Lelah Terhadap Cinta Ini - Bab 234 Perhatian Fernando (2)

“Apakah Michael……” Suara Fernando perlahan menjadi rendah, kemudian tidak diteruskan lagi.

Meskipun dia tumbuh besar di Amerika, tetapi karena faktor keturunan, dia tetap saja mempertahankan budaya teliti dan cermat miliki orang Timur.

Fernando tahu, sepertinya Jasmine tidak ingin membahas masalah itu lagi.

Jika dia terus bersikeras menanyakannya, mungkin saja Jasmine akan kembali terluka.

Jasmine tidak berkata-kata, beberapa saat kemudian baru menganggukkan kepala.

Tangan Fernando mulai mengepal dengan kuat.

“Kali ini….. apa penyebabnya?” Fernando bertanya sambil menekan rasa sakit dalam hati.

“Tidak apa-apa.” Tatapan Jasmine terlihat gelap, dia sungguh tidak ingin membahas masalah itu dengan siapapun, “Jangan tanyakan lagi.”

Kepalan tangan Fernando semakin kuat, setelah itu baru diregangkan.

Sepertinya posisi dia dalam hati Jasmine belum cukup untuk bisa membuat Jasmine mengungkapkan semua isi hati kepadanya.

Setelah berpikir demikian, Fernando tiba-tiba merasa sedikit sedih.

Melihat ekspresi Fernando akibat penolakan dirinya, Jasmine pun ikut merasa sedih.

Bagaimanapun, Fernando datang untuk perduli padanya. Jasmine menenangkan hati dan memaksa diri untuk bercanda: “Jangan cemas, hanya sedikit masalah yang ketinggalan.”

Tetapi dia sendiri tidak tahu seberapa terpaksanya ekspresi senyum pada wajah.

Melihat situasi itu, Fernando semakin tidak puas.

Jasmine adalah satu-satunya orang yang ingin dia jaga. Dia seringkali merasa cinta pada pandangan pertama ini sangat konyol, tetapi dia tidak pernah menghiraukannya. Karena sudah terlanjur menyukainya, maka harus memperlakukannya dengan baik.

Tetapi saat ini Jasmine kembali tersakiti, dan dia malah tidak bisa membantu apa-apa.

Bahkan dia juga tidak berhak untuk tahu penyebab Jasmine terluka?

Fernando menghela nafas dengan berat, baru berkata dengan pelan: “Jasmine, kamu boleh bersikap lebih nyata di depanku. Jika memang sedih, tidak perlu memaksakan diri untuk tersenyum.”

Mendengar ucapan Fernando, hati Jasmine sedikit tersentuh, senyuman di wajah pun tidak mampu disembunyikan lagi.

Fernando kembali melihat wajahnya, lanjut berkata: “Aku tahu, mungkin di dalam hatimu aku bukanlah orang yang bisa diajak buka-bukaan, karena aku adalah Kakak pertamamu.”

Saat mengucapkan kata ‘Kakak pertama’, hati Fernando terasa sangat pahit.

Kakak pertama, hanya sekedar Kakak pertama.

Tetapi orang yang berhak berdiri di sisi Jasmine dan menjaganya seumur hidup malah tidak mengerti cara untuk bersyukur.

Fernando merasa sangat sedih, tetapi tidak mungkin untuk diungkapkan.

Semenjak berdamai dengan Michael, Fernando baru paham dan merasa, Michael adalah seorang laki-laki yang baik.

Tetapi justru karena ini, Fernando merasa sangat tidak mengerti.

Kenapa dia masih saja menyakiti Jasmine dengan tidak berperasaan?

Demi menutupi kening yang mengerut, Fernando mengangkat gelas kopi dan kembali meneguknya.

Saat meletakkan gelas kopi, Fernando lanjut berkata di tengah kegelisahan Jasmine: “Tetapi justru karena aku ini Kakak pertamamu, barulah bisa terus berdiri di sisimu dan memberi dukungan terbaik.”

Jasmine kembali terbayang-bayang.

Perkataan ini sungguh mirip dengan yang dikatakan Thomas pagi itu.

Ternyata masih ada banyak orang yang mendukungnya secara diam-diam.

Jasmine, untuk apa kamu menyesal dan bersedih terus.

Jasmine tiba-tiba merasakan kekuatan dalam hati. Dia membuka mata dengan lebar melihat Fernando, menunjukkan senyuman nyata untuk pertama kalinya.

“Terima kasih, Kakak pertama.” Jasmine berkata dengan lembut.

“Yang aku butuhkan bukanlah ucapan terima kasih.” Meskipun memiliki sifat yang peka dan teliti, Fernando tidak terlalu pandai basa-basi dengan orang, dan lebih terbiasa untuk mengatakan semuanya terang-terangan, “Aku hanya berharap kamu mengingatku saat mengalami masalah, ingatlah, aku juga bisa membantumu.”

Fernando tahu ini adalah masalah keluarga Jasmine dan Michael, tidak seharusnya dia bertanya terlalu banyak. Tetapi untuk masalah lainnya, dia harus membantu semaksimal mungkin.

“Hm, aku mengerti.” Jasmine melihat Fernando dengan hangat dan melemparkan senyuman manis padanya.

Senyuman itu membuat Fernando salah tingkah, dia segera mengambil gelas kopi dan meneguknya dengan cepat. Semua itu bertujuan untuk menutupi ekspresi wajahnya yang tidak terkendali.

“Kopi disini lumayan enak.” Pada akhirnya Jasmine mengangkat gelas kopi dan mulai mencicipinya, “Jika ada kesempatan, aku ingin kesini lagi.”

“Baiklah, aku juga sangat suka dengan kopinya.” Fernando berkata dengan ramah, “Lain kali kita datang kesini lagi.”

“Hm.” Jasmine berkata sambil tersenyum.

Fernando terdiam sejenak, dia tetap saja merasa tidak tenang. Tetapi dia juga tidak mungkin bertanya lebih lanjut, terpaksa menyudahinya sampai disitu.

Dalam hati dia memutuskan, untuk sementara waktu akan lebih sering menghubungi Jasmine, setidaknya bisa membantunya keluar dari masa-masa sulit itu.

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu