Wanita Pengganti Idaman William - Bab 449 Hanya Bergantung Padamu

William menyuruh Hans untuk pergi kerja, dan dia sendiri dengan fokus membaca data yang didapatkan.

Tidak tahu melihat berapa lama, dia seperti ada ide, mengeluarkan ponsel dan menelepon.

"Nathan."

Karena beberapa lama tidak berbicara, suaranya sedikit serak, membuat Nathan yang mendengarkannya terkejut.

"William, kamu kambuh ?"

Dia memegang erat ponsel bertanya.

William mendengar suara perhatiannya, ekspresinya wajahnya melembut.

Teman kurang lebih seperti ini.

"Tidak, tadi tenggorokan sedikit kering, lupa minum air."

"Ha, mengejutkanku, kalau kamu kambuh, aku sekarang jauh, aku tidak bisa membantumu, hanya bisa bergantung pada istrimu."

Dokter Nathan menghembuskan nafas, tidak tahan tertawa.

William mendengar perkataannya, matanya sangat perih, karena teringat Jeanne.

"Iya, ada dia, tidak akan ada masalah."

Dia berbisik, suara lembutnya membuat Nathan tidak tahan.

"Sebentar, sebentar, jangan bermesraan denganku yang single ini, katakan, karena kamu tidak kambuh, kenapa mencari aku ?"

William mendengar perkataan bodohnya, tertawa ringan, dan berbalik mengatakan hal yang sebenarnya.

"Aku ingat kamu punya banyak teman di negara V, ingin meminta tolong padamu meneliti satu perusahaan."

"Perusahan apa ?"

Tatapan William yang dalam, tapi dengan bibir yang ringan mengatakan : "Grup Yansen, aku ingin tahu pengurus dibelakang mereka siapa."

"Apa, Kamu kenapa ingin meneliti perusahaan ini ?"

William mengangkat alis, "Mendengarmu berkata seperti ini, kamu mengerti perusahaan ini ?"

Nathan berpikir sesaat, membalas : "Bilang mengerti semuanya itu tidak mungkin, tapi kebetulan tahu sedikit."

"Bisa membicarakannya ?"

William lanjut bertanya.

Nathan dengan tidak peduli tertawa : "Bukan tidak bisa, hanya perlu meneliti dengan dalam, pasti akan mendapatkan informasi."

Dia berkata, sesaat kemudian baru mengatakan informasi yang dia tahu.

"Semenjak Yansen mengganti pengurus, tidak sederhana, terutama latar belakang pengurus ini, sedikit rumit, sebagaimana rumit aku tidak jelas, tapi kalau sebagai musuh, aku menasehatimu untuk berhati - hati, tapi kalau bekerja sama dengannya, juga boleh, tapi kalau bisa jangan berhubungan terlalu dalam, intinya kamu berpikir - pikir dengan baik."

Setelah William selesai mendengar, hatinya tidak bisa digambarkan dengan terkejut lagi.

Bahkan Nathan melarangnya, kekuatan dibalik Yansen ini bukan rumit yang biasa.

Dia disini masih banyak masalah yang berantakan, sama sekali tidak cocok bekrja sama dengan perusahaan seperti ini.

Sesaat kemudian, hatinya ada sebuah keputusan.

Dia berkeputusan saat ini untuk tidak membahas masalah ini.

Malam itu, William juga memberitahu pemikirannya kepada Jeanne.

"Saat ini perusahaan sedang ada restrukturisasi, perusahaan Yansen untuk saat ini tidak dibahas."

Jeanne sama sekali tidak peduli, dia hanya menyampaikan saja, dan juga dia lebih percaya dengan William.

Dia bilang tidak membahas, pasti menemukan masalah yang tidak benar.

Dengan begini, Jeanne menyampingkan masalah ini.

Dan tidak tahu Julian sedang mendengar kabar dari mereka.

Hari ini, Jessy melihat - lihat waktu kurang lebih sudah sampai waktunya, menyuruh orang menghubungi Julian.

"Ayah, Jeanne ini sebenarnya ada rencana tidak ? Kenapa aku yang disini belum menerima kabar apapun ?"

Julian terkejut : "Kenapa, keluarga Sunarya sampai sekarang belum menghubungi kalian ?"

Jessy dengan tidak suka menjawab :"Tidak ada."

Julian mengerutkan alisnya, "Aku yang disini Jeanne juga tidak menghubungiku..."

Perkataannya belum selesai, sudah dipotong oleh Jessy.

"Ayah, dia tidak menghubungimu, kamu kenapa tidak mengejarnya, tidak tahu masalah aku disini sangat mendesak ?"

Dia dengan nada yang sangat tidak suka menyampaikan : "Kalau saja masalah aku ditunda, kamu ingin aku bagaimana menyampaikannya ?"

Julian mendengar kata kasarnya, juga tidak peduli, sebenarnya juga takut dengan orang itu.

Meskipun putrinya dan pria itu sekarang berkembang dengan baik, bahkan mempunyai anak, tapi jika benar - benar memberinya masalahnya, ketika amarahnya bangkit, dia tidak berani membayangkannya.

"Aku mengerti, aku akan meneleponnya mengejarnya."

Selesai mengatakan, langsung menutup telepon dan menelepon Jeanne.

"Sebelumnya masalah yang suruh kamu sampaikan ke William, sudah bilang ?"

Sesaat setelah telepon tersambung, dia tanpa banyak tanya, langsung bertanya.

Jeanne tertegun, lalu membalas masalah yang dikatakannya.

"Aku sudah memberitahunya, tapi dia bilang tidak dibahas untuk saat ini, jadi sebaiknya kamu pikir cara lain."

Setelah mengatakannya, dia langsung menutup telepon.

Julian melihat telepon yang langsung ditutup, ekspresi mukanya menjadi muram.

Sesaat kemudian dia langsung mengambil kunci diatas meja dan pergi ke kediaman Gunarta..

Jessy yang mengetahui dia datang, sedikit terkejut.

"Ayah, untuk apa datang kesini ?"

Dia dengan hati - hati duduk sofa, bersamaan menyambut Julian.

"Tadi aku menghubungi Jeanne, keluarga Sunarya sama sekali tidak berencana bekerja sama dengan kita."

Julian mengatakan alasannya, nadanya sangat kesal, membuat Jessy dapat mendengarnya.

"Apa lagi yang dikatakan wanita itu, membuatmu semarah ini ?"

Dia mengerutkan alis bertanya.

Julian dengan dingin menggeram, "Tidak mengatakan apa lagi, tapi wanita ini makin lama makin tidak bisa diatur."

Setelah Jessy mendengarnya, dengan ekspresi yang dalam mengatakan : "Ada masalah apa ?"

Julian mengatakan konfliknya dengan Jeanne selama ini, dan juga masalah tadi dia menutup telepon.

"Jalang ini selalu mengkhianati kita, masalah kali ini, dia hanya terlihat mengikuti kita saja, membahasnya dengan William, pasti tidak sungguh-sungguh membantu kita bicara."

Setelah Jessy mendengarnya, ekspresi mukanya dingin seperti es, "Ayah, berikan ponsel padaku, aku akan mengatakan sendiri kepadanya !

Julian tidak ragu - tagu, langsung memberikan ponselnya kepada Jessy.

Keluarga Sunarya, setelah Jeanne menutup telepon hatinya merasa sedikit tidak nyaman.

Dia ingin menggunakan pekerjaannya untuk menenangkan perasaannya, beberapa saat kemudian, ponsel disampingnya berdering lagi.

Nomor orang asing, awalnya dia sama sekali tidak berencana mengangkatnya, langsung menekan tolak.

Siapa tahu nomor tetap menelepon kembali.

Tidak ada cara lain, Jeanne hanya bisa mengangkatnya.

Dia belum bersuara bertanya, dari telepon tersebut keluar cacian dingin.

"Jeanne, kamu sangat berani, bahkan beraninya menutup teleponku."

Jeanne dapat mengenal suara Jessy, matanya mengkilap terkejut, tapi mendengarnya berbicara dengan nada tidak baik, dengan ekspresi yang dalam dan suara yang dingin berkata, "Ada masalah apa ?"

Jessy yang mendengar perkataan itu, menyampingkan caciannya, mengatakan hal yang sebenarnya : "Aku tidak peduli kamu dengan cara apapun membujuk William, Grup Sunarya harus bekerja sama dengan Grup Yansen."

Sekujur tubuh Jeanne tertegun, dia tidak tahu masalah dibalik ini adalah manipulasi Jessy.

Dia berpikir, hatinya mulai muncul banyak perasaan tidak yakin.

Bukannya Jessy berada di luar negeri ? Dia kenapa ingin menggunakan perusahaan ini ? dan juga mau bekerja sama dengan perusahaan Sunarya.

Disaat dia tertegun, dari telepon keluar lagi suara ancaman Jessy.

"Aku harap kamu cepat urus masalah ini, kalau tidak jangan salahkan aku mengingkari janji, dan membuang ibumu keluar dari rumah sakit !"

Jeanne kembali ke kesadarannya, marah sampai tubuhnya bergetar.

Mereka memang ayah dan anak, ancamannya sama persis !

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu