Wanita Pengganti Idaman William - Bab 222 Persiapan yang Cukup

Jeanne yang mendengar kata gombal yang tidak seperti menggombal itu, detak jantungnya berhenti satu detakan.

Dia melihat William dengan terbengong, wajah putih perlahan dihiasi kemerahan.

“Siapa yang beli untukmu, aku hanya sembarang lihat!”

Jeanne dengan jengkel berbalik badan melangkah ke meja resepsionis, sikap dia yang ingin menyembunyikan perasaannya, tapi kebohongan yang dibuatnya itu, membuat William tidak tahan untuk mengangkat sudut bibirnya.

Tidak lama kemudian, baju telah selesai dibungkus, Jeanne menyuruh mereka mengirimnya ke rumah Sunarya, barulah dia membawa William meninggalkan toko.

Entah apakah karena ejekan tadi, Jeanne sengaja mengawali berjalan di depan William beberapa langkah.

Tidak lama kemudian, dia tergoda oleh baju di salah satu toko pakaian.

Ini adalah toko pakaian merek kelas atas, ada beberapa jenis gaya pakaian di dalamnya, semua itu merupakan gaya yang disukai Jeanne.

Namun, setelah terlihat harga pakaian, dia malah tidak terlalu berani mengambilnya..

Setelah memilih dengan cermat, dia mengambil dua set yang cocok untuk dijadikan seragam kerja, lalu pun hendak berjalan ke arah meja resepsionis.

Melihat gerakannya, William agak mengerutkan kening, menghentikannya.

"Kamu cuma mau dua set ini?”

Jika tadinya dia tidak salah lihat, wanita ini jelas menyukai tidak sedikit pakaian di toko ini.

"Erhm… … dua sudah cukup.”

Jeanne pelan-pelan berkata.

Siapa tahu dia baru selesai berkata, William langsung menariknya kembali ke area pakaian.

"Ini, ini, dan ini, ukuran S, biarkan dia coba.”

William menunjuk beberapa model yang tadinya dilihat Jeanne pada karyawan.

Karyawan segera pergi mengambil.

Jeanne melihat punggung karyawan yang menjauh, alisnya agak mengerut: “aku tidak perlu begitu banyak baju, tak kepakai semuanya, lagipula masih ada banyak di rumah.”

William menoleh padanya.

"Kalau tidak kepakai semua, biarkan saja dan pelan-pelan pakai, aku lihat beberapa model di sini cocok denganmu.”

Sambil berbicara, dia menunjuk lagi beberapa model pakaian dan meminta ukuran pada karyawan

Jeanne melihat sosok William yang sedang memilihkan baju untuknya, entah kenapa, hati terlintas rasa senang dan manis.

Selesai mengelilingi tempat perbelanjaan, tangan kedua orang itu sudah penuh dengan barang belanjaan, Jeanne pun menyarankan untuk pulang.

William tidak keberatan, membawanya berjalan ke arah rumah.

Tidak sangka di tengah perjalanan, mendapat panggilan telepon dari Celica, dia ingin mengunjungi perusahaan besok.

"Baik, kalau begitu ketemu besok di perusahaan.”

……

Keesokan harinya, karena Celica ingin mengunjungi perusahaan, William pun berangkat ke perusahaan cabang bersama Jeanne.

Tapi keduanya tetap berpisah di tengah perjalanan.

Jeanne melangkah masuk ke perusahaan, baru saja selesai menscan kartu masuk, langsung terlihat William dan Celica keluar dari lift.

Hari ini Celica tetap mengenakan pakaian yang membuat dirinya tampak profesional, tapi riasan mukanya terlihat lebih elegan dibanding sebelumnya, seluruh tubuhnya memancarkan aura seorang wanita kuat, bahkan berdiri di sisi William pun, dia tidak kalah dari William.

Tidak tahu apa yang dikatakan mereka berdua, wajah mereka memasang senyuman tipis.

Apalagi William, wajah yang biasanya dingin dan kaku, sekarang tampak lebih lembut, semua staf yang melihat itu pada terbengong.

"Astaga, aku bahkan melihat presiden tersenyum, apalagi terhadap seorang wanita, jangan-jangan dia adalah pacar presiden?”

"Aku rasa ada kemungkinan itu, dulunya presiden memang bukan tidak pernah membawa cewek cantik datang, tapi ini adalah pertama kalinya presiden begitu lembut terhadap seorang wanita.”

"Kalau wanita ini benar-benar adalah pacar presiden, rasanya tidak sedikit wanita di perusahaan ini akan patah hati.”

Ada yang tidak tahan untuk mengeluh, juga ada orang yang merasa mereka berdua cocok.

Jeanne berdiri di belakang keramaian sambil mendengarkan gosipan mereka, hatinya sangat tidak nyaman.

Dia mengangkat kelopak memandang kedua orang yang semakin mendekat, harus dikatakan, Celica yang penuh gaya ratu berdiri berdampingan dengan William, memang terlihat serasi.

Saat dia sedang berpikir, William membawa Jeanne datang ke departemen desain.

"Kak senior, ini adalah departemen desain, dia adalah pejabat direktur departemen desain, direktur Jessy.”

William bertemu Jeanne, memperkenalkannya pada Celica dengan formal.

Selesai dia bicara, dia menoleh pada Jeanne lagi, memperkenalkan: “dia adalah Celica, desainer ternama internasional, kedepannya jika kalian bersama kerja, bisa diskusi antara satu sama lain.”

Jeanne mengangguk: “siap Presiden.”

Setelah berkata, dia melihat ke Celica, menyapa: “senior Selis, sangat menantikan kerja sama denganmu.”

Mendengar perkataannya, pandangan Celica melintas melalui mereka berdua tanpa meninggalkan jejak, mengangkat sudut bibir dengan penuh makna.

Faktanya, dia tidak menyangka kedua orang ini akan berpura-pura tidak kenal saat berada di dalam perusahaan.

Dia melihat Jeanne dengan mata yang berkilauan, hatinya sudah memiliki rencana.

"Begitu jelas, kalau aku masih menolak, tampaknya akan terlihat rewel, William, masalah yang kamu ajukan tadi, aku setuju.”

William mengangkat alis, menyambut: “kalau begitu kunantikan kedatangan kak senior.”

Kemudian mereka berdua mengunjungi lagi area lain di dalam perusahaan, barulah kembali ke dalam kantor dan berbincang cukup lama.

Sampai pada siang hari, William mengajak Celica pergi makan, juga memanggil Jeanne.

Bertiga datang ke sebuah restoran makanan Chinese, selesai memesan makanan, mereka pun mengobrol.

"William, kamu dan nona Jessy benar-benar merahasiakan cukup baik di perusahaan, jika tidak tahu hubungan kalian yang sebenarnya, melihat cara pembicaraan kalian tadi pagi, aku bahkan tidak percaya kalau kalian adalah suami istri.”

Mendengar kata-kata ini, entah kenapa Jeanne merasakan keanehan.

Dia dengan malu mengusap-usap hidung, tersenyum: “ini juga biar gampang mengurus masalah.”

William tidak menyangkal, Celica memandang mereka berdua mengangguk-angguk seperti memikirkan sesuatu.

Bertiga mengobrol lagi sesaat, Celica tiba-tiba memutuskan: “William, kamu atur di perusahaan, aku akan berusaha agar bisa masuk kerja dalam beberapa hari ini.”

William tentu saja tidak akan menolak.

Mereka bertiga melalui waktu makan mereka dengan lumayan gembira.

Sesudah selesai makan, William menyuruh Jeanne pulang ke perusahaan terlebih dahulu, setelah dia mengantar Celica meninggalkan tempat, barulah dia pulang ke perusahaan.

Tidak sangka baru masuk kantor, langsung menemukan Sierra duduk di sofa.

"Sierra, kenapa kamu bisa datang?”

Dia bertanya dengan sedikit kaget.

Sierra melihatnya, mengangkat alis dan tersenyum tipis: “ada masalah yang ingin aku diskusikan denganmu, kenapa, tidak menyambut aku?"

William tersenyum tanpa suara sambil duduk di kursi kerjanya.

"Bagaimana mungkin, urusan apa yang ingin didiskusikan?”

Mendengar ini, Sierra melangkah ke depan meja kerja dan menyatakan maksud kedatangannya.

“Keluarga kami baru-baru ini sedang coba mengembangkan sebuah chip elektronik, kodenya SMT1, jika berhasil, ini akan membuat semua industri bisa menggunakan artificial intelligent (kecerdasan buatan)… …”

Dia dengan lugas menyampaikan proyek baru keluarganya, harus dikatakan bahwa konten percakapannya menarik minat William.

Meskipun dia pulang dari China belum lama, tapi beberapa bulan ini cukup bagi dia untuk sedikit memahami perkembangan dalam negeri.

Dari situasinya, dia dapat menganalisis bahwa dalam beberapa tahun mendatang, pembangunan dalam negeri akan secara bertahap fokus pada penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Apalagi kue penuh keuntungan ini belum terlihat oleh banyak orang. Jika mereka mempergunakan kesempatan ini, perusahaan Sunarya tidak hanya dapat mendapatkan keuntungan besar di kesempatan kali ini, tetapi juga bisa memanfaatkan kesempatan mereka yang belum respons, menetapkan posisi pemimpin industri.

"Apakah kamu memiliki proposal?”

Mengingat ini, dia mengangkat alis sambil melihat Sierra.

Sierra tertawa: “aku yakin kamu akan tertarik, pastinya aku sudah mempersiapkan itu.”

Selesai berkata, dia mengeluarkan sebuah dokumen dari tasnya.

"Ini adalah proposal buatanku, kamu lihat dulu, apakah ada masalah, jika tidak, kita diskusikan yang lain lagi.”

William melihat dokumen yang disodorkannya, alis tetap terangkat, bercanda: “tampaknya kamu melakukan persiapan yang cukup.”

Sambil berbicara, dia mengambil dokumen dan membolak-balik setiap halaman.

Novel Terkait

Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu