Lelah Terhadap Cinta Ini - Bab 179 Manis Pahit Cinta (1)

Jasmine terkejut mendengar pertanyaan Nenek Fu.

Dia sama sekali belum memikirkan nama untuk bayinya.

Kehadiran bayinya saja sudah merupakan berita besar untuknya. Jasmine sampai belum sempat memikirkan nama dan sebagainya.

Hal yang paling penting bagi Jasmine adalah bayinya. Jadi, dia cenderung mengabaikan hal-hal kecil seperti itu.

Nenek Fu tampak kesal melihat reaksi pasangan itu.

“Sebentar lagi bayi kalian akan lahir. Bagaimana bisa kalian belum memikirkan nama untuknya? Apa kalian berencana memikirkan namanya setelah bayi kalian lahir?” tanya Nenek Fu, matanya terbelalak.

“Kami menunggu usul Nenek.” ujar Michael.

Air muka Nenek Fu pun membaik.

“Lagipula, Nek, kami belum tahu bayi kami perempuan atau laki-laki.” timpal Jasmine sambil tertawa.

“Tidak masalah.” ujar Nenek Fu, “Kita buat satu nama perempuan, satu nama laki-laki.”

“Benar juga, Nek.” Jasmine menyetujui usul Nenek Fu.

“Jangan merayuku begitu.” Nenek Fu menyipitkan mata ke Jasmine, “Aku tidak ingin bayi kalian memiliki orang tua yang tidak bertanggung jawab.”

Michael dan Jasmine merasa malu, lalu menundukkan kepala mereka.

“Baiklah. Nanti aku akan melihat-lihat silsilah keluarga kita. Cepat makan.” ujar Nenek Fu yang lalu menggerakkan sumpitnya lagi.

Michael dan Jasmine tidak membicarakan topik itu lagi.

“Kalau begitu, apa aku boleh memilih nama inggris untuk bayimu?” tanya Fernando tiba-tiba.

Walaupun Fernando diam-diam merasa cemburu dengan bayi mereka yang sebentar lagi lahir, namun, dia tidak dapat menahan rasa bahagia di hatinya.

Lagipula, ini adalah anak Jasmine. Fernando juga akan menjadi pamannya.

Setelah Fernando mengetahui bahwa Jasmine hamil, dia menanyakan posisinya terhadap bayi Jasmine ke temannya yang berasal dari China. Setelah itu dia baru paham posisinya.

Senyum tersungging di ujung bibir Fernando. Dia turut bahagia.

“Mengapa harus kamu yang memilih nama? Jasmine juga bisa.” ujar Michael.

Bukannya orang tua bayi yang harusnya memberi nama?

Mendengar jawaban Michael, Fernando lalu menundukkan kepalanya.

Jasmine mencubit lengan Michael di bawah meja, dia lalu tersenyum ke Fernando, “Bagus kalau kau mau membantu memilih nama. Lagipula, aku sudah lama tidak ke luar negeri. Kau tentu lebih paham.”

Mata Fernando kembali berbinar, hatinya melompat senang, “Benarkah? Aku akan memilih nama yang bagus!”

Fernando langsung berencana membuat daftar nama. Dia tidak ingin nama keponakannya sama dengan nama teman-temannya. Nama keponakannya harus unik, pikirnya.

Michael menghela nafas, namun tidak berkata-kata.

Jasmine ada benarnya. Untuk tugas ini, Fernando bisa diandalkan.

Nenek Fu sedikit terkejut dengan pemandangan di depannya.

Dia tidak menyangka Michael bisa menahan dirinya begini.

Dulu, Nenek Fu berpikiran hubungan Michael dan Jasmine akan biasa-biasa saja, tidak dingin tidak juga hangat. Nenek Fu juga berpikiran sudah beruntung jika anak mereka menerima cukup kasih sayang nantinya.

Namun, sekarang Michael tampaknya mulai mencintai Jasmine.

Hal ini membuat hati Nenek Fu tenteram.

Dulu Michael sangat individual. Semua hal kalau bisa diputuskan sendiri, maka akan dia putuskan sendiri. Tidak perlu campur tangan orang lain.

Dulu Nenek Fu dan Jasmine berusaha mati-matian mengubah pikiran Michael untuk menikahi Fiona.

Walau harus melewati empat tahun yang pahit akibat dendam Michael, sekarang Jasmine yang lemah lembut tampaknya telah mengubah suaminya.

Selalu ada solusi untuk setiap masalah. Kalimat itu muncul tiba-tiba di kepala Nenek Fu.

Kalimat yang mungkin belum terpikirkan oleh Michael sendiri.

Setelah bertahun-tahun, Nenek Fu akhirnya bisa menghembuskan nafas lega.

Dia seakan melihat masa depan Michael dan Jasmine yang begitu cerah dan bahagia.