Lelah Terhadap Cinta Ini - Bab 60 Ketika Berciuman Apa Kau Tidak Bisa Bernafas? (2)

Sinar matahari menelisap masuk kekamar.

Keesokan paginya, Jasmine Lo terbangun didalam dekapan Michael Fu.

Jasmine lo membuka dan mengedip-ngedipak matanya, menunggu sampai ia benar-benar tersadar, dia hampir saja berteriak kecil.

Michael Fu memeluknya erat dalam dekapan, keningnya berada didada bidang Michael Fu.

Mereka sejak kapan tidur seperti ini?

Jasmine Lo mencoba melepaskan tubuhnya perlahan, tapi baru bergerak sedikit, tubuhnya sudah terasa pegal-pegal.

Semalam mereka jarang sekali bisa begitu, jadi agak lupa diri. Michael Fu memegang erat pinggangnya, mengoyangkannya lagi dan lagi.

Sampai mereka kelelahan dan tertidur.

Mengenang itu, wajah Jasmine Lo pun memerah lagi.

Dia ingin mencoba bergerak lagi tapi tidak ingin gerakan kali ini membangunkan Michael Fu. Michael Fu pun mengeluarkan suara pelan, perlahan membuka matanya.

Detik ini, jantung Jasmine Lo berdebar kencang.

Saat Michael Fu melihat mereka seperti ini, apa dia akan mengomentari hal yang bisa membuatnya malu? Apalagi mereka hampir tidak pernah berada dalam satu ranjang.

Michael Fu mengedipkan matanya sebentar, saat matanya sudah mulai terang, yang ia lihat pertama kali adalah Jasmine Lo yang ada didekapannya.

Michael Fu tertegun sejenak, lalu tanpa berpikir panjang ia mendorong jasmine Lo.

Jasmine Lo terdorong kebelakang, lalu tangannya refleks menangkap lengan Michael Fu.

Michael Fu ingin mengatakan sesuatu, tapi belum sempat ia bicara, ia sudah melihat tangan Jasmine Lo yang diperban.

Melalui perjalanan semalam yang penuh kehangatan, luka ditangan Jasmine Lo terlihat agak terbuka. Luka yang sebenarnya sudah tergangga malah semakin terkoyak. Darahnya mengalir keluar, tapi karena melihat Michael Fu yang terbangun dan membuatnya begitu terkejut, Jasmine Lo bahkan tidak sadar kalau luka ditangannya sedang sakit dan berdarah.

Michael Fu memagang tangan Jasmine Lo, berkata dengan sedikit marah, “Ini kena apa?”

Jasmine Lo tidak menyangka dia akan bertanya seperti itu, sedikit canggung dan menarik tangannya kembali. Tapi tidak bisa karena dipegang kuat oleh Michael Fu, hanya bisa bicara dengan nada pelan, “Kemarin ketika memotong ikan tidak sengaja terkena pisau.” Ia bicara sambil menunduk.

Mendengarnya Michael Fu mengerutkan alis, lalu berbicara lagi dengan nada sangat marah: “Memotong ikan saja kau membuat tanganmu seperti ini, kau bodoh sekali!”

Jasmine Lo sedikit serba salah, hanya bisa terdiam menundukkan kepala .

Michael Fu melepaskan tangannya lalu berjalan keluar kamar. Jasmine Lo melihat tangannya sendiri dengan perasaan agak sedih, pergelangan tangannya masih terasa hangatnya tangan Michael Fu.

Ia ditinggalkan lagi. Jasmine Lo menghembuskan nafasnya perlahan.

Jasmine Lo mencoba menggerakkan badannya, lalu tergopoh ingin turun dari kasur. Saat sedang ingin berdiri, Michael Fu masuk sambil menggendong kotak obat.

“Mau kemana!” Michael Fu bicara dengan nada galak, “ Duduk dan gunakan obat dulu!”

Jasmine Lo tertegun, lalu menghempaskan tubuhnya kembali duduk diatas kasur.

Michael Fu mengambil kotak obat, ingin mengobati tangannya?

Mengobatinya?

Sampai Michael Fu menarik tangannya, barulah Jasmine Lo tersadar kembali.

Dia kacau tidak karuan sampai tak bisa bicara, lalu ia melihat Michael Fu mengambil kapas, dengan teliti membersihkan lukanya.

Aku pasti sedang bermimpi... Jasmine Lo memandang wajah Michael Fu yang sedang berkonsentrasi.

“Lain kali pakai otakmu!” Michael Fu mengatakan kalimat galak lagi, “Cepat pergi cuci muka dan kekantor!”

Jasmine Lo menganggukkan kepalanya dengan lugu.

Michael Fu membawa kotak obat keluar kamar, lalu menutup pintu.

Sebenarnya dia agak kacau, entah kenapa ketika melihat luka ditangan Jasmine Lo. Dia yang awalnya ingin memarahinya tapi malah mengurungkan niatnya, dan malah pergi mengambil kotak obat.

Apa jangan-jangan dia sudah mulai punya perasaan terhadap Jasmine Lo?

Michael Fu mengerutkan alisnya.

Tapi ada satu hal yang Michael Fu sangat jelas.

Kemarin malam ketika ia bersama Jasmine Lo, perasaan yang saling melengkapi itu, terasa tidak buruk.

Karena setelah satu makan malam aneh mereka berdua yang berakhir kehangatan itu, hubungan Michael Fu dan Jasmine Lo pun sementara membaik dan jadi hangat.

Terkadang Michael Fu akan pulang untuk makan malam atau bermalam. Di kantor, didalam ruang rapat ia juga menekankan masalah perlakuan terhadapa pegawai, ini tertuju kepada beberapa orang yang memang dituju, dan orang-orang yang dituju itu pun mulai melakukan perang dingin.

Akhirnya, Jasmine Lo dan Ines Lin pun mendapat kabar, kalau tindak tanduk mereka ada perubahan ke arah lebih baik.

Mengingat ini, Jasmine Lo sangat berterimakasih kepada Michael Fu, ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan membalasnya nanti.

Satu minggu kemudian, Jasmine Lo dan Michael Fu pulang kerumah nenek.

Sebelum pergi, Jasmine Lo sudah menyiapkan oleh-oleh yang tidak sedikit. Setelah dimasukkan ke mobil, Michael Fu pertama kali melihat dengan teliti barang-barang itu. Setelah melihatnya, ia mulai memuji didalam hati, Jasmine Lo menyiapkan semuanya dengan baik, semua adalah barang kesukaan nenek.

Kemudian ia mendapati sekotak kopi.

“Ini apa?” Michael Fu bertanya, “Nenek tidak suka minum kopi.”

“Oh, kopi ini aku beli untuk Fernando Fu.” Jasmine Lo duduk di kursi depan disebelah supir, memasang sabuk pengaman, “Dia sepertinya suka kopi.”

Mata Michael Fu membesar, kerut diantara dua alisnya menumpuk, “kalian sejak kapan sedekat ini? Bahkan kesukaannya pun kau tau?”

Menghadapi kemarahan Michael Fu, Jasmine Lo tidak tahu harus bicara apa : “Tidak peduli apa yang terjadi, dia juga adalah kakakmu, tahu sedikit hal tentangnya juga tidak ada salahnya.”

Michael Fu sangat tidak suka ada orang yang mengingatkan hubungannya dengan Fernando Fu. Wajahnya berubah tidak enak,mengambil kotak kopi tadi kemudian membuangnya lewat jendela, lalu segera menjalankan mobil.

“Ah, kenapa kamu buang? kita tidak membawa apa-apa untuk Fernando Fu? Apa kau yakin? Apa ini terlihat seperti tidak sopan?” Jasmine Lo agak gelisah.

Michael Fu tidak menjawab, ia menyetir dengan muka ditekuk. Saat dia sedang marah, dia tidak peduli apa itu sopan atau tidak. Sekali melesat, mobil sudah berlari kencang meninggalkan sekotak kopi yg dibuang dibelakang.

Tersisa Jasmine Lo disebelahnya tidak tahu harus berbuat apa.

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu