Lelah Terhadap Cinta Ini - Bab 234 Perhatian Fernando (1)

Karena Michael sedang terluka pada badan, Nenek Fu pun tidak mengizinkannya mengantar sampai ke luar. Dia hanya bisa berdiri di dalam kamar sambil melihat Nenek pergi.

Valencia dan Christopher adalah orang luar, tentu tidak perlu ikut mengantar.

Pada akhirnya yang menemani Nenek Fu keluar dari rumah sakit hanya Jasmine sendiri.

“Jasmine, kamu juga tidak perlu antar lagi.” Nenek Fu berdiri di depan gerbang rumah sakit dan berkata dengan ramah pada Jasmine, “Kamu juga harus banyak istirahat.”

“Aku mengerti Nek, Nenek jangan terlalu cemas, aku antar Nenek naik mobil.” Jasmine tersenyum dengan hangat.

Langsung menggandeng tangan Nenek Fu hingga ke parkiran.

Fernando terus mengikuti keduanya dari belakang, sambil terus memperhatikan Jasmine.

Dengan sangat cepat, alis mata Fernando mengerut.

Dia menyadari bercak merah pada wajah sebelah kiri Jasmine.

Fernando sangat mengerti bagaimana bercak merah itu bisa tercipta.

Dan meskipun sudah tidak bengkak lagi, bekas itu tetap terlihat dengan jelas.

Entah sengaja atau bukan, Jasmine selalu berjalan di sebelah kiri Nenek Fu, hingga Nenek Fu tidak menyadarinya sama sekali.

Fernando mengerutkan kening dengan hebat, sepertinya kejadian yang dialami Jasmine tidaklah seringan yang dipikirkan.

……ataukah Michael memukulinya lagi?

Fernando tidak bisa menghiraukannya begitu saja. Di saat itu juga dia memutuskan, akan menanyakannya dengan jelas.

Dengan cepat mereka sampai ke parkiran mobil. Saat Nenek Fu berpamitan dengan Jasmine, bersiap-siap masuk ke dalam mobil, Fernando tiba-tiba memanggilnya.

“Nenek, bolehkah Nenek pulang dulu?” Fernando berdiri di depan mobil sambil tersenyum melihat Nenek Fu, “Aku masih punya sedikit urusan lain.”

“Apalagi yang mau kamu kerjakan?” Nenek Fu bertanya tanpa mengharapkan jawaban dari Fernando. Dengan cepat dia melanjutkan, “Kalian sebagai anak muda, setiap harinya ada urusan yang tidak selesai-selesai. Saat keluar nanti harus berhati-hati ya.”

Nenek Fu sangat jarang mengatur kegiatan cucu-cucunya. Karena sudah cukup berumur, setidaknya dia akan berpesan sedikit agar mengutamakan keselamatan.

“Aku mengerti, Nek.” Fernando tersenyum dengan penuh kehangatan. Dia membantu Nenek Fu menutup pintu mobil, lalu berdiri di samping bersama Jasmine, keduanya melihat mobil Nenek melaju keluar parkiran.

Bayangan mobil sudah tidak terlihat, Jasmine pun berpamitan dengan Fernando.

“Jika ada urusan, kamu pergi saja dulu, aku naik ke atas.” Jasmine menampakkan senyum pada bibir. Tetapi bagaimanapun Fernando bisa melihat dengan jelas, senyuman itu diberikan dengan sedikit terpaksa.

“Tunggu, Jasmine.” Fernando memanggil Jasmine saat melihatnya akan pergi, “Bisakah kita minum kopi sebentar?’

……

Jasmine dan Fernando pun duduk di sebuah kafe yang tidak jauh dari rumah sakit.

Jasmine tidak menyangka Fernando akan mengusulkan permintaan minum kopi berdua seperti itu.

Tetapi saat melihat Fernando menatapnya dengan penuh perhatian, Jasmine tidak mampu menolak.

Kenapa dia menunjukkan ekspresi seperti itu? Apakah Fernando sudah tahu akan sesuatu?”

Jasmine terus menundukkan kepala. Teknik menyeduh kopi ala Bos kafe sungguh memuaskan, segelas kopi di depan pun terus menyebarkan wangi yang menggiurkan.

Fernando bisa disamakan dengan kopi itu.

Orang-orang selalu merasa kopi tidak lebih enak dari teh murni, ini karena terbiasa meminum kopi instan.

Kopi yang sesungguhnya, harusnya melewati banyak proses pengolahan. Seberapa susu yang ditambahkan, seberapa gula yang ditambahkan, akan membuat aroma dari kopi itu sendiri menjadi menakjubkan. Inilah hal yang paling harus diperhatikan.

Segelas kopi dengan cita rasa terbaik memiliki kandungan rasa yang tidak mampu diungkapkan.

Fernando memang seperti itu.

Saat baru kenal dengannya, kamu akan merasa dia adalah seorang yang sederhana, yang tidak banyak beban pikiran dan sangat periang.

Tetapi setelah lama mengenalnya, kamu akan sadar, Fernando bukanlah orang yang santai, yang tidak perduli dengan segalanya.

Dia adalah orang yang sangat teliti. Saat dia perduli dengan seseorang, tidak ada orang yang kuasa menahan kelembutan darinya.

“Jasmine, sejak kecil aku tidak pernah tinggal di dalam negeri, jangan salahkan aku.” Fernando meneguk kopi di depan, saat meletakkannya ke meja, dia berkata dengan tiba-tiba.

“Hm? Tidak kok.” Jasmine tidak tahu apa yang akan dikatakan Fernando. Dia tiba-tiba mengucapkan kalimat seperti itu, Jasmine pun tidak berdaya, hanya bisa mengiyakan dan menunggunya lanjut bicara.

Kopi di depan mengeluarkan uap panas, membuat pandangan Jasmine sedikit kabur.

“Aku tahu, mungkin aku terlalu banyak ikut campur. Tetapi saat temanku mengalami masalah ini, aku tidak bisa diam saja.” Fernando menggigit bibir, kemudian melontarkan pertanyaan dari hati: “Ada apa dengan wajahmu?’

Mendengar pertanyaan Fernando, Jasmine langsung menutupi wajahnya dengan panik.

Dalam hati Jasmine, hubungan Fernando dengannya tidaklah seakrab hubungan dia dan Valencia. Maka, saat Fernando tiba-tiba menanyakan itu, dia merasa sangat tidak leluasa.

Tetapi karena Fernando sudah menyadarinya, apa gunanya lagi menutup-nutupi seperti itu?

Jasmine tersenyum pahit sambil menurunkan tangan dari wajahnya.

Dia tidak lagi memaksakan senyuman pada wajah, ekspresi wajah berubah menjadi suram dalam sekejap.

“……kelihatan sangat jelas ya.” Jasmine berkata sambil menundukkan kepala.

Novel Terkait

Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu