Wanita Pengganti Idaman William - Bab 473 Tak Ingin Mendengar Kebohonganmu Lagi

Moli melihat ke arah Jeanne pergi, semakin merasa wanita ini mencurigakan, menyetir mobil mengikutinya walaupun Jeanne tidak ingin diikuti.

Di jalan, Jeanne juga menyadari Moli mengikutinya, matanya terlihat bosan dan lelah.

Jeanne memerintahkan supir untuk mempercepat, sayang tetap saja tidak bisa lepas dari Moli.

Pada akhirnya Jeanne mau tidak mau pakai trik lama yang sama dan pergi ke mal yang ramai, baru bisa lepas dari Moli yang menempel.

Moli marah sekali melihat mal yang orangnya berlalu lalang.

Dirinya sendiri berulang-ulang kali mencaci dalam hati pada wanita rendahan itu, yang meremehkan kemampuan Moli membuntuti orang.

Namun setelah Moli marah, terpikir lagi Jeanne begitu memikirkan dan berusaha menghempaskan Moli, takut sekali dengan dia mengetahui orang yang mau ditemui Jeanne…...

Jeanne masih tidak tahu Moli sudah kurang lebih menebak pemikiran Jeanne.

Setelah Jeanne buru-buru meninggalkan mall, segera berjalan menuju restoran tempat janjian dengan Bernard.

“Maaf, aku datang terlambat.”

Jeanne agak terengah saat berjalan ke meja makan dan meminta maaf.

“Tak apa, aku juga baru datang sebentar.”

Bernard sama sekali tidak peduli, bangkit berdiri membantu Jeanne menarik kursi, memberi sinyal pada Jeanne untuk duduk.

Setelah Jeanne berterima kasih, langsung memperhatikan ke sekeliling, menyadari orang yang makan di restoran ini cukup banyak.

“Lumayan ramai.”

“Ya, bos di belakang sana ada sedikit latar belakang, jadi cukup banyak orang yang datang memberi dukungan, ruang VIP lantai 2 dibooking dari jauh-jauh hari, kalau tidak kita semua di lantai atas.”

Bernard memperkenalkan seiring pembicaraan, Jeanne kehilangan senyumnya, “aku tidak peduli hal-hal ini.”

Jeanne berkata, menarik kembali pandangannya, melihat ke arah Bernard yang raut wajahnya terlihat jelas agak lelah, berkata dengan pasti: “hari ini kamu mengajak aku keluar, seharusnya tidak hanya sesimpel makan begitu saja kan?”

Raut wajah Bernard menjadi kaku sebentar, dengan sangat cepat kembali normal dan berkata: “memang, namun semua ini masalah di pasar, tidak ada hubungannya dengan hubungan pribadi kita.”

Jeanne mendengarnya, langsung tahu Bernard tidak ingin bicara, juga tidak melanjutkan topik ini.

Kebetulan saat ini pelayan menyajikan makanan, Bernard demi melelehkan situasi yang dingin barusan, memperkenalkan Jeanne makanan.

Jeanne sekalian makan, di tengahnya juga tidak lupa bertanya soal tujuannya.

“Aku dengar-dengar beberapa waktu ini, dunia bisnis terus bergerak, terutama perusahaan Sunarya membuat kalian rugi besar, perusahaan Gunarta dan Yansen sana bagaimana sikapnya?”

Bernard mengernyitkan alis mendengarnya, matanya agak kecewa.

“Jessy, apa kita tidak bisa tidak langsung membicarakan masalah pekerjaan?

Jeanne tidak menyangka Bernard bahkan tidak ingin bicara soal perusahaan Julian, membuka tangannya, bicara tidak berdaya: “tapi aku ingin tahu, William tidak memberitahu aku hal-hal ini, terutama yang ada hubungannya dengan perusahaan Julian.”

Bernard bergumam, malah percaya kata-kata Jeanne, juga paham tujuan William ini.

Lagipula beberapa hari ini keempat perusahaan bersaing cukup banyak, Jessy sebagai putri keluarga Gunarta, tapi sudah menikah ke keluarga Sunarya, pada saatnya nanti terkait segala hal ini, takut saja Jessy terjepit di tengah akan sulit memilih pihak.

“Bukan masalah besar apa juga, persaingan di dunia bisnis itu memang seperti ini, hari ini angina dari Barat ke Timur, besok bisa dari Timur ke Barat”

Bernard bicara mengecilkan hal yang besar, mengubah topik, memperhatikan masalah Jeanne dan William.

“Aku dengar-dengar dua hari lagi, William mau pergi perjalanan bisnis lagi, juga tanggal pulangnya belum ditentukan, apa itu benar?”

Jeanne terdiam ditanya, juga terkejut Bernard tahu banyak, tapi tetap mengangguk mengakui, “katanya urusan di luar negeri saja belum kelar, mau pergi mengurus situasi secara keseluruhan.”

Bernard mengernyitkan alis: “bawa kamu juga?”

Jeanne menggelengkan kepala: “di sana tidak aman, William tidak berencana membawaku.”

Bernard mendengarnya, mengernyitkan alisnya lebih kuat lagi.

Di pandangannya William yang seberkuasa itu mana bisa tidak mampu melindungi Jeanne, takutnya semua ini hanya alasan saja.

“Dulu William juga sering pergi untuk perjalanan bisnis begini ya?”

Bernard bertanya dengan agak sakit hati, merasa Jeanne pasti hidupnya tidak bahagia dinikahi William.

Jeanne merasakan sorot mata Bernard yang merasa kasihan, seketika seperti merasa tercekik.

Sorot mata Bernard ini macam apa?

Mengasihani Jeanne?

Pada saat Jeanne bersiap membalas, tiba-tiba Jeanne merasa ada yang aura dingin di belakangnya.

Secara refleks Jeanne menoleh, langsung melihat wajah William yang suram maksimal, raut wajahnya berubah drastis, hatinya juga ikut berdetak.

“William……”

Jeanne memanggil dengan bibir gemetaran, nada bicaranya penuh dengan rasa bersalah.

Bernard tentu juga mendengar panggilan Jeanne, melihat mengikuti sorot mata Jeanne, langsung melihat William yang berjalan ke arah mereka selangkah demi selangkah dengan melepaskan hawa dingin.

“Tuan!”

Tak tahu apa juga karena pengaruh kesan William, Bernard tanpa sadar bangkit berdiri dengan tegang, bicaranya agak tersirat ketakutan tanpa Bernard sendiri menyadari ketakutannya.

William bahkan tidak melihat Bernard, langsung berjalan lurus ke arah Jeanne.

“Kelihatannya kamu lupa sama rasa sakit setelah lukanya sembuh, baru juga beberapa hari, kamu sudah langsung tidak tahan lagi?”

William menatap Jeanne dari tingginya, rasa dingin mengumpul di matanya.

Jeanne tahu William salah paham, membuka mulut mau menjelaskan.

“William, kamu salah paham, aku……”

Jeanne belum selesai bicara, langsung disela William dengan dingin.

“Salah paham? Aku sebelumnya bicara apa sama kamu, nantinya tidak boleh bertemu Bernard lagi, apa yang kamu lakukan?”

Jeanne meraba bibirnya, tidak tahu harus menjawab apa.

William melihat keheningan Jeanne mengulurkan tangan menekan dagu memaksa Jeanne menatap langsung William.

“Jessy, kamu langsung segitu tidak ingin kesepian ya? Aku belum pergi, langsung ingin bertemu diam-diam dengan mantan, apa aku dua hari ini tidak memuaskan kamu?”

Kata-kata William semakin dibicarakan semakin tidak enak didengar, Jeanne sangat sedih.

Terutama pelanggan di sekeliling yang melihat dengan sorot mata aneh mendengar hal seperti ini, juga membuat Jeanne sangat amat malu.

Bernard tidak bisa melihat lebih lanjut, berdiri ingin menarik melepaskan William.

Akhirnya William seperti dibelakangnya ada mata saja, dengan tepat menahan tangan Bernard.

Terdengar suara ‘KREK’ yang jelas, wajah Bernard jadi putih, bibirnya tidak berhenti gemetar, seperti menahan sakit yang parah.

“Cih, aku belum buat perhitungan sama kamu, kamu malah mengantar dirimu sendiri ke hadapanku.”

William seperti membuang sampah saja, menghempas tangan Bernard, “Bernard, berani sekali ya, kelihatannya belakangan ini kalian tidak cukup membuat masalah, tanpa disangka membuat kamu masih punya waktu luang datang kesini dan menggoda wanitaku.”

Bernard, langsung tahu keadaan masalahnya buruk.

Tapi Bernard juga tidak ingin di hadapan Jessy, melemah dan mengalah pada William.

Bernard menggigit bibir bawahnya, dengan dingin tertawa dan berkata: “Jessy pada dasarnya memang berhak untuk yang lebih baik, karena kamu tidak bisa sepenuh hati pada Jessy, untuk apa lagi melarang orang lain bersikap baik pada Jessy?”

William mendengar hal ini, tingkat kedinginan di wajahnya bertambah.

Bernard juga tidak takut, memegang tangan yang terluka dan tertawa saat bicara: “Tuan, aku ingat kalau aku pernah bilang, kalau kamu memperlakukan Jessy dengan tidak baik, tidak peduli sesulit apapun aku juga akan merebut kembali Jessy.”

Selesai Bernard bicara, dengan wajah lembut melihat ke arah Jessy.

Jeanne melihat situasinya, hanya ingin menggali lubang dan mengubur diri di dalamnya.

Ini si Bernard sebenarnya mau apa? tidak suka kalau masalahnya tidak cukup besar ya?

“Tuan muda Bernard, kamu jangan sembarangan bicara lagi, aku tidak pernah ada perasaan lebih dari pertemanan denganmu!”

Jeanne dengan dingin memaki Bernard, di saat yang sama ujung matanya melihat ada pelanggan mengeluarkan telepon genggamnya dan merekam, berkata dengan panik, “William, masalah ini kita pulang dulu nanti baru aku menjelaskan padamu ya, sekarang kita pergi dulu.”

William dengan dingin melihat Jeanne, berkata mencemooh: “menjelaskan? tidak perlu, aku sudah tidak ingin mendengar kebohonganmu lagi.”

Selesai bicara, William langsung menghempaskan tangannya dan pergi.

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu