Lelah Terhadap Cinta Ini - Bab 29 Aku dan Michael saling mencintai

Jasmine tidak berani mempercayai apa yang perawat itu katakan, yang mengantarnya ke rumah sakit adalah Michael suaminya, menurutnya hal ini adalah suatu hal besar yang tidak mungkin, sekalipun ia tak berani untuk berimajinasi tentangnya.

Sebagaimana Michael membenci dirinya, Jasmine paling mengetahui jelas dari siapapun, seberapa bencinya Michael hingga ingin berharap dapat membebaskan dirinya Jasmine, Jasmine mana mungkin tidak mengetahuinya, jadi ia tidak berani untuk terlalu narsis menganggap Michael akan peduli padanya.

Tapi jika di pikir-pikir benar juga, Michael menganggap Jasmine bagaikan hewan peliharaan, saat tidak ada apa-apa menggodanya sesaat, atau hanya menganggap Jasmine seperti mainan, Michael selalu mendapatkan kesenangan dengan menyiksa Jasmine, dan lagi mana mungkin Michael dengan mudahnya melepaskan Jasmine membebaskannya begitu saja, karena itu ia dengan sendirinya menyelamatkan Jasmine saat itu.

Entah mengapa berpikir demikian, membuat hatinya sedikit lebih nyaman, setidaknya Jasmine tidak perlu memberi harapan yang terlalu banyak pada dirinya.

Kenyataan telah satu persatu memaksa dirinya, membuatnya mau tak mau melihat jelas, tidak menyimpan harapan lagi di dalam hatinya.

Perawat muda itu membantu Jasmine mengukur suhu tubuhnya, sambil tersenyum berkata, “Setelah beberapa botol obat diinjeksikan ke tubuhnya, panasnya benar saja menurun, saat pertama kau diantar ke rumah sakit, seluruh tubuhmu panas sehingga membuatmu seperti linglung.”

Jasmine membalas dengan senyuman, tidak mengeluarkan sepatah katapun.

Sepertinya ia tidak terlalu suka berbicara. Perawat itu berkata di dalam hatinya, sambil membereskan barang-barang perawat itu berpesan agar Jasmine istirahat dengan baik lalu ia pun meninggalkan kamar pasien.

Malah disaat ini, pintu kamar pasien terbuka, sesosok bayangan muncul di kamar pasien.

Jenny dengan wajah yang sedih memasuki kamar pasien, berjalan ke depan tempat tidur Jasmine, dengan khawatir bertanya, “Jasmine, adik perempuanku, bagaimana keadaanmu? Apa masih ada yang sakit? Pagi-pagi sekali aku menelpon Michael, dia berkata kau ada di rumah sakit, aku sungguh sangat khawatir.”

Jasmine sangat tidak ingin bertemu dengan yang disebut kakak perempuannya itu, bagaimana mungkin bisa ada orang seperti ini, jelas-jelas tahu dirinya dan Michael adalah sepasang suami istri, tapi masih saja terus menyebut-nyebut nama suaminya, atau ia mau terikat bersama dengan suaminya, dengan perkataan yang indah ia menyebutnya, mereka adalah cinta sejati, tapi bagaimana dengan dirinya?

Kemudian istri yang sahnya ini ia tempatkan di posisi seperti apa.

Melihat Jasmine membisu tidak berkata kata, Jenny dengan sengaja berlagak kasihan, kemudian ia berkata, “Jasmine, adik perempuanku, apakah kau sedang menyalahkanku, Jasmine, kau jangan menyalahkan aku ya, aku sungguh bukan disengaja.”

Memang benar, Jenny bukan disengaja, tidak sengaja merebut kasih sayang orangtuanya, tidak sengaja merebut Michael, terlebih lagi tidak sengaja merebut posisi wakil direktur itu.

Sungguh sangat lucu, tetapi jelas-jelas ia tahu semuanya, jelas-jelas ia begitu marah, tapi malah tak berdaya menanggapi Jenny , sebelumnya ia sudah menaklukan berbagai wanita yang mengelilingi Michael,tapi ia malah tak berdaya terhadap Jenny.

Apa yang bisa ia perbuat, apapun tidak bisa dilakukan, wanita-wanita yang dulu itu, Michael hanya bermain dengan mereka saja, tetapi Jenny, bagaimana ia sanggup dengan mudah menaklukannya

“Aku tidak apa-apa, kau tenang saja.” Jasmine hanya merasa sakit kepala, ia hanya berharap dapat tenang sedikit, menghadapi Jenny, perlu menghabiskan banyak tenaga.

Jenny tidak berencana semudah itu melepaskan Jasmine, ia seolah-olah tidak mengerti maksud Jasmine, dengan sibuk dan tergesa-gesa ia berbicara, “Jasmine, aku tau kau pasti sangat sedih, merasa aku bukan kakak yang baik, tapi aku tidak bisa melakukannya, aku dan Michael saling mencintai dengan sepenuh hati.”

Mereka saling mencintai dengan sepenuh hati, lalu bagaimana dengan Jasmine? Jasmine sangat ingin mengetahui jawabannya.

“Sudah jangan bicara lagi. Aku mau istirahat.” Jasmine berkata tanpa ekspresi, Jasmine takut jika ia melanjutkan pembicaraannya dengan Jenny, dirinya bisa meledak dan tidak bisa menahan emosi.

“Kalau begitu Jasmine kau beristirahatlah, pekerjaan di kantor lumayan banyak, aku dan Michael kembali dulu ke perusahaan.” Jenny berkata dengan lembut dan tersenyum tipis sesaat kepada Jasmine.

Tetapi hanya sindiran saja yang dirasakan Jasmine, Jenny datang ke rumah sakit bukan untuk melihat apakah kondisi Jasmine sudah membaik atau belum, sebenarnya Jenny ingin menunjukkan kekuasaan yang ia miliki, ataupun ia datang ke rumah sakit hanya ingin melihat kondisi Jasmine yang sedang malang, tapi sayangnya, Jasmine akan membuat Jenny kecewa.

Jasmine tidak mungkin hanya karena sedikit demam lalu terbaring di rumah sakit, terlebih lagi ia tidak mungkin mengabaikan sama sekali urusan perusahaan. Jenny menginginkan dengan begitu mudahnya menggantikan posisi Jasmine, itu tidak mungkin.

Beberapa tahun ini, Jasmine lah yang terus dengan berjerih payah mengatur departemen strategi, bagaimana mungkin ia dengan senang hati menyerahkan posisinya kepada Jenny. Walaupun Jenny adalah kakak perempuannya memang kenapa.

Pukul satu siang lebih Jasmine pun dirinya sudah mengurus proses keluar dari rumah sakit, dokter utama mengetahui Jasmine ingin keluar dari rumah sakit, terus tidak berhenti menasehatinya, bilang kepadanya ia sedikitpun tidak menyayangi tubuhnya.

Jasmine pun hanya tersenyum berterima kasih, tidak berkata apapun.

Setelah keluar dari rumah sakit, Jasmine awalnya ingin langsung naik taksi pergi ke perusahaan, tapi menyadari pakaian yang dikenakan di tubuhnya adalah pakaian rumah, ia tidak bisa muncul di perusahaan dengan penampilan seperti ini, sambil berencana pergi ke mall untuk membeli pakaian. Tapi sayangnya, ia tidak membawa dompet dan juga tidak membawa telepon genggamnya, apapun tidak bisa ia lakukan.

Benar-benar tidak menyangka dirinya bisa menjadi tertindas hingga seperti ini, sungguh membuatnya mau tidak mau menertawakan dirinya sendiri sesaat.

Sepanjang perjalanan menuju rumah Jasmine pulang dengan berjalan kaki, dari rumah sakit sampai ke rumah menghabiskan waktu kira-kira dua jam lebih, ketika sampai di pintu halaman rumah, ia merasa beruntung dirinya tidak memakai sepatu hak tinggi ataupun sandal, jika tidak kedua kakinya pasti sudah cacat tak berguna lagi.

Setelah masuk ke kamar, mandi seadanya, Jasmine mengganti pakaian bersih, juga berdandan yang menawan, seluruh tubuhnya langsung berubah menjadi lebih bersemangat, dia baru mengambil tas lalu mengendarai mobil dan pergi keluar.

Jasmine mengendarai mobil ke arah perusahaan, masih ada kurang lebih sepuluh menit lagi hingga sampai ke kantor, malahan Jasmine tiba-tiba mengangkat telepon dari Susan.

“Ma, ada apa?” tanya Jasmine.

Jasmine mengira Susan mendengar kabar dirinya dirawat di rumah sakit, jadi menelpon nya untuk menanyakan kondisinya, meskipun dari kecil hingga dewasa ibunya bersikap seolah tak peduli padanya, tetapi Jasmine masih saja berharap banyak.

Susan malah langsung berbicara, "Sebenarnya bagaimana sekarang? Hal yang kau janjikan, sekarang kondisinya seperti apa, apakah kau sudah mendapatkan empat belas miliarnya?”

Seketika hati Jasmine menjadi dingin, ia sungguh bodoh, mengira Susan akan menghibur dirinya. Kalau bukan karena ada masalah, Susan juga mungkin tidak akan menelepon dirinya.

Empat belas miliar, dimana dia bisa mendapatkan empat belas miliar. Karena empat belas miliar ini, Jasmine hampir dijebak Jacky, hampir saja dirinya dihancurkannya.

"Ma, empat belas miliar bukan angka yang sedikit, baru saja dua hari, mana mungkin seketika bisa langsung kudapatkan." Jasmine mencoba menjelaskan.

Tetapi Susan sama sekali tidak mendengarkan penjelasan apapun, Susan dengan marah berkata, "Jasmine, ini adalah uang untuk menyelamatkan kakak laki-lakimu, empat belas miliar, mana mungkin itu hal yang sulit untukmu, kau adalah Nyonya Fu, apakah kau masih tidak bisa mengeluarkan uang empat belas miliar? Atau kau sengaja ingin membiarkan kakakmu begitu saja tanpa menolongnya? Jasmine, kakakmu biasanya juga begitu menganggap penting dirimu, kau tidak berencana untuk membiarkannya begitu saja tanpa menolongnya kan?

“Ma, mana mungkin! Aku tidak akan begitu, tapi kau bisa tidak jangan panik? Aku akan memikirkan cara, aku berjanji padamu, aku akan mencari cara untuk mendapatkan empat belas miliar.”

Susan berkata, “Kuharap kau dapat membuktikan ucapanmu.”

Segera setelah itu, telepon langsung dimatikan.

Mendengar nada sibuk itu, Jasmine hanya merasa tidak ada tenaga.

Kepalanya seperti semakin lama semakin sakit, kemana ia harus pergi mencari pinjaman empat belas miliar.

Beberapa tahun ini, Susan sedikitnya mengambil uang beberapa miliar darinya, uang tabungan yang ia kumpulkan selama ia bekerja di perusahaan, seperti semuanya ditumpahkan ke kantong Susan, sekarang ia harus kemana memunculkan uang empat belas miliar itu. Tetapi ia pun tidak bisa mengabaikan permohonan Susan begitu saja.

Jasmine berpikir lama, mesin mobilnya sampai-sampai mati. Ia berulang-ulang melihat data kontak di telepon genggamnya, tetapi ia tidak tahu harus menelepon siapa.

Jarinya terus menyentuh nama Michael, di antara orang-orang itu hanya Michael saja yang dalam sekejap bisa mengeluarkan empat belas miliar, tapi tetap saja Michael tidak bisa membantunya.

Bagaimana kalau sekali lagi ia tebalkan mukanya dan memohon kepada Michael? Siapa tahu Michael menganggukan kepalanya dan berjanji, tidak ada yang tahu juga.

Jasmine berpikir lama, ia kemudian menelepon Michael. Tetapi nada sambung sudah berbunyi lama, tetap tidak ada orang yang mengangkatnya.

Jasmine mengerutkan alisnya, jelas-jelas Jenny bilang Michael sudah kembali ke perusahaan, bagaimana bisa ia tidak mendengar teleponnya berdering, apakah karena Michael melihat muncul di layarnya telepon darinya, jadi ia sengaja tak mengangkat teleponnya?

Hanya ada penjelasan ini saja, Michael benar-benar membenci Jasmine, bahkan teleponya pun ia tak mau mengangkatnya. Kelihatannya Jasmine harus langsung pergi mencarinya ke perusahaan baru berguna.

Tetapi siapa yang tahu Michael langsung menelepon balik, membuat Jasmine sangat terkejut, ia takut Michael mematikan teleponnya, ia dengan sibuknya menekan tombol angkat.

"Jasmine, sebaiknya ada hal yang terjadi kepadamu, kalau tidak aku tidak akan dengan mudahnya melepaskanmu.”

Setelah berjaga di rumah sakit satu malam, Michael merasa sangat kelelahan, ia berbaring di dalam mobilnya dan langsung tertidur, saat telepon berdering, Michael terus mengabaikannya, kemudian ia membuka matanya dan melihat telepon dari Jasmine, ia mengira terjadi sesuatu di rumah sakit, kemudian dengan bergegas ia kembali ke sana.

Bahkan Michael sendiri pun tidak menyadari rasa khawatir pada dirinya.

“Michael, kau sekarang berada dimana? Bisakah bertemu denganku? Ada satu hal yang ingin kubicarakan denganmu.” Jasmine memaksa dirinya untuk berbicara dengan tenang.

Ternyata benar saja, Michael langsung merongrong, "Jasmine, kau ada hal macam apa, aku tak ada waktu luang.” Selesai bicara, Michael langsung mau mematikan teleponnya, tetapi nama Jasmine yang meneleponnya dan muncul di pandangan matanya itu, membuatnya akhirnya tidak bisa menahan lagi, ia merespon berkata, "Cepat bilang, ada hal apa.”

Jasmine menarik lehernya dan berkata, "Michael, aku ingin bertanya apakah aku boleh pinjam empat belas miliar?” Tiga tahun ini, Jasmine tidak pernah menggunakan uang Michael sepeserpun, jadi ia pikir, mungkin ia perlu menunjukan sikap yang lebih sungguh-sungguh lagi, Michael mungkin saja bisa setuju.

Michael sungguh hampir dibuatnya tertawa karena kesal, "Jasmine, atas dasar apa kau merasa aku akan memberimu empat belas miliar? Kau bisa cari kekasih gelapmu itu, dan lagi kau bisa menjual dirimu, kupikir kau bisa menjual dirimu beberapa kali, pasti kau bisa mendapatkan empat belas miliar itu.”

Hati Jasmine seketika dibuatnya perih, suaminya menggunakan kata-kata yang paling rendah menggambarkan dirinya, ah, Jasmine sungguh bodoh, mengapa ia tetap saja mencari Michael, benar-benar sungguh terlewat bodoh, sekarang ia sudah dimakinya satu kali, jadi apakah ia masih mau mempermalukan dirinya lagi kah?

Jasmine, masih perlu sampai kapan lagi, baru ia bisa sadar.

Tidak banyak berkata-kata, Jasmine langsung mematikan teleponnya, sambil langsung menonaktifkan telepon genggamnya, sekarang ia hanya perlu menenangkan diri, tidak ingin menerima telepon dari siapapun, terlebih lagi tidak ingin mendengar suara Susan.

Michael, mengapa ia begitu membenci dirinya? Sebegitu bencinya kah? Hal itu jelas-jelas bukan perbuatannya, mengapa ia begitu tidak mau percaya.

Dari awal, Jasmine dan Michael jelas-jelas adalah teman, tapi mengapa saat ujian saringan masuk perguruan tinggi di musim panas itu semuanya menjadi berubah? Mengapa semuanya seperti sebuah mimpi, bagaimanapun tidak bisa kembali lagi.

Novel Terkait

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu