Lelah Terhadap Cinta Ini - Bab 25 Presiden, Apakah nyaman begini?

Ketika Jasmine tiba di Perusahaan Astra Abadi, setelah bertanya di meja depan, ia mengetahui bahwa Michael sudah ada di kantor. Dia memasuki lift dan langsung berlari menuju kantor presiden.

Mengenakan sepatu hak tinggi, saat dia hampir sampai ke kantor presiden, asisten Ines dari belakang dengan cepat menghentikannya, "Wakil presiden Lo ..."

Langkah Jasmine terhenti terkejut langsung menoleh, "Ya? Ada apa?"

Ines mengkerutkan alisnya, ekspresinya terlihat berat, ia tidak berani mengatakan apa-apa.

"Katakan saja," Jasmine menarik napas dan memegang tas tangannya dan berdiri di sana.

“Wakil presiden Lo, Presiden Fu sedang ada di dalam kantor ... Apa anda mau menunggu diluar sebentar baru masuk ?” Kata Ines sambil menghadang jalannya secara halus.

Perusahaan yang lain tidak berani menanggapi Jasmine, tetapi dia tidak tega melihat Jasmine memasuki kantor dan melihat suaminya dengan wanita lain sedang bersama, merasa sedih dan bersalah.

Menyadari maksud dari Ines, Jasmine kurang lebih sudah mengerti, dia memutar badan, berjalan ke pintu kantor, dan meletakkan tangannya di pegangan pintu.

"Presiden, apa kamu tak apa begini? Ah ... presiden, pelan-pelan ..."

"Presiden ... aku masih ingin ..."

Jasmine mengkerutkan alisnya, dia pikir dia bisa terbiasa ini, tetapi perasaan sakit hati masih memberitahunya bahwa dia cemburu dan tak bisa menerima itu.

Ya, tapi dia adalah istrinya.

Dia tidak bisa mundur, ia juga tak bisa membiarkannya.

Pintu terbuka, terlihat seorang pria duduk di kursi ekskutif.

Lalu , "Ah ..." terdengar suara wanita yang berteriak, terlihat wajah wanita panik keluar dari meja. "Presiden ..."

Dia berlutut di depan kursi eksekutif Michael, wajahnya menghadap celana panjang pria itu, meskipun dia dihalangi oleh meja eksekutif, Jasmine juga sudah dapat menebak apa yang telah mereka lakukan disana.

“Michael, aku mencarimu,” tangan Jasmine bertumpu pada gagang pintu, itu menyakiti hatinya.

"Presiden ... Dia tidak tau sopan santun, telah mengganggu kita ..." Dia yang berada di sebelah kaki Michael adalah asisten presiden, Clara Shen. Dia tanpa sadar menggosok mulutnya, perlahan bangkit dan bergegas untuk merapihkan pakaiannya yang berantakan.

Jasmine menaikkan matanya, terlihat kancing di kemeja wanita itu telah copot dan terbuka,bahkan pakaian dalamnya juga terbuka. Saat itu, ia langsung menkaitkan pakaian dalamnya dari belakang.

"Apakah saya tidak sopan? Asisten Shen, Kau yang masih menjadi istri keempat orang lain, masih berani untuk berbicara ." Jasmine memilik perlawanan yang ampuh, kemarin sudah ada Jenny, dan sekarang datang Clara Shen.

"Kau!" Clara mengerutkan wajah kecil, membuka kancing kemejanya, dengan lembut bersandar pada bahu Michael, tangannya menghelus leher pria itu, sangat dekat, "Presiden ... Lihat, Wakil Presiden Luo disini menghalangi ku, menyebalkan... "

Melihat wanita lain itu di depan wajahnya, dengan sangat manja pada suaminya, wajah Jasmine dipenuhi dengan rasa jijik.

"Kamu tidak puas? Oke, aku akan memberikan kompensasi kepadamu di malam hari, bagaimana?" Michael mengangkat alisnya dan menekankan dua kata kompensasi. Dia mengulurkan tangannya dan meremas pinggul Clara. Wanita itu terengah.

Alis Jasmine berkerut, jantung menegang, pandangannya sekilas tak sengaja tertuju pada termos yang berisi air panas yang ada di sebelah dispenser, ia pun berjalan mengambil termos itu, lalu berjalan menuju Clara.

"Karena di jam kerja asisten Clara masih belum sadar, aku hanya bisa membantumu, membuatmu sadar." Selesai ia berbicara, salah satu tangan Jasmine diangkat,membuka termosnya dan menuangkannya di tubuh Clara

"Ah ... ah ... panas ..." Air mendidih itu dituangkan di atas kepala Clara, kepalanya, wajahnya semua basah, pakaiannya juga basah, wanita itu teriak kesakitan.

“Masih tidak mau keluar, apa kau masih ingin kusiram sekali lagi?” Jasmine menatapnya, dengan sengaja mengangkat botol air panas di tangannya, mengancam.

Clara merasa kesal menggigit bibirnya, melihat Michael untuk memintanya bantuan. Namun, Michael sedikitpun tidak ada pikiran untuk membantunya. Dia hanya bisa menahan rasa kesal dan sakitnya, lalu dengan cepat ia keluar.

Sebelum ia pergi, ia langsung menutup pintu kantor.

Kantor presiden menjadi sepi, hanya tersisa presiden pasangan suami istri.

Jasmine meletakkan termos nya kembali ke tempatnya, lalu dengan kesalnya, "Maaf, telah mengusir selingkuhan keempatmu."

Pria itu duduk di kursi eksekutif, sepasang tatapan tertuju padanya, melihat nya dengan mata kepala sendiri Jasmine yang tiba-tiba menuangkan air dan mengusir perempuannya.

Michael meringkuk bibirnya, "Jasmine, kau mengusir perempuanku, apa kau ingin menggantikan posisinya, denganku melakukannya di kantor? Um?"

Mata Michael yang kosong, menambahkan kalimat lain, "tadi ia melayaniku dengan sangat baik, apakah kau bisa?"

Otak Jasmine berkedut, mengingat perbuatan menjijikkan yang barusan dilakukan dua orang itu di dalam kantor ketika ia memasuki pintu!

"Michael, kamu ..." Dia bisa menegur keras selingkuhan nya, tetapi untuk Michael, dari lubuk hatinya ia takut, kagum.

Terlebih lagi, saat ini, dia juga memintanya untuk menyelamatkan kakaknya.

Dengan sabar, ia membuka mulutnya, "tapi aku bukan selingkuhan mu, mereka bisa melakukannya, aku tidak bisa."

"Oh!" Michael terkekeh, matanya mengejek, "Mereka selingkuhan, lalu kau menganggap dirimu siapa? Nyonya Fu? Apakah kau layak?"

Tidak peduli berapa banyak kesombongan Jasmine di depan Clara, tetapi di depan pria ini, dia tidak berharga, bisa dibilang pria ini dapat dengan mudah menempatkannya di lantai dasar neraka.

Tangan terus berputar di sisi tubuhnya, Jasmine terus menerus mengingatkan dirinya sendiri bahwa dia tidak boleh ribut dengan pria ini, kalau tidak, dia akan kehilangan itu.

“Michael.” Tiba-tiba untuk beberapa saat, dia perlahan membuka mulutnya dan meneriakkan namanya.

Pria di kursi itu tidak menjawabnya, matanya, menatapnya dengan tenang tak bergerak, menunggunya berbicara.

"Aku ..." Telapak tangan Jasmine tegang, seperti paku yang ditancapkan ke daging, mencoba mengatakannya dengan baik. "Kau, bisakah kau membantuku, membantu mengeluarkan abangku dari penjara?"

Dia memikirkan semua orang yang ia kenal. Dia tidak punya cara lain. Hanya Michael, hanya dia yang memiliki kekuatan itu.

Mendengarkan kata-kata itu, Michael tiba-tiba tersenyum, dan menatapnya lebih dalam. "Jasmine, kau datang mencariku, atau datang untuk memohon kepadaku?"

Jasmine menundukkan kepalanya menatap bagian atas sepatu kulitnya. Bibirnya bergerak, baru mengeluarkan sepatah kata.

"Kau mengusir wanitaku, lalu memberitahuku, kau ingin aku membantumu? Apa Ayah dan ibumu tidak mengajarimu bagaimana seharusnya meminta sesuatu kepada seseorang? " tangan Michael diletakkan di meja eksekutif, ekspresinya terlihat termenung.

Jasmine menundukkan kepalanya lebih rendah lagi, perasaan memalukan di dalam hatinya, membuatnya hampir takut untuk melihat ke atas dan melihat Michael. "Aku mohon, bantu aku kali ini."

"Oh, penampilanmu sekarang, tiba-tiba mengingatkanku pada kejadian tiga tahun lalu, orangtuamu berlutut di depanku, memohon menikahmu dan masuk keluarga Fu. Itu baru namanya meminta bantuan!"

Suara Michael dingin, dan setiap kata yang keluar dari mulutnya bagaikan palu yang menghantam jantung Jasmine.

“Jadi, apa kau juga ingin aku berlutut?” Bibir tipis Jasmine menegang. Kali ini, ia menaikkan kepalanya, kedua matanya, menatap Michael, mrngulurkan tangannya ke arah lantai.

“Tidak, aku hanya memberitahumu, bahkan kau berlutut pun, aku tidak akan membantumu.” Jawabnya kejam, wajahnya yang arogan, meremehkannya

“Dan, sebelum menyelamatkan orang lain, lebih baik kamu lihat situasi dulu, deadline program Perencanaan kita tinggal tersisa tiga hari. "

Ya, terakhir kali dia bertemu di rapat perusahaan, dia berjanji akan membuat program rencana yang baru untuk perusahaan dalam lima hari, berlomba dengan Jenny.

Namun, pada saat ini, masalah Jason membuatnya lebih parah.

"Jika kau tidak mau membantu, tidak usah bantu," Jasmine menjawab dengan keras kepala, lalu berbalik dan berjalan ke luar.

Pada saat akan keluar, kakinya berhenti dan mencibir. " Urusan ku sudah selesai, apa perlu saya panggil selingkuhanmu untuk balik, agar anda bisa melanjutkan. Aku takut telah menganggumu sampai setengah."

Setelah selesai berbicara, Jasmine cepat-cepat meninggalkan ruangan sebelum Michael marah.

Setelah ia meninggalkan kantor presiden, Jasmine bersandar di dinding dan menarik napas dalam-dalam, baru sadar, ia ketakutan sampai keningnya berkeringat.

Baru saja keluar, dia sadar sebenarnya ia baru saja memprovokasi Michael.

Beberapa menit kemudian, Jasmine kembali ke kantor, hendak memasuki pintu, dan melihat Jenny yang datang telat.

Jelas bahwa dia tadi melihat Jenny dan Michael sama- sama pergi dari rumah , bagaimana Jenny bisa baru sampai sekarang.

Jasmine berhenti, tetapi ketika dia melihat pakaian nya dipakai olehnya, ia pun malas meladeninya, ia mendorong pintu untuk masuk kembali ke kantor.

"Jasmine ...", tapi, Jenny masih memanggilnya.

“ada masalah apa?” Jasmine berbalik dan terlihat dingin.

"kau lihat, apakah baju yang kukenakan ini bagus? Michael terlalu berlebihan padaku hari ini, mengatakan bahwa tubuh ku sangat bagus, pakai apapun tetap terlihat cantik."alis Jenny naik turun, untuk mengejek Jasmine.

"Oh," Jasmine menanggapi dengan tenang lalu memasuki kantor dengan acuh tak acuh.

Jenny juga ingin masuk mengerjarnya, Jasmine menegetahuinya, langsung menutup pintu cepat-cepat.membuat hidungnya hampir tertabrak pintu.

"Jasmine!" teriak Jenny kesal. Dia tidak bisa menerima Jasmine yang tidak mempedulkannya. membuatnya malu dan kesal, membuatnya ingin merobek wajah palsu nya itu.

Setelah masuk ke kantor, Jasmine mengangkat tangannya dan menyeritkan alisnya, mulai menelpon, mencari seseorang untuk menyelidiki siapa orang yang memukul Jason.

Akhirnya, diketahui bahwa Jason dipukuli oleh putra bungsu pemilik Pelita harapan, Jacky He.

Karena Michael tidak mau membantu, dia hanya bisa memohon kepada Jacky.

Di dunia ini, seharusnya tidak ada yang lebih sulit dihadapi melebihi Michael.

Di sisi lain, ketika Michael keluar dari kantor presiden, dia melihat Jasmine membawa tas tangan dan bergegas keluar.

Pria itu awalnya bersiap untuk berjalan mengikuti. Namun, ponsel di tangannya tiba-tiba berdering. Dia menunduk melihat layar ponsel, ternyata dari rumah sakit.

Fiona -

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu