Wanita Pengganti Idaman William - Bab 143 Melihatku Saja Bisa Kenyang

Bab 143 Melihatku Saja Bisa Kenyang

“Nona Inggar, aku rasa anda tahu kalau dibawah naungan Group Sunarya ada banyak brand perhiasan terkenal hingga kosmetik terkenal bukan? Anda juga tahu setiap tahunnya Pevita Pearce, Sandra Dewi, yang menjadi duta produknya, dan mereka semua adalah artis dibawah naungan perusahaan kami.”

Jeanne berkata sampai sini, sengaja berhenti sejenak, mengamati ekspresi Inggar.

Melihat ekspresi Inggar yang mulai tenang, bibir merahnya mengangkat, melanjutkan perkataannya, “Mungkin Nona Inggar tidak berada di Group Sunarya sehingga tidak paham, ada banyak iklan milik Group Sunarya, merupakan tipe yang selalu diperebutkan oleh artis-artis terkenal, mengenai iklan ini, Group Sunarya selalu mengutamakan artis perusahaan mereka sendiri, hanya jika ada sisa dari artis Group Sunarya baru akan memberikannya kepada perusahaan diluar sehingga artis dari perusahaan lain bisa mendapatkan kesempatan.”

Mendengar sampai sini, ekspresi goyah Inggar semakin jelas terlihat.

Jeanne tetap berlagak seolah tidak mengetahuinya dan melanjutkan, “Jika anda masuk perusahaan entertainment Group Sunarya, pada saat itu tiba semua kesempatan ini anda juga akan kebagian, saya harap Nona Inggar dapat mempertimbangkan semuanya dengan seksama.”

Setelah selesai mengatakannya, ia meletakkan selembar kartu nama dimeja.

“Jika Nona Inggar sudah mempertimbangkannya, anda boleh menghubungi saya di nomor ini, saya pamit undur diri.”

Ia berbalik lalu pergi.

Inggar juga tidak menahannya.

Dia melihat Jeanne yang pergi, lalu melihat kearah kartu nama di meja, ia berpikir dengan serius.

Saat Jeanne pergi dari sana, melihat langit yang sudah berubah kekuningan, hari sudah menjelang petang, dia berpikir sejenak lalu menghubungi William.

Telepon diangkat dengan cepat, terdengar suaranya yang dingin dari sana.

“Ada apa?”

Jeanne menggigit bibir bawahnya bertanya, “Kamu… sudah pulang kerja?”

“Belum.”

“Kamu sudah makan?”

Dia masih mencoba bertanya, namun hasilnya tetap sama.

“Belum.”

Jeanne mengkerucutkan bibirnya, menjawab ‘Oh’ dengan datar lalu mematikan telepon.

William melihat telepon yang dimatikan, mengangkat alis dengan wajah bingung.

Dai tidak mengerti maksud Jeanne menelponnya untuk apa.

Hanya untuk menanyakan beberapa pertanyaan tidak penting itu?

saat ia sedang berpikir yang tidak-tidak, tanpa ia ketahui Jeanne sudah ke restoran untuk membungkus makanan kesukaannya dan menyamar menjadi delivery restoran menuju ke kantornya.

Dipandu oleh resepsionis, ia naik ke lantai paling atas.

“Asisten Hans, ini adalah makanan untuk presdir.”

Resepsionis melapor kepada Hans ketika bertemu dengannya.

Hans mendengar ucapannya, langsung mengangkat kepala dan berkata, “Presdir tidak….”

Dia belum menyelesaikan ucapannya, sudah langsung terpaku disana, “Ny…”

“Ehem, hai, saya petugas delivery!”

Jeanne segera memotong ucapannya sebelum ia menyelesaikan ucapannya sambil memberi kode dengan kedipan.

Akhirnya Hans mengerti, menarik kembali ekspresi kagetnya, menyuruh resepsionis kembali ke mejanya.

“Saya tahu, ikut saya masuk.”

Setelah mengatakannya, ia membantu Jeanne menenteng kotak makanan.

Resepsionis melihat mereka pergi, merasa seperti ada yang aneh, namun tidak dapat menemukan keanehannya, akhirnya ia memilih berbalik lalu pergi.

Disaat bersamaan, Hans membawa Jeanne sampai di depan kantor presdir.

“Nyonya muda, presdir ada didalam, anda masuk saja.”

Setelah mengatakannya, ia mengetuk pintu, lalu membukakan pintu untuk Jeanne.

Didalam kantor, William mendengar ada yang mengetuk pintu, ia mengira itu Hans, sehingga berkata tanpa mengangkat kepala,”Letakkan dokumen di meja, yang di sebelah kanan adalah dokumen yang sudah selesai, bawa keluar untuk dibagikan.”

Mendengar ucapannya, Jeanne sengaja berdiri di depan pintu tidak bergerak.

Sebenarnya ini adalah kali pertamanya datang ke kantor pusat, juga pertama kalinya masuk ke ruangan tempat ia bekerja.

Dia melihat ke sekeliling, melihat desain interior ruangannya sangat mirip dengannya.

Desain yang didominasi oleh warna hitam dan putih, simple namun tetap terlihat elegan, tidak terlalu mencolok, ada gaya khas yang menunjukkan kepribadiannya.

Pada saat dia mengamati, William merasa ada sesuatu yang tidak beres.

Dia mengangkat kepala lalu melihat wanita yang sedang berdiri di tengah ruang kerjanya, ia terlihat heran.

“Mengapa kamu datang disini?”

Jeanne mendengar pertanyaanya, menarik kembali pandangannya dari sekeliling, mengayunkan makanan yang dibawanya sambil tersenyum.

“Bukankah ada yang mengatakan kalau belum makan? Mengetahui kamu sibuk, sehingga mengantarkan makanan untukmu.”

Setelah selesai bicara, langsung berjalan ke meja teh di dalam ruangan, meletakkan makanan yang dibeli dan mengeluarkannya dari kemasan.

“Cepat kemari, makanlah selagi hangat, tunggu kamu selesai makan, aku ingin membicarakan sesuatu padamu.”

William melihat kearahnya, berdiri dari meja kerjanya, bertanya, “Masalah apa? Katakanlah sekarang.”

Melihat sikapnya, Jeanne tidak berputar-putar, langsung menceritakan semua kejadian ia menemui Inggar siang ini.

“Aku bermaksud mengajaknya masuk perusahaan intertainment Group Sunarya, asalkan angka yang kita berikan sesuai, mengatur sponsor yang banyak, lalu memintanya untuk mengklarifikasi, maka dunia luar akan mengira berita kali ini hanya berita bohong.”

William menyipitkan mata berpikir sejenak, lalu menatap Jeanne, berkata dengan nada tegas, “Ada lagi? Kamu tidak mungkin hanya memikirkan sampai disini.”

Jeanne mengiyakan, “Memang, asalkan Inggar masuk Group Sunarya, krisis nama baik kita kali ini bisa dikatakan sudah tertolong sebagian, mengenai penarikan gaun dari toko, aku sudah menanyakan kepada petugas yang bertugas, mereka sama sekali tidak menemukan kasus alergi kedua, sehingga pengaruhnya tidak akan meluas, kita hanya perlu mengganti kerugian, semua sudah bisa dikendalikan.”

William mengangguk, lalu ia seperti teringat sesuatu, bertanya dengan pelan, “Bagaimana dengan Sierra?”

Jeanne berpikir sejenak, lalu merespon dengan cepat, “Nona Sierra hanya korban dalam kasus kali ini, asalkan kita segera menandatangani kontrak dengan Inggar, tunggu hingga ia klarifikasi, maka para fans akan berhenti dengan sendirinya.”

Setelah ia selesai menjelaskan, senyuman diwajahnya sedikit berubah, ada rasa nyeri yang perlahan mengusik hatinya.

William sama sekali tidak merasakannya, setelah mempertimbangkan ulang, ia merasa ide Jeanne ini bisa digunakan.

“Semua ini aku bisa meminta orang untuk mengaturnya, hanya saja ganti rugi dari pihak keluarga Julian masih tetap sama, perusahaan tidak mungkin merugi menggantikan perusahaan lain.”

“Aku mengerti.”

Jeanne mengerti maksudnya, dia sendiri juga berniat memberi sedikit pelajaran kepada ayahnya, agar kelak tidak membuat masalah seperti ini lagi.

Oleh karena itu ia tidak mencegahnya.

Bahkan setelah membicarakannya, ia tidak lagi membahas tentang masalah perusahaan ayahnya, lalu ia mengurus makanan untuk William.

“Kamu cepat makan, kalau tidak nanti semua sayurannya dingin.”

Dia berkata sambil mengambilkan nasi untuk William.

William menerimanya sambil bertanya padanya, “Kamu sudah makan?”

“Uhm.. Kamu makanlah, nanti aku makan di rumah.”

William menatapnya, mengembalikan nasi yang tadi diberikannya, “Jika belum makan, makanlah bersama.”

Setelah ia mengatakannya, ia langsung mengambil nasi untuk dirinya sendiri, mulai makan.

Jeanne terpaku melihatnya, adalah getaran dalam hatinya yang sulit diungkapkan, namun dengan cepat ia kembali seperti biasa.

Dia tidak lupa perhatian yang diberikan oleh William kepada Sierra tadi.

Mungkin hanya perhatian kepada teman, namun entah kenapa ia mempedulikannya.

Teapt saat ia sedang melamun, di piringnya tiba-tiba muncul sayur dan lauk.

“Kenapa melamun? Apakah hanya dengan memandangku bisa membuatmu kenyang?”

William menggodanya, membuat Jeanne merasa malu tidak terhingga.

“Siapa yang melihatmu!”

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu