Wanita Pengganti Idaman William - Bab 29 Jangan Menguji Kesabaranku

Bab 29 Jangan Menguji Kesabaranku
Jeanne tertawa dengan lemah dan berkata, “sudah biasa aku tak apa, tahan 2 hari saja bisa kok.”

“mana bisa begini, kamu tunggu dulu!” William mengusap-usap kepala Jeanne mencoba menenangkannya, kemudian langsung turun. Di bawah selain 2 orang pembantu yang berjaga malam, orang lain sudah tidur semua.
Mendengar suara pergerakan kedua orang pembantu itu buru-buru bangkit berdiri, “tuan muda!”
“tak apa, kalian istirahat saja.” William mengambil obat pereda rasa sakit dari kotak obat karena kepikiran tentang hal ini ia berbalik dan memasak semangkuk air gula merah di dapur kecil.
Melihat William membawa nampan ke lantai dua, kedua pelayan saling bertatapan mata, nampak tidak percaya.
Apa yang akan Tuan muda lakukan di tengah malam seperti ini? Air gula merah? Apakah ia memasak untuk Nona muda? Gosip yang berkoar seakan berkecamuk di mata dua pelayan.
Apalagi, William, di mata mereka, sudah seperti Dewa, ternyata ia bisa juga melakukan hal seperti memasak gula merah untuk perempuan.
"Minumlah air gula merah ini." William menaruh nampannya ke samping dan menyerahkan mangkuk kepada Jeanne. Jeanne mengambil seteguk kecil minuman, perasaan hangat, sedikit demi sedikit masuk dari perutnya, dan mulai menyebar ke bawah, mendadak Jeanne merasa jauh lebih nyaman.
"Terima kasih!”
William mencentangkan lidah, "buat apa sungkan denganku“. Suaranya seperti magnetik, tapi sangat meyakinkan.
Jeanne merasa hangat dalam hatinya, dan meminumnya sampai habis sebelum dia akhirnya tidur.
Keesokan harinya, Jeanne tidur lagi sampai jam 3 sore hari itu. Pada saat ia bangun, William sudah pergi. Dia adalah orang yang sangat serius terhadap pekerjaannya, bahkan jika tidur di malamnya tidak nyenyak ia akan tetap pergi bekerja seperti biasa.
Jeanne melihat tempat ia tidur kemarin dan memori malam kemarin masih ada di sana.
Seorang pria seperti dia ternyata bisa juga perhatian. Setelah menggosok perutnya, Jeanne perlahan mulai bangun. Tapi karena dia selalu di tempat tidur, para pelayan di rumah besar itu tidak memiliki begitu banyak pekerjaan tambahan untuk dilakukan.
Karena itu rumah besar ini tampak jauh lebih menganggur daripada rumah besar yang lain.
Siti kemudian menemukan kesempatan dan menyelinap keluar. Baru-baru ini Alexa juga di rumah tak ada kerjaan, melihat Siti datang, membiarkan orang memimpinnya masuk.

"Katakanlah, apa yang terjadi saat ini?" Sudah beberapa kali tidak ada kabar baik suasana hati Alexa tidak begitu bagus. Siti berkata, "Aku mendengar kata ibu Wang kemarin Nona muda datang bulan, Tuan muda secara khusus merebus air gula merah untuk nona muda. Semua orang kembali membicarakan kalau Tuan muda sepertinya suka pada Nona muda.“
selesai bicara Siti bahkan khawatir juga untuk Alexa, di mata Siti nona Alexa dan tuan muda itu pasangan pria tampan dan wanita cantik yang cocok.
Siti sambil bicara, sambil melihat dan mengira-ngira raut wajah Alexa, sesuai dugaan ekspresinya sedikit demi sedikit semakin murung.
“apa katamu? Tanpa disangka ia malah merebus minuman semacam itu untuk wanita rendahan itu? Alexa menggertakkan giginya, “itu si Jessy apaan sih?”
Prang! sebuah mangkuk porselin, dilempar Alexa ke lantai. Itu sup penutrisi yang baru saja dibuatkan khusus oleh pembantu untuk Alexa, sekaligus membersihkan seluruh karpet. Tapi malah tak ada orang yang berani masuk. Amarah di dadanya membara, Siti sangat terkejut, sepasang matanya yang besar terus berputar-putar.
“nona Alexa, sebenarnya anda juga tak perlu marah, menurutku ini hal yang paling tidak masih bagus,” baru bicara setengah, Siti sudah berhadap-hadapan dengan wajah Alexa yang sudah seperti mau makan orang, kata-katanya juga jadi terhenti, hanya bisa bersikeras berkata, “ini berarti jelas kalau ia belum hamil!”
Mendengar Siti bicara seperti itu ekspresi wajah Alexa baru membaik sedikit, tapi perasaaannya masih belum plong.
“Sudahlah, beberapa hari ini perhatikan ia baik-baik, jangan sampai kelewatan detil sekecil apapun.” ia tak percaya Jessy akan terus beruntung seperti ini.
Waktu berlalu dengan sangat cepat, dalam sekejap mata seminggu sudah mau berlalu. Beberapa hari ini Jeanne terjerat dalam pikirannya, masalah yang Julian serahkan padanya, di dalam hatinya ia sudah seperti panekuk, kedua sisinya terbakar.
“nona muda telepon anda berdering.” seorang pembantu mengingatkan Jeanne dengan sangat hati-hati.
Teleponnya sudah cukup lama berdering, namun ia lihat nona muda yang terus-terusan bengong, ia kira nona muda tidak mendengarnya.
“oh, baiklah.” Jeanne menjawab, teleponnya dari Julian, Jeanne sebenarnya tidak terlalu ingin menjawab, tapi mau tak mau harus menjawab, ia mengulurkan tangannya dan memencet tombol terima telepon.
Suara dari telepon itu agak menusuk telinga, “dengar-dengar perusahaan baru William sudah akan segera jadi, sebenarnya kamu sudah bilang belum padanya masalah aku mau ikut memegang saham di sana?” bisa terdengar kalau Julian sangat buru-buru, tapi Jeanne mana enak memberitahunya.
“masih belum.” Jeanne mengambul nafas dalam-dalam.
Julian menganggap Jeanne apa coba. Apa kalau Jeanne bicara sesuatu, William akan mendengarnya? “cepat sedikit dong, kalau tidak jangan harap kamu bisa bertemu dengan mamamu lagi.” suara Julian terdengar agak tak sabaran, “dari awal aku sudah kasih tahu kamu, tanpa aku sangka kamu terus undur sampai sekarang. Jeanne, jangan menguji kesabaranku.”
Teleponnya lagi-lagi dimatikan secara kasar, Julian tanpa disangka bahkan marah-marah padanya. Jeanne marah sampai badannya bergetar, tapi ia malah juga tidak punya cara lain.
Para pembantu di sekitar yang sedang sibuk bekerja berhenti dan melihat ke arah Jeanne, tapi tak ada seorangpun yang berani mendekat dan bertanya langsung......
Malam semakin larut, Jeanne sudah selesai mandi, William malah belum pulang. Kepikiran kata-kata Julian siang tadi, Jeanne tidak bisa menahan diri diam dan akhirnya berjalan-jalan di dalam kamar.

Jeanne sih tak apa, tapi pengobatan mama sama sekali tak boleh berhenti. Ini malah membuat Jeanne tidak kepikiran jalan keluar yang baik, malah semakin resah.
Ada suara cklek, pintu terbuka dari luar, Williampun masuk ke kamar. Melihat Jeanne berjalan mendekat dan belum tidur, William malah jadi agak kaget. Setiap hari ia sibuk bekerja, dan setiap ia pulang, biasanya Jeanne sudah tertidur pulas. Tapi hari ini lihat Jeanne, sepertinya ada suatu pikiran.
“kenapa belum tidur?” William sambil mengganti baju, sambil bersiap masuk ke kamar mandi.
“tunggu sebentar.” melihat William yang berbalik badan, Jeanne ragu-ragu sesaat sebelum berkata,“ada yang mau aku omongin sama kamu.”
“apa yang mau kamu omongin?” William berbalik dan melihat ke arah Jeanne, badan William masih terlihat capek seharian bekerja, tetapi sepasang matanya malah hitam bersinar, seperti kolam yang sangat dalam dan mampu menenggelamkan orang.
”aku bersedia jadi desainer di perusahaan kamu.” setelah memikirkannya hampir seharian, Jeanne akhirnya melontarkan kata-katanya.
Bibir William agak naik, dengan lekukan senyuman yang sulit dideteksi orang lain, “kalau begitu perusahaanku sangat menerimamu, kalau kamu ada permintaan apa bisa bilang langsung padaku.” kata William.
“sebenarnya memang ada satu hal.” Jeanne berkata, dia agak tidak enak, William malah merasa itu sesuatu yang sudah pasti, bertanya, “apa itu? Bilang saja langsung padaku!” perusahaan sering juga menrekrut beberapa pekerja yang sangat berkemampuan, orang-orang itu juga biasanya akan memberitahu William syarat-syarat mereka.
Jeanne punya kemampuan sehebat apa, menurut William kalau Jeanne minta permintaan juga masuk akal. Apalagi perusahaannya baru berdiri, cuma pekerja saja, tidak ada ruginya.
“soal perusahaan……perusahaan itu boleh tidak papaku ikut memegang sahamnya.” demi mamanya, Jeanne mengumpulkan keberaniannya untuk bicara, pandangannya bertatapan dengan William

Novel Terkait

Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu