Lelah Terhadap Cinta Ini - Bab 161 Sebuah Krisis (2)

Jasmine memegang cincin yang dia kalungkan dan yang tidak pernah dia keluarkan itu dan menatapnya dengan seksama.

Tapi air mata sudah membahasi mata Jasmine sehingga dia tidak dapat melihat dengan jelas.

Rasa sakit menyelimuti hati Jasmine. Jasmine menyadari bahwa dia tidak akan mempunyai kesempatan untuk memakai cincin ini.

.....

Saat Michael sibuk dengan urusan ini, Jasmine sudah sampai di kota S.

Walaupun Jasmine sangatlah sedih, tapi dia tidak menunjukkannya, dia menahan semua perasaannya dan menghapus kering air matanya sebelum turun dari bus.

Tapi matanya yang memerah menunjukkan segalanya.

Jasmine adalah seseorang yang biasa aja, tapi dia tidak pernah terpikir bahwa akan ada banyak wartawan yang mengelilinginya saat dia turun dari bis.

Semua sinar flash dari kamera membuat Jasmine tidak bisa membuka matanya.

Saat ini, Jasmine sangatlah panik.

Tidak menunggu respon dari Jasmine, semua wartawan menghujani Jasmine dengan pertanyaan.

"Nona Jasmine, bagaimana pendapatmu tentang suamimu yang pergi membeli cincin bersama wanita lain?"

"Nona Jasmine, apakah pernikahanmu dengan Michael akan berakhir? Apakah kalian sudah bercerai?"

"Nona Jasmine, setelah kalian bercerai, apakah anda masih akan tetap bekerja di Perusahaan Keluarga Besar Fu?"

"Nona Jasmine..."

Kepala Jasmine terasa sakit saat mendengar pertanyaan wartawan yang bertubi-tubi.

Suara jepretan kamera tidak henti-hentinya terdengar di telinga Jasmine. Sinar flash dari kamera juga membuat Jasmine tidak dapat membuka matanya.

Jasmine tahu bahwa wajahnya yang sedih sudah diambil oleh kamera.

Pastilah fotonya akan ada di berita-berita besar dan berada di sebelah foto Fiona yang sedang tersenyum.

Semua kesedihannya bisa dilihat oleh semua orang.

Tapi kesedihan ini hanya dia yang bisa rasakan.

Tidak ada lagi orang yang akan menopangnya.

Jasmine sudah tidak memiliki keluarga, dan sekarang dia juga sudah tidak memiliki kekasih.

Sekarang dia benar-benar akan menghidupi rumor perceraiannya.

Semua wartawan ini membantu Jasmine untuk memikirkan kehidupan setelah perceraiannya.

Mungkin ini adalah akhir dari semua ini.

Cerita cintanya akan habis sampai disini.

Pikiran ini terlintas di benak Jasmine, seketika itu juga otaknya kosong.

Setelah itu, pandangan Jasmine menjadi gelap dan dia pingsan di depan banyak wartawan.

Seketika tempat itu menjadi kacau.

.....

Michael dengan cepat mendengar berita tentang Jasmine yang pingsan.

Saat mobil ambulans yang membawa Jasmine ke rumah sakit sampai, Michael juga sudah sampai.

Otak Michael kosong, dia sebenarnya sudah memikirkan berbagai skenario bagaimana Jasmine bertanya padanya saat Jasmine pulang. Tapi Michael tidak berpikir bahwa Jasmine akan pingsan sebelum Jasmine bertemu dengan dirinya.

Tapi dokter tidak membuat Michael menunggu lama dan dengan cepat hasil diagnosa Jasmine sudah keluar. Jasmine pingsan karena terlalu kaget dan akan sadar dengan cepat.

Michael berdiri di sebelah ranjang Jasmine, hatinya tertusuk-tusuk.

Sebelum Michael bisa berpikir, Jasmine mulai sadar.

Jasmine membuka matanya, dan dia melihat Michael.

Ingatan Jasmine mulai kembali, wajah Jasmine yang sedari dulu tidak merah, sekarang semakin memucat.

Jasmine tidak ingin bertemu dengan Michael, terlebih lagi sekarang.

Tepatnya di pertemuan kecil ini, Jasmine tidak ingin melihat Michael.

Jasmine tidak ingin melihat mata dingin Michael, dia juga tidak ingin mendengarkan penjelasan dari Michael.

Memang benar Jasmine sudah mengajukan perceraian kepada Michael, tapi saat ini, Jasmine tiba-tiba merasa takut, Jasmine tidak ingin mendengar kata-kata yang menyakitkan dirinya keluar dari mulut Michael.

Jasmine merasa jantungnya sudah tidak bisa menahan semua rasa sakit ini.

Maka dari itu, sebelum Michael sempat membuka mulut, Jasmine mengeluarkan satu kalimat, "Keluar."

Michael seketika itu juga terdiam.

Michael tahu bahwa sekarang Jasmine pasti tidak ingin mendengarkan penjelasan darinya, tapi dia tidak terpikir bahwa Jasmine tidak ingin melihatnya juga.

Michael membuka mulut ingin berbicara. Air mata Jasmine sudah mengalir, dan dia berkata dengan suara yang bergetar, "Aku mohon."

Kata-kata yang Michael ingin keluarkan tersangkut di tenggorokannya, dia sudah tidak bisa berkata-kata lagi.

——Jasmine memintanya untuk keluar.

Hal ini membuat hati Michael sakit.

Tapi Michael sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Melihat Jasmine yang menangis tanpa suara, Michael membalikkan mukanya dan tidak melihat Jasmine lagi. Hati Michael sungguh sakit.

Michael tidak berkata-kata lagi dan keluar dari kamar pasien mengikuti kemauan Jasmine.

Saat Michael keluar dari kamarnya, Jasmine sudah tidak dapat menahan suara tangisannya lagi.

Jasmine seperti memiliki takdir dengan rumah sakit.

Akhir-akhir ini, Jasmine sudah keluar masuk rumah sakit beberapa kali. Hari-harinya seperti dihabiskan hanya di rumah sakit saja.

Mengapa semua ini bisa menjadi seperti ini?

Mengapa dia harus menerima semua ini?

Apa dia melakukan hal yang salah? Apakah mencintai Michael membuatnya harus menerima semua hukuman ini?

Cintanya sudah dia berikan untuk Michael, hidupnya juga sudah dia berikan.

Tapi sangat sulit untuk ditukarkan dengan ketulusan dari tangan Michael.

Jasmine mengubur dirinya di dalam selimut dan berharap bisa mati karena kesesakan.

Mati saja.

Kalau dia mati, dia tidak akan merasakan sakit lagi.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu