Wanita Pengganti Idaman William - Bab 167 Tidak Bisa Hamil

Bab 167 Tidak Bisa Hamil

Julian melihat nama di panggilan masuk, wajah yang awalnya cemberut seketika melembut dan menjadi sangat penuh kasih.

“Putriku sayang, akhirnya kamu ingat untuk menelepon ayah.”

Benar, yang menelepon adalah Jessy yang sebenarnya.

Dari sikapnya sudah terlihat jelas perbedaan sikap Julian terhadap kedua putrinya.

“Huh, jika aku masih tidak menghubungimu, apakah kamu akan menyerahkan perusahaan ke tangan orang lain?”

Jessy bertanya dengan angkuh dari balik telepon.

“Bagaimana mungkin?”

Julian menjawab seolah dirinya merupakan budak putrinya.

“Sayang, apakah kamu mendengar gosip tidak jelas diluar sana, bagaimana ayah memberikan milikmu kepada orang lain secara sembarangan.”

Jessy berseru dengan nada dingin, “Masih mengatakan tidak, aku mendengar beberapa proyek perusahaan direbut oleh perusahaan milik Sunarya, dan ini juga merupakan ide dari Jeanne si wanita jalang itu.”

Dia berkata dengan wajah marah, “Ayah, bagaimana bisa kamu membiarkan wanita itu melakukan hal seperti ini!”

Julian mendengar ucapannya, sudah mengerti kasus yang dimaksud Jessy yang mana.

“Anakku sayang, kamu tenang dulu, dengarkan penjelasan ayah dulu, ok?”

Dia menenangkan dengan kesabaran super besar.

Jika yang diajak bicara adalah Jeanne, mungkin akan mengira Julian sedang kesurupan.

Jessy diseberang sana berhasil dibujuk olehnya walaupun masih terlihat kesal, ia berkata dengan dingin, “Baiklah, aku berikan ayah kesempatan untuk menjelaskan, apa yang sebenarnya terjadi?”

Melihat situasi ini, ia segera menceritakan tentang keadaan terbaru perusahaan.

Tentu saja tidak lupa untuk menjatuhkan Jeanne.

“Tetap saja salah wanita itu yang tidak bisa membela perusahaan kita, tidak mampu membujuk William.”

Dia berkata sampai sini terhenti sejenak, seperti teringat sesuatu, berkata sambil tersenyum, “Meskipun perusahaan mengalami kerugian, namun aku juga bukan orang yang sebodoh itu, proyek yang aku serahkan adalah proyek yang sudah tidak menghasilkan apapun dan sulit berkembang, tidak termasuk merugi kalo dari kita, yang terpenting adalah menjaga kestabilan sekarang, setelah kamu kembali, semuanya tetap milikmu, termasuk William, satupun tidak akan ada yang tertinggal.”

Mendengar ini, Jessy mengerti maksudnya.

Namun perasaannya tetap merasa kurang nyaman, namun ia tidak mengatakan apapun, mengalihkan pembicaraan membicarakan kondisi terbaru.

Sementara Jeanne sama sekali tidak tahu Jessy menelepon Julian.

Setelah ia beristirahat sejenak ia kembali bekerja.

Malamnya William pulang, mengetahui Jeanne dan ibunya pergi melakukan pemeriksaan ke rumah sakit, bertanya secara asal.

“Bagaimana hasil pemeriksaannya?”

Jeanne terhenti sejenak, lalu menjawab, “Belum jelas, besok hasilnya baru akan keluar.”

William mengangguk tanpa mengatakan apapun.

Setelah keduanya selesai makan, satunya pergi menggambar desain, satunya lagi masuk ruang kerja menyelesaikan pekerjaan.

Keesokan harinya, keduanya baru saja bangun, nyonya Thea sudah mengutus bibi Wang datang.

“Tuan muda, nyonya muda, nyonya mengundang anda untuk sarapan kerumah utama.”

William mengangkat alis, baru akan bertanya, bibi Wang seolah sudah bisa membaca pikirannya dan melanjutkan, “Nyonya mengatakan kalau kakek anda juga ada, ia berharap tuan muda dan nyonya muda jangan membuat orang tua menunggu terlalu lama.”

Ia hanya bisa menelan kembali pertanyaannya tanpa berdaya, “Aku mengerti, sebentar lagi kami kesana.”

Bibi Wang mendapat jawaban, mengangguk lagu pergi.

Setelah kepergiannya, Jeanne melihat kearah William, ia merasa mertuanya memintanya kesana pasti akan ada hal buruk yang terjadi.

“Menurutmu mama meminta kita kesana ada apa?”

Dia bertanya dengan penasaran, William menggeleng.

“Tidak tahu, kita akan tahu saat kesana, ayo, jangan membuat kakek menunggu kita terlalu lama.”

Jeanne hanya bisa menurut dan mengikutinya.

Tidak berapa lama, mereka tiba di rumah utama, lalu mendapati semuanya sudah duduk di ruang tamu.

Kakek David melihat keduanya tiba, mengkerutkan alis melihat kearah nyonya Thea, bertanya dengan ekspresi heran, “Thea, kamu meminta kami semua berkumpul sepagi ini, apakah ada hal ingin disampaikan?”

Nyonya Thea mendengar pertanyaan ini, melemparkan pandangan kearah Jeanne.

Jeanne menyadari tatapan yang ditujukan padanya, ia merasa masalah ini pasti berhubungan dengannya.

Ketika ia sedang menerka masalah apa, nyonya Thea tiba-tiba berkata dengan nada tegas, “Pa, dua hari yang lalu aku mengatakan Jessy pergi periksa dokter, kemarin kami sudah pergi, dan hasil pemeriksaannya sudah keluar hari ini, namun karena hasilnya ini aku mau tidak mau harus memanggil kalian semua kemari.”

Bersamaan dengan ucapannya, ekspresi semua orang menjadi tegang.

Ekspresi wajah Kakek David dan William sama tegangnya, hanya tante Marina yang terlihat senang.

Namun ia tidak mengatakan apapun, hanya duduk manis di sofa menanti tontonan seru.

Malah Jeanne mendengar berita ini merasa lega.

Karena ia sudah tahu hal apa yang ingin dibicarakan oleh mertuanya.

Mengingat hal ini, ia kembali tegang dan tidak tenang.

“Apakah ada masalah?”

Melihat wajah cemasnya, nyonya Thea terlihat senang, namun dengan cepat ekspresi itu ia sembunyikan.

Dia tidak memperdulikan pertanyaan Jeanne, melainkan meletakkan hasil lab di atas meja, berkata dengan gagah, “Untung aku meminta temanku untuk memeriksa sekali lagi, kalu tidak masalah ini berhubungan dengan garis keturunan keluarga kita, aku tidak sanggup menanggungnya!”

Dia berkata sambil melemparkan tatapan tajam kearah Jeanne, lalu berkata kepada Kakek David, “Pa, ini adalah hasil lab yang dikirimkan hari ini, anda lihatlah.”

Kakek David mendengar ucapannya, melihat kearah Jeanne dan William namun tidak bergeming.

William mengambil hasil tes dan membacanya.

Semua serempak melihat kearahnya kecuali Jeanne.

Ia sudah bisa menerka isi hasil tes tersebut, paling-paling hasilnya ia tidak bisa hamil.

Namun ini tidak mempengaruhinya, meskipun mertuanya bersikeras mengatakan ia tidak bisa hamil, dia tahu pihak ayahnya pasti akan sanggup membuktikan kalau ia bisa hamil.

Meskipun demikian, ia tetap berpura-pura tegang, menunggu nyonya Thea mempersulitnya.

Siapa tahu, nyonya Thea belum mempersulitnya, malah suara William sudah terdengar terlebih dahulu.

“Ma, apakah kamu tidak salah, hasil testnya sangat normal dan sehat, tidak ada masalah.”

Dia berkata sambil terheran menatap nyonya Thea

“Bagaimana mungkin?”

Nyonya Thea berkata dengan nada tidak percaya.

Bahkan tante Marina yang berencana datang untuk menonton saja membeku disana.

Kakek David melihat ada yang salah dengan reaksinya, meminta William memberikan hasil lab kepadanya.

“Memang benar tidak ada masalah, Thea, apakah kamu salah lihat?”

Kakek David dan William memastikan kembali sambil melihat kearah nyonya Thea.

Nyonya Thea tidak percaya, ia merebut amplop hasil lab dan membacanya sekali lagi.

“Kenapa bisa seperti ini?”

Dia melihat hasil lab yang menunjukkan Jeanne sehat seketika membatu disana.

Begitu ia tersadar, wajahnya terlihat kesal.

Semua orang yang melihat ekspresinya merasa sikapnya tidak masuk diakal.

“Thea, sebenarnya ada apa?”

Kakek David kembali menanyakan.

Mendengar perkataan ini, ia teringat ucapannya sendiri, berkata dengan wajah datar, “Mungkin aku yang salah baca.”

Dia berkata seolah ingin menekan masalah ini, namun Jeanne tidak ingin melepaskannya semudah ini.

Dia berpura-pura perhatian, “Ma, ada apa? Kenapa mama terlihat tidak begitu senang?”

Nyonya Thea mendengar ucapannya, giginya menggertak, namun karena ada mertuanya disini, ia hanya bisa memaksakan senyuman seolah tidak terjadi apapun.

Novel Terkait

Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu