutan, karena mereka semua sambil minum alkohol. Hanya dengan meminum alkohol, Jeanne pasti akan ketahuan, jadi ia diam-diam saja dan fokus makan. 


Siapa sangka, dengan begitu saja ia juga tetap tidak bisa menghindari menerima toss minuman dari rekan lain. Tidak tahu juga siapa yang di tengah-tengah jalan mulai membawa arus saling memberi toss, Jeanne minum berkali-kali terus-terusan, perlahan setelah kekuatan alkoholnya semakin naik, meskipun di luarnya tidak terlihat, tapi kepala Jeanne sudah mulai pusing.



Jeanne merasa kalau ia sendiri harus pergi cuci muka, menyadarkan diri. Kalau tidak nanti malam saat pestanya bubar, paling Jeanne terkapar saja dan tidak bisa pulang. Berpikir seperti itu, iapun bergerak.



“maaf, aku ke toilet dulu ya.” selesai bicara, ia segera langsung meninggalkan posisinya dan berjalan ke luar. 


Di dalam toilet, Jeanne berdiri di samping wastafel dan mencuci mukanya dengan air dingin. Hanya menenangkan saja untuk sebentar saja, setelah itu sama sekali tak ada efeknya. Malahan terasa ada hawa panas yang terbakar di kepalanya. Jeanne yang dapat merasakannya langsung bilang gawat dalam hati, ia takut saja kalau benar-benar mabuk. 



Kalau di saat ini kembali ke sana, takutnya ia pusing juga, saat itu ia hanya takut ketahuan. Jeanne berpikir-pikir lagi, pesta makan-makan ini juga tidak akan selesai dalam waktu dekat, ia berencana mencari ruang istirahat di luar, dan beristirahat sejenak, baru nanti kembali lagi setelah lebih sadar.



Saat Jeanne sudah mau ke luar, ia tak menyangka berpapasan dengan Alexa. Jeanne tidak berencana menggubris Alexa, pura-pura tidak lihat dan mau lewat saja dari sisinya. Akhirnya Jeanne malah ditahan oleh Alexa.



“Alexa, kamu mau apa lagi?” terpaksa, Jeanne hanya bisa menghentikan langkahnya, bertanya dengan nada dingin. 


Alexa melihatnya, mengejek sambil tertawa dingin: “sedang apa? Jessy, kamu bukannya dulu jago mengancam ya? Kenapa sekarang saat melihat Sierra wanita itu, kamu sudah seperti kucing yang sakit saja, wanita itu sudah dengan jelas dan terang-terangan menggoda kak William, kamu tanpa disangka malah tak ada reaksi apapun, ini kan bukan sifat asli kamu Jessy?” 



Mendengar pertanyaan itu, Jeanne agak menyipitkan matanya, di dalam hatinya ia sudah bisa menebak apa maksud Alexa, ia sengaja pura-pura tidak paham dan berkata sambil tertawa: “kamu sedang bicara omong kosong apa? nona Sierra itu begitu demi pekerjaan saja.”



Alexa menghela nafas dingin, mencela: “pura-pura apa lagi sih, Sierra niatnya mau apa, aku tidak percaya kalau kamu tidak dapat melihatnya.” 

Jeanne mengangkat bahunya.


“ya anggap saja aku dapat melihatnya terus mau bagaimana juga, kenapa, kamu panik? Tapi aku kan tidak sepanik nona Alexa ya......”



Akhir kalimatnya seperti menggantung, seperti menghina, juga seperti ejekan, Alexa marah sampai seluruh tubuhnya gemetaran. Jeanne tidak mempedulikannya, berbalik badan mau pergi. Mana mungkin Jeanne tidak paham maksud wanita ini. Intinya kan ia mau menantang dan memancing Jeanne supaya pergi menghadapi Sierra. Apa Jeanne sebodoh itu?



Alexa tidak tahu pemikiran dalam hati Jeanne, tapi ia juga sangat marah karena sikap Jeanne yang terkesan menghina itu. Kemudian Alexa menggenggam Jeanne dengan kasar, bertanya dengan suara galak: “Jessy, sekarang kamu bangga banget ya?” Jeanne yang digenggam Alexa, juga kaget dan marah.



“lepas!” Jeanne berusaha lepas sambil memaki, tapi Alexa malah menggenggamnya semakin erat. 


“Jessy, apa yang kamu bisa banggakan sih, kalau bukan karena kak William, kamu pikir kamu bisa menang dari aku, sekarang muncul si Sierra, aku tunggu saja dan lihat saatnya nanti kamu dibuang kak William!” Alexa menggila dan mengeluarkan amarahnya.



Jeanne terdiam kehabisan kata-kata, awalnya ia tidak akan mempedulikan Sierra, tapi karena kata-kata Alexa tadi hatinya seperti berdesir, tidak tahu kenapa rasanya juga sakit.



Tanpa menunggunya berpikir, Alexa menyadari keanehan di diri Jeanne, berkata dengan bangga: “kenapa, sekarang kamu juga sudah tahu rasanya takut ya, heh, Jessy, kamu akui sajalah, tanpa ada kak William, kamu itu bukan apa-apa!” 



Jeanne melihat ke Alexa, matanya terlihat kesal.



“Alexa, aku rasa kamu rada sakit ya, benar-benar kelakuan jaman sekarang, sekarang ini masih ada saja ya yang mau jadi pelakor, muka kamu ini yang sudah tidak bisa mendapatkan tapi tidak rela juga, tolong ya jangan muncul lagi di hadapanku, aku eneg melihatnya, ditambah lagi aku juga tidak ada waktu untuk buat perhitungan, malas juga berdebat dengan orang yang tidak jelas sepertimu, takutnya aku ikut terbawa jadi jahat sepertimu.” 


Alexa yang mendengar Jeanne bicara soal pelakor lah, soal tidak bisa mendapatkan lah, marah sampai akal sehatnya hilang.


“heh pelacur, siapa yang kamu sebut pelakor, siapa yang kamu sebut tidak bisa mendapatkan tapi tidak rela juga?” Alexa memaki dengan sangat keji, mau menampar Jeanne.



Meskipun Jeanne masih agak sakit kepala, tapi ia masih bisa refleks dan menghindari, tapi alhasil ia jadi oleng, sampai akhirnya berpegangan pada wastafel memaksakan diri untuk berdiri secara stabil.



Jeanne marah dan menatap ke arah Alexa, berkata dengan mencela: “Alexa, kamu juga cuma beraninya menunjukkan wajah aslimu saat tak ada orang saja, sekarang aku akhirnya paham kenapa William tidak suka padamu, kamu yang bermuka dua seperti ini, takutnya sih dari awal William sudah bisa melihatnya, pantas saja kamu tidak bisa mendapatkannya.”



Alexa jadi sangat memanas karena kata-kata Jeanne tadi, menggertakkan gigi dan mempelototi Jeanne.



“cih, kalau aku bermuka dua, bukannya kamu sama saja sepertiku, dulu pas kak William tidak ada, tidak tahu juga ya siapa yang tiap hari ke klub malam, bergaul dengan pria-pria berandalan lain, sekarang karena kak William sudah pulang, kamu malah hebat ya bisa bersandiwara?”



Bicara sampai situ, Alexa tidak tahu terpikir apa lagi, berkata dengan ekspresi mata penuh kebencian: “Jessy, kamu juga jangan pura-pura bersih deh di hadapanku, dengan cepat, akan ada orang yang membereskanmu, pada saat itu aku malah mau lihat, bagaimana kamu bisa menjelaskan di hadapan kak William!” 


Selesai bicara, Alexa mengamati Jeanne sekilas tanpa niat baik, segera setelahnya ia tertawa jahat dan berjalan ke luar. 


Jeanne melihat tampak punggung Alexa yang berjalan pergi, mengingat kembali kata-katanya barusan, hatinya tiba-tiba merasa akan ada suatu hal buruk yang akan terjadi. 


Takutnya wanita itu mau melakukan apa lagi untuk buat perhitungan dengan Jeanne. Tiba-tiba sekali, suara kunci pintu dari luar itu mengagetkan dan menyadarkan Jeanne. Ia buru-buru lari ke pintu keluar dan mencoba untuk membukanya, malah menemukan kalau pintu wc yang utama itu dikunci dari luar. Tidak perlu menebak, semua juga tahu siapa yang melakukan itu.



“Alexa, buka pintunya!” 


Mendengar teriakan Jeanne, Alexa sama sekali tidak menggubrisnya, ia kemudian memasangkan papan yang bertuliskan “sedang diperbaiki” di depan pintu utama WC, berbalik badan dan segera pergi.



Jeanne menggebrak-gebrak pintunya cukup lama, lambat laun ia kehabisan tenaga, ditambah lagi mabuk alkoholnya, ia jongkok di pintu tak bertenaga.



..... 


Di dalam ruang VIP, tetap saja ramai. William duduk di kursi yang utama, saat itu ia sudah menggugurkan cukup banyak sifat dinginnya, senderan di kursi dengan malas, memukau para pekerja wanita. Tapi William malah tidak tahu hal itu, sambil ia meladeni Sierra setengah hati, sambil terus juga memperhatikan pintu masuk.



Saat itu selang waktu sejak Jeanne pergi ke toilet sudah sangat lama, tapi wanita itu belum kembali, membuat William tanpa sadar mengernyitkan alisnya. 



“aku keluar dulu sebentar.” William melihat ke Sierra merasa agak tidak enak, segera setelahnya bangkit berdiri dan pergi.


Sierra secara natural tahu untuk apa William keluar, ia tidak bangkit berdiri, malah dengan ekspresi yang tidak bisa ditebak ia jadi bercanda tawa dengan orang yang sebelumnya memberi toast.



Ditambah lagi setelah William pergi, tidak lama kemudian bertemu dengan Alexa. William melihat kalau arah alexa berjalan ke luar itu dari WC, ia tak dapat mengacuhkan Alexa kemudian memanggil dan bertanya: “pas kamu keluar, ada lihat Jessy tidak?” 



Awalnya Alexa sangat senang melihat William, tapi Alexa tidak ingin mendengar kata-kata William barusan itu, senyuman di wajahnya dalam sekejap hilang. 


Mata Alexa berputar, menunjuk ke arah koridor dan berkata: “aku tadi baru datang dari sana, aku tak melihatnya, kemungkinan Jessy pergi ke toilet yang di arah lainnya.” 


William melihat ke arah yang ditunjuk Alexa, tidak berpikir banyak, mengangguk dan pergi ke sana.



Melihat tampak belakang William, ujung bibir Alexa terangkat tersenyum jahat. 

Novel Terkait

Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu