Wanita Pengganti Idaman William - Bab 31 Mempermainkan Dia

Bab 31 Mempermainkan Dia

Keesokkan harinya, jam 3 sore, di Starbuck coffee.

Di seberang perusahaan grup keluarga William, Julian dari tadi sudah sampai disana, kemudian duduk ditempat yang dekat jendela.

Dua orang yang ditunggu-tunggu masih belum datang, dia baru saja menelpon Jessy, memberitahu dia kondisi akhir-akhir ini.
Jessy berdiam sebentar, setelah beberapa saat baru berkata, “ayah, apakah seperti ini beneran aman? Jeanne bisa desain, aku sama sekali tidak bisa, nanti kalau saya kembali, bagaimana kalau hal ini terbongkar?”

Kepikiran kalau kakaknya yang menggantikan dia, keluarga William akan menikmati waktu bersamanya, Jessy akan merasa tidak nyaman.

Mendengar kata-kata dia, Julian tersenyum, “ini tidak apa-apa, tunggu kamu kembali dalam satu tahun lagi, kita masih bisa mengancam dia, lalu biarkan dia kerja dibelakang, maka semua desain itu akan menjadi punya kamu bukan?”

Tidak perlu mengerjakan apa-apa, maka seseorang dapat bekerja secara gratis, dan juga bisa mendapatkan nama baik serta uang.

Yang paling penting adalah tidak ada yang tahu, juga bisa mendapatkan persetujuan.

Sangatlah layak.

Jessy memberikan senyuman, bersikap baik, “pemikiran ayahlah yang paling hebat.”

Diantara pembicaraan kedua orang itu, Julian melihat William dengan Jeanne, berjalan menuju kedalam.

 “Jessy Jessy, saya tutup telpon dulu ya, mereka sudah datang!”

 “Oke la, semoga berhasil! Mua~bye~”

Julian kemudian mematikan telponnya, dari jarak jauh dia sudah melihat kedua orang itu.

Melalui lensa, wajah yang muda, tampan, bersih dan stabil, dan mata yang enak dipandang memancarkan suasana sedingin es, seolah-olah semuanya tidak ada di matanya.

Kaum muda benar-benar keliatan penuh semangat.

Jullian agak bangga dengan keputusan dia sendiri, membantu anak perempuannya mendapatkan pria yang begitu baik.

Sekarang ketika nama Jeanne dibicarakan orang-orang , semua orang tahu bahwa dia adalah ayah mertua dari keluarga William.

Dia sekilas melihat seseorang yang berpakaian rok hitam, dengan jaket abu-abu, Jeanne memegang tas sederhananya, auranya yang tenang dan berkharisma.

Julian dengan tidak ragu membayangkan bahwa orang itu adalah Jessy.

Dua orang dengan posisi satu didepan dan satu dibelakang, jarak tidak berjauhan.

Pria itu berbadan tegak bagai macan dan sedang berjalan kemari dengan perlahan-lahan, bagai raja yang sedang mencari mangsanya, suasananya tidak kalah dengan di mall,  menciutkan perasaan Julian yang sudah berumur 30 tahun lebih.

Julian senyum dengan bangga, sambil melambaikan tangan kepadanya, maju beberapa langkah lagi, seolah-olah itu hanya senior yang biasa.

“Sudah sampai kalian?”

Julian dengan sopan menyapa William, sekaligus memandang kepala Jeanne dengan penuh kasih sayang, seperti memperagakan seorang ayah dan anak, “Dasar gadis kecil, kamu sudah sangat lama tidak datang menjenguk saya.”

Dengan keadaan bahu Jeanne yang ditekan oleh Julian untuk mendramakan hubungan baik antara ayah dan anak perempuannya, Jeanne Merasa tidak nyaman, dia tidak berkutik dan kemudian menyapu pandangan dia ke arah William.

Melihat dia mengangguk kepala dengan pelan, meskipun dia dulu pernah bertemu dengan Julian beberapa kali, tapi tetap juga tidak begitu kenal.

Hari ini baru pertama kali bertemu secara langsung.

William duduk tepat didepan Julian, sepasang mata yang tajam memancarkan tatapan yang dingin, langsung berkata, “dengar-dengar ayah mertua ingin membeli saham dari perusahaan ku?”

Ditanya dengan begitu, muka Julian langsung berubah menjadi kaku.
Jelas-jelas tidak menyangka. William bahkan tidak sungkan dengan ayah mertuanya.

Julian tidak mundur, dengan nada yang tenang berkata, “Ya, saya sangat mengagumi caramu membuat perusahaan berkembang pesat. Tentu saja dengan adanya kemampuan Jessy, dengan bakat keterampilan desainnya yang luar biasa, perusahaan baru juga pasti akan berkembang dengan sangat baik.”

Jeanne mengerutkan alis, dia sangat tidak suka cara Julian membesar-besarkan dirinya.

Bahkan membuatnya merasa jijik, berlagak seperti badut yang kegirangan.
Ternyata. Karena kata-kata dia tadi. William dengan polos memandang sekilas ke Jeanne dan berkata, “ayah mertua bercanda saja, kelangsungan hidup sebuah perusahaan, kuncinya berada di operasi keseluruhan tim. Hanya satu orang sama sekali tidak dapat mempengaruhi perkembangan sebuah perusahaan.”

 “Oh itu sudah pasti, tapi melihat hasil karya Jessy di forum desainer Milan, saya bisa melihat keiistimewaanya!.”

Kemudian Julian terus bicara, ingin memberi dirinya lebih banyak nilai di depan William.

Kedua pasang mata William agak menyipit, mengeluarkan suasana yang tegang, dengan suara berserak berkata “ayah mertua sudah memegang perusahaan sejak lama, aku yakin dia mempunyai kemampuan luar biasa di bidang desain. Sangat jelas. Tentu saja, keahlian Jessy tidak bisa diremehkan, meskipun perusahaan membutuhkan bakat, tapi itu bukan berarti dia satu-satunya kunci.”

Jeanne terkejut.

Julian ingin memanfaatkan dirinya untuk mengancam William, tetapi hal itu tidak mungkin sama sekali.

Sekarang William pasti juga merasa, Jeanne adalah orang yang licik dan tamak.

Dia masih punya muka untuk pergi bekerja di grup perusahaan keluarga William?
Tangan kecil yang ditaruh disatu sisi, tidak tahu kapan sudah menggumpal, dia menjilat bibirnya, dia membiarkan kedua pria didepan itu, dia hanyalah salah satu anak yang dimanfaatkan untuk meraih kemenangan.

Berhadapan dengan muka yang bermaksud menyindir, ekspresi Julian berubah, yang awalnya tersenyum manis kemudian berubah total, “apa yang kamu maksud dengan ini?”

Dia masih tidak percaya bahwa William beraninya menolak dia secara langsung.

Pria muda diseberang masih memasang wajah menyindir, mengukuhkan dirinya pria berkedudukan tinggi.

Perubahan dan penolakkan yang begitu langsung, membuat Julian tidak tahu cara untuk meresponnya.

Dia pernah bekerja di ibukota, di perusahaan baru William, semua orang begitu menghormatinya.

Tidak terpikir bahwa dirinya akan dipermainkan oleh William.

Julian menutup rasa malu dengan kemarahan, dan menatap William dengan penuh kemarahan.

Suasana hati william bagus, tersenyum kecil, jari mengetuk meja dan melihat Julian, “dalam setahun ini, grup perusahaan keluarga memberikan banyak proyek bagi grup perusahaan ayah-mertua, ayah mertua menyelesaikan projek yang ada dulu, baru membahas hal-hal lain.

Julian tiba-tiba berdiri, mukanya terlihat pucat, dia tidak pernah berkepikiran bahwa William akan meragukan kemampuannya.

Apa yang dimaksud dengan harus menyelesaikan projek yang ada ditangan dulu

Meskipun dia ayah mertua, tidak mungkin tidak memberikan dia muka.

Seperti menuangkan sepanci air dingin, Julian terkejut kenapa William ingin langsung berbicara dengannya. Agar dia bisa menolak langsung di depan wajahnya.

Wajahnya yang berkeringat dingin, menatap William dengan dingin.

William tidak menunjukkan kelemahan, matanya terlihat menantang.

Dengan cepat Julian dikalahkan, berdengus, dan pergi dengan marah.
Jeanne juga tidak terpikir, hasil diskusi mereka berbuah penolakan, tanpa sadar dia menatap William.

Kemudian, melihat William berdiri dan tidak mengatakan sepatah apapun, dan berjalan keluar.

Jeanne dengan buru-buru mengikutinya di belakang, wajah yang tampan dan suram itu membuatnya semakin gelisah.

Novel Terkait

Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu