Wanita Pengganti Idaman William - Bab 347 Penantiannya Akan Hilang Selamanya

Begitu William mendengar perkataan ini, ekspresi wajahnya semakin suram.

Dia berdeham satu kali, lalu memberi perintah : “Kalian kumpulkan orang-orang sekarang juga, lalu pergi ke distrik Selatan dan tunggu aku disana!”

Selesai berkata dia langsung menutup telepon.

Melihat telepon yang langsung ditutup seperti itu, ekspresi wajah Moli menunjukkan kemarahan.

Dasar Jessy ini benar-benar merepotkan, masa sehari saja tidak bisa tenang, sudah tahu itu berbahaya tapi masih saja pergi hingga merepotkan Tuan!

Meskipun dia marah, tapi dia tidak berani bertele-tele, dia langsung pergi menuju ke tempat yang ditentukan oleh Tuan.

Dan semua hal ini tidak diketahui oleh Jeanne, dia sedang berada dirumah sakit menemani ibunya, setelah selesai memandikan ibunya, dia juga memijat sebentar, baru akan pergi.

Tepat pada saat dia berjalan keluar dari rumah sakit, Julian menelepon dia.

“Jeanne, kamu sekarang ada dimana?”

Suara Julian terdengar panik dan tidak sabar.

Jeanne mengerutkan kening, tapi dia tetap menjawab dengan jujur : “Baru saja keluar dari rumah sakit, sekarang mau pulang.”

Julian bergumam, mau tidak mau dia langsung memberi perintah, “Kamu harus kembali ke rumah sakit sekarang juga, kamu tidak boleh berkeliaran diluar, terutama di hadapan keluarga Sunarya.”

Jeanne terkejut, dan sorot matanya terlihat galau.

”Kenapa!”

Nada suaranya bergetar, dia mengira Jessy akan mengambil segalanya lagi.

Julian tidak menyadari nada bicaranya yang agak berbeda, hanya menjawab dengan suara dingin : “Jessy diculik, saat ini tidak boleh ada 2 orang Jessy yang muncul, jadi kamu harus bersembunyi, dan jangan biarkan orang lain menyadari keberadaanmu, kalau tidak, semuanya akan kacau!”

Tidak tahu apakah dia akan pergi menolong Jessy atau tidak, tapi dia langsung menutup teleponnya.

Jeanne berdiri tertegun di depan pintu rumah sakit dan setelah beberapa saat dia baru tersadar.

Jessy diculik!

Ekspresi wajahnya memucat, disaat yang bersamaan dia juga berpikir dan akhirnya mengerti kenapa Julian berbuat demikian.

Karena William pasti akan langsung pergi menyelamatkan dirinya kalau mendengar berita tersebut.

Dipikir-pikir lagi, hatinya sungguh khawatir.

Dia bukannya khawatir kalau William bertemu dengan Jessy, tapi yang dikhawatirkan adalah takutnya William terluka.

Bagaimanapun juga, kejadian penculikan yang dulu telah membekas dalam ingatannya sampai sekarang!

Semakin dipikir perasaannya semakin kacau, dan dia merasa dia tidak sepatutnya duduk berdiam diri disini.

Saat itu, dia telah membuat keputusan, dia langsung pergi ke toko baju terdekat, lalu dia mengubah penampilannya.

Ketika dia berjalan keluar dari toko baju, penampilan luarnya sungguh jauh berbeda.

Penampilan awalnya yang begitu mempesona diganti dengan tampilan yang sangat biasa, dia memakai T-shirt dan celana jeans.

Dia begitu kagum dengan penampilan barunya, selama dia tidak muncul di hadapan William dan melihat dari jauh, maka dia tidak akan dikenali.

Kemudian, Jeanne naik mobil dan pergi ke kantor Group Sunarya.

Beberapa menit kemudian, dia sudah sampai.

Tepat pada saat dia mau masuk ke kantor dan mengecek pergerakan William, sebuah mobil yang dia kenal tiba-tiba meluncur keluar dari parkiran basemen.

Dia hanya melihat William yang menyetir, dia menyetir dengan ekspresi tegang dan panik.

Jeanne menatapnya, wajahnya agak memucat, respon alam bawah sadarnya adalah pergi mengejar William.

Namun bagaimana caranya dua kaki ini mengejar sebuah mobil.

Melihat bayangan mobil William yang hampir menghilang, dia langsung berlari ke pinggir jalan untuk mencari tumpangan mobil.

Bukannya memberhentikan mobil sewaan (taksi), yang diberhentikan malah Ivan.

“Jeanne!”

Ivan menurunkan kaca jendela, dan menatap Jeanne dengan tatapan aneh, tapi terlihat rasa senang di sorot matanya.

“Lama tidak bertemu ya, kali ini aku merasa aku telah menemukan sedikit dirimu yang dulu.”

“Ivan, kenapa kamu bisa berada disini?”

Jeanne terkejut melihat Ivan, disaat yang bersamaan kepalanya agak pusing.

“Aku hanya kebetulan lewat saja, malah melihatmu sedang mencari tumpangan, makanya aku kemari, kamu mau naik mobil kan? Sini biar aku antarkan.”

Ivan berinisiatif menawarkan tumpangan melihat ekspresi Jeanne yang terburu-buru.

“Tidak usah, kamu pergi saja, aku cari tumpangan yang lain saja.”

Meskipun Ivan telah bertemu dengan Jeanne, dan mengetahui tentang pertukaran identitas mereka berdua, namun tetap saja dia tidak ingin membiarkan Ivan tahu lebih banyak.

Karena di dalamnya tersimpan rahasia yang sangat besar, kalau ada sedikit saja yang meleset, maka penantiannya akan hilang selamanya.

Selesai bicara, dia langsung berbalik dan pergi.

Mau tidak mau Ivan turun dari mobil dan mengejarnya.

“Jeanne!”

Dia meraih pergelangan tangan Jeanne, sorot matanya penuh dengan rasa khawatir.

“Aku tahu kalau kamu memiliki rahasia yang tidak ingin kamu ceritakan padaku, tapi kita ini teman, saat dirimu jelas-jelas membutuhkan pertolongan, maka aku berharap bisa membantumu!”

Jeanne memandangi dia, dalam hatinya terasa sedikit kesal.

Dia tahu kalau bertemu dengan Ivan pasti akan jadi seperti ini.

Hatinya gelisah tak terkira, terutama melihat mobil William yang hampir hilang dari pandangan.

Ivan juga melihat sorot mata yang gelisah dan panik, dia juga melihat ke depan.

“Jeanne, meskipun aku tidak tahu apa yang kamu cari, tapi kalau kamu masih tidak setuju juga, maka mobil yang ada di depan itu akan segera menghilang.”

Jeanne tak bisa berbuat apa-apa, dia hanya bisa segera mengiyakan tawarannya.

“Bantu aku kejar mobil Maybach yang di depan itu!”

Dia naik ke mobil dengan cepat, menunjuk bayangan mobil yang hampir tak terlihat, dan berkata dengan cepat : “Cepat ikuti mobil itu, jangan sampai kita ketahuan.”

Ivan menatap ke arah yang ditunjuk oleh Jeanne, matanya memicing, lalu berpesan kepada sopir, yang langsung menginjak gas dan menambah kecepatan.

Meskipun mobilnya agak kalah kalau dibandingkan dengan mobil William, namun kemampuan mobilnya juga cukup bagus.

Setelah berusaha mengejar selama beberapa menit, jarak antara mereka dengan mobil William sekitar 100 meter.

“Jeanne, jarak ini sudah cukup, kalau lebih dekat lagi, aku khawatir kita akan ketahuan.”

Ivan mengutarakan pendapatnya, dan Jeanne juga berpendapat demikian.

Sedangkan di depan, William sangat mengkhawatirkan Jessy, jadi dia sama sekali tidak mengamati kalau ada yang membuntuti dari belakang.

Ekspresi wajahnya gelap dan suram sambil menyetir ke tempat yang telah ditentukan.

……

Disaat yang sama, lelaki yang berada di Distrik Selatan menunggu William untuk bertransaksi, tiba-tiba mendapat telepon dari majikannya.

“Kudengar kamu sudah menangkap orang itu?”

Dari seberang telepon terdengar suara Musa yang berat.

Lelaki itu melirik sekilas wanita yang telah terikat di atas kursi, lalu tertawa kecil : “Benar sekali, tak disangka bisa dengan cepat menyelesaikan tugas dari anda, dan sekarang William sepertinya sudah dalam perjalanan kemari sambil membawa barang itu.”

Musa bergumam, sudut mulutnya terangkat membentuk sebuah senyuman yang haus darah.

“Bagus sekali! Tapi sekarang ini aku tidak ingin bertransaksi dengan dia.”

Dia berbicara dengan kejam, sorot matanya penuh dengan dendam dan amarah yang membara.

Mendengar perkataan ini, lelaki itu mengerutkan kening, dan bertanya dengan nada was-was : “Kenapa? Apa kamu mau membatalkan semua ini?”

“Tidak, aku ingin kamu membawa orang itu kesini!”

Musa tahu kalau lelaki itu salah paham, dia menjelaskan : “Kalau hanya membiarkan dia mengeluarkan barang tersebut, maka ini terlalu mudah baginya!”

Selesai berkata, Musa menggertakkan gigi dengan gemas.

Semua ini karena William telah membuat dirinya kesulitan hingga dia merugi ratusan miliar, kalau dia melepaskan William dengan begitu mudahnya, maka amarah dalam hatinya tak akan pernah padam.

Lelaki ini tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Musa, yang dia tanya hanyalah perintah ini tetap berjalan, dan sikapnya melunak.

“Kenapa kamu tidak bilang dari awal, sekarang yang aku khawatirkan adalah kalau William membawa orang kemari, sedangkan kamu ingin aku membawa sandera ini pergi, kecuali kamu mengatur orang untukku, kalau tidak mungkin aku sendiri tidak akan bisa melakukannya.”

Musa juga mengerti, dia menyanggupi : “Tenang saja, aku akan menyuruh partnermu kesana, lalu kamu bawa sandera itu kemari, dan jangan biarkan William membawanya pergi.”

Novel Terkait

Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu