Wanita Pengganti Idaman William - Bab 243 Dimana Etikamu

Jeanne terus menatap ke kata-kata itu, emosi di dalam hatinya sudah berapi.

"Julian! Mengapa kamu jangan sampai berani!"

Jeanne berteriak sambil menggertakan giginya, dia segera menelepon ke Julian.

Tetapi Julian terus menolak teleponnya.

Jeanne menyerah menelepon dan langsung pergi ke perusahaan Julian.

"Nona muda!"

Receptionis yang tidak mengenal dia adalah Jeanne menyapanya dengan hormat.

Jeanne sama sekali tidak memiliki suasana hati untuk menjawabnya. dia langsung pergi ke ruang presiden dengan marah.

"Julian!"

Jeanne membuka pintu dan tidak hanya Julian, beberapa pejabat perusahaan juga sedang berada di dalam ruangan.

Mereka mengira Jeanne adalah Jessy dan langsung berdiri menyapanya.

"Nona muda"

Pada waktu yang sama, mereka merasa sedikit aneh dan terus menatap ke kedua ayah dan anak itu.

Bukankah presiden sangat menyayangi anaknya?

Mengapa Nona muda seperti sangat marah sampai ingin memakan ayahnya?

Julian tentu merasakan gerakan kecil mereka. Dia menarik turun wajahnya dan berkata : "Kalian keluar dulu"

Setelah saling bertatapan, para atasan pun meninggalkan ruangan.

Setelah itu di dalam ruangan hanya sisa Jeanne dan Julian.

Tidak menunggu Jeanne bersuara, Julian langsung berteriak : "Jeanne, dimana etikamu? Siapa yang memberi kamu keberanian untuk berteriak di ruanganku?!"

Jeanne tertawa dengan dingin : "Etikaku melihat orangnya. Manusia yang bahkan tidak sebanding dengan binatang tidak pantas aku menggunakan etika!"

Mendengar kata-kata itu, Julian semakin marah.

"Jeanne, apakah ini sikapmu berbicara dengan aku?"

Menghadapi sifat orang ini, Jeanne sudah tidak takut.

Jeanne sudah membuat keputusan, kalau pria ini tidak mau memberikan dia jalan hidup, dia akan mati bersamanya!

"Sikapku akan menjadi begitu karena dipaksa olehmu. Kita sudah berjanji kemarin bahwa kerja sama kita hanya aku berakting sebagai Jessy. Aku tidak ada berjanji mau membantu kamu mengambil keuntungan!"

Mendengar kata-kata itu, Julian sudah tahu mengapa Jeanne bisa datang. Dia tertawa dengan mengejek : "Jeanne, aku sudah bilang sama kamu, kamu sudah menjanjikan kerja sama ini. Kalau begitu kamu tidak memiliki pilihan lain selain menuruti perintahku"

Sambil berkata, Julian melihat Jeanne dengan dingin.

"Tentu saja, kalau kamu tidak peduli dengan kehidupan ibumu, kamu boleh membantah perintahku"

Mendengar kata-katanya yang tidak sebanding dengan binatang, logika Jeanne yang mengerat langsung putus.

"Aku akan membunuhmu!"

Jeanne berlari ke Julian dengan tatapan yang menggila.

Julian sudah berpikir tentang itu dan langsung menendang Jeanne ke lemari anggur merah.

"Jeanne, apakah kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan?"

Julian berdiri dan menundukkan kepalanya, dia melihat ke Jeanne dengan ekspresi seolah-olah sedang melihat semut : "Apakah kamu sudah tidak mau nyawa ibumu?"

Jeanne memegang perutnya dan berdiri dengan susah, sudut mulutnya terangkat : "Tentu saja aku mau ibuku hidup, tetapi apakah kamu memberikan aku kesempatan? Kalau memang harus mati, aku akan menarikmu bersamaku!"

Sambil berkata, tangan Jeanne menyentuh botol anggur merah yang berada di dalam lemari. Jeanne langsung melempar botol itu ke Julian tanpa berpikir.

Melihat adegan ini, ekspresi Julian berubah. Dia bisa melihat Jeanne tidak sedang bercanda. Kalau memang harus mati, Jeanne akan serius menarik dia bersamanya.

Merasa kaget dan marah, Julian menahan tangan Jeanne.

Meskipun Julian menahan gerakan Jeanne, dia tidak bisa menghentikannya karena Jeanne sudah berpikir mau mati bersamanya.

Mereka terus menahan dengan posisi itu sampai Jeanne sudah kehabisan tenaga, Julian baru mengambil kesempatan dan mendorong dia dengan kuat.

Jeanne tidak bisa menahan dorongan Julian dan botol yang di tangannya ikut jatuh ke tanah.

"Aduh…!"

"Sakit sekali....."

Terdengar suara kaca pecah dan suara teriakan Jeanne kesakitan di dalam ruangan Julian.

Jeanne jatuh di atas pecahan kaca dan banyak kaca tertusuk ke dalam lengannya, darah segar terus mengalir.

Dalam waktu pendek, bau darah yang berat pun memenuhi ruangan Julian.

Rasa sakit yang luar biasa juga membuat logika Jeanne yang putus kembali.

Jeanne berbaring di lantai dan melihat pria itu dengan dendam. Dia merasa sangat menyesal minta tolong kepada pria yang kejam inI!

Melihat ekspresi Jeanne, Julian tahu dia sudah agak tenang.

Ketika dia mau memberikan wanita yang tidak tahu diri ini sebuah pelajaran, dia melihat darah yang di lantai sudah menjadi sangat banyak. Wajah sehat Jeanne juga sudah menjadi sangat pucat.

Pada saat itu, Julian baru menyadari kondisi Jeanne sangat parah. Dia langsung menekan telepon dan menyuruh asistennya memanggil ambulan.

Jeanne sekarang masih memakai identitas Jessy, dia tidak boleh terjadi apa-apa.

Karena kehilangan terlalu banyak darah, ditambah dengan pertengkaran tadi, Jeanne sudah sama sekali tidak ada tenaga. Dia membiarkan Julian melakukan sesukanya.

Dia juga tidak percaya Julian tidak akan menolongnya.

Sesuai dengan pemikiran Jeanne, demi mau menjaga kepedulian dia terhadap Jessy, Julian ikut naik ke ambulan dan pergi ke rumah sakit.

Di lihat dari orang luar, Julian adalah seorang ayah yang sangat merisaukan anaknya.

Jeanne melihat dia dengan ejekan.

Setelah sampai di rumah sakit, perawat keluar menyiapkan alat karena luka Jeanne sangat parah sehingga perlu dijahit. Di dalam ruangan darurat hanya sisa Jeanne dan Julian.

Julian melihat Jeanne dengan ekspresi gelap dan bersuara : "Melihat kamu terluka, aku tidak memaksa kamu lagi. Tetapi kamu lebih baik jangan melakukan masalah yang melewati batasan lagi. Kesabaranku memiliki batas, lain kali aku tidak akan melepaskan kamu lagi!"

Jeanne mendengar kata-katanya dengan kepala menunduk.

Sebenarnya Jeanne bukan sungguh-sungguh mau mati bersama Julian. Jeanne hanya mau Julian melihat keputusan Jeanne yang sudah pasti, Jeanne mau Julian mengambil kembali syarat-syarat dulu.

Sekarang Jeanne sudah mencapai tujuannya dan dia merasa agak lega.

Tetapi yang harus dibayar Jeanne tidaklah kecil.

Jeanne hampir sakit sampai pingsan ketika perawat sedang mengeluarkan kaca yang tertusuk di lengan Jeanne.

Meskipun pendarahan sudah berhenti dan luka Jeanne sudah diobati, mungkin karena kehilangan terlalu banyak darah, wajah Jeanne tetap sangat pucat dan kondisinya setengah sadar diri.

Pada saat itu juga, William yang mendengar informasi Jeanne terluka langsung bergegas pergi ke rumah sakit.

"Bagaimana dengan Jessy?"

Berjalan ke dalam ruang darurat, William bertanya dengan risau ketika dia melihat Jeanne yang pucat.

Melihat William, mata Jeanne memerah dan hatinya merasa sedih.

Julian takut Jeanne berbicara yang tidak sesuai. Dia langsung berkata : "Karena diantar ke rumah sakit dengan segera, Jessy baik-baik saja"

Mendengar kata-kata Julian, alis William mengerut.

"Mengapa Jessy bisa jatuh dan bahkan jatuh di atas kaca, bukannya dia baik-baik saja?"

Julian menjelaskan : "Gadis ini terlalu nakal. Tidak mau mendengar kata-kataku dan akhirnya jatuh dengan tidak hati-hati. Kebetulan di lantai ada pecahan kaca botol, sekarang baru tahu sakit. Benar-benar membuat orang khawatir"

Setelah berkata, Julian bahkan pura-pura memasangkan ekspresi yang tidak berdaya dan sakit hati.

Melihat akting Julian, tatapan Jeanne diisi dengan frustrasi. Dia mengigit bibirnya dan tidak ingin berkata satu kata pun.

Novel Terkait

Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu