Lelah Terhadap Cinta Ini - Bab 37 Ingatlah Bahwa Kau Sudah Menikah (2)

Jasmine ternganga, ia mengikuti di belakang Michael dengan wajah bodoh, dengan suara rendah ia memanggil nenek.

Keluarga Fu gempar, karena CEO yang sangat jarang tampil di depan publik itu langsung masuk rumah sakit.

Michael menunggu di depan pintu ruang operasi dengan tidak tenang. Ia tak seharusnya mengucapkan itu, ia sungguh sangat menyesal. Nenek di usia setua ini tubuhnya dari awal memang kurang baik, bagaimana bisa ia memancing orang tua seperti itu. Jika sesuatu terjadi padanya, seumur hidup ia takkan bisa memaafkan diri sendiri.

"Michael, nenek adalah orang baik, Tuhan pasti membantu nenek, tidak akan terjadi hal buruk," Jenny terus menemani Michael berjaga di depan pintu, melihat Michael yang terus mondar-mandir di sana, ia pun menenangkannya.

Michael melihat sekilas pada Jenny, saat itu pula ia melihat Jasmine yang berdiri di pojok ruangan dari sudut matanya, api kemarahan di hatinya pun mulai berkobar, ia melangkah cepat menghampirinya, dengan dingin berkata, "Jasmine, sekarang sudah puaskah kamu? Melihat nenek masuk rumah sakit, kamu sangat senang bukan? Kau sembunyi di luar dan menguping pembicaraan, melihat nenek membelamu, bukankah kau merasa sangat hebat?"

Jasmine menatap kosong ke arah Michael, ia tak ingin ribut dengannya di saat seperti ini, ia cuma berharap nenek baik-baik saja.

"Apa maksudmu diam saja? Bukankah ini semua gara-gara kamu?" Michael menggertakkan gigi saking murkanya, wanita seperti Jasmine ini benar-benar mempunyai kemampuan untuk membuatnya kehilangan sikap tenangnya.

Jasmine mengamati Michael dari atas sampai bawah, beberapa saat kemudian baru berkata, "Michael, aku cuma berharap nenek baik-baik saja, aku tidak sedang ingin membicarakan hal lain."

"Apa maksudmu?"

Apa maksudnya? Ia hanya merasa dirinya terlalu bodoh, selalu mempercayai Michael begitu saja, selalu mengira hubungan mereka mungkin bisa membaik, mungkin mereka bisa kembali seperti saat muda dulu. Namun kenyataan selalu bertentangan dengan keinginannya, kenyataan selalu menhancurkannya hingga ia tak memiliki apapun. Begitulah Michael, bagaimana bisa ia melupakan kekejiannya.

Dalam hati Michael, Jasmine selamanya hanyalah orang yang menyakiti Fiona, ialah yang merusak hubungan Michael dengan Fiona. Tetapi mana mungkin Michael tahu, kalau pada awalnya bukan Jasmine yang memaksa untuk menikah dengannya.

"Michael, aku tak ada maksud apa-apa," jawab Jasmine dengan tenang, kalau dulu, setiap Jasmine menghadapi Michael, hatinya selalu berdegup kencang karena tegang.

Tetapi sekarang ia malah sangat amat tenang.

Michael tentu menyadari perubahan Jasmine ini, tapi ia tak memasukkannya dalam hati.

"Jasmine, kuperingatkan kau, kalau sesuatu terjadi pada nenek, aku tak akan memaafkanmu, tidak akan. Aku tak akan dengan gampang memaafkanmu seperti dulu, Fiona masih punya anak, karena nenek membantumu, kalau sesuatu terjadi padanya, kaulah yang paling tak bisa kumaafkan," kata Michael dingin.

Benar-benar mencari-cari cara untuk menyalahkan orang, memang apa lagi salahnya? Apa salahnya hingga Michael melimpakan semua kesalahan pada dirinya. Iya juga, Michael kan sebegitu membencinya, mana mungkin tidak menyalahkannya. Nenek memang pingsan karena menegakkan keadilan baginya, karena itu nenek ribut dengan Michael, sejujurnya, awal masalah memang berasal dari dirinya

"Michael, aku hanya ingin menunggu nenek di sini," ucap Jasmine dengan tak bertenaga, ia benar-benar tak bertenaga lagi, ia benar-benar tak tahu harus berkata apa pada Michael.

Namun Jasmine yang seperti itu justru hanya memancing Michael untuk semakin membencinya, Michael mengerutkan dahinya. "Jasmine, di sini tidak menerima kehadiranmu, pergilah."

"Aku hanya ingin menunggu nenek sadar," kata Jasmine dengan ekspresi tak percaya, bagaimana bisa Michael sekejam itu padanya.

"Michael menatap Jasmine, agak lama kemudian, ia hanya mengucapkan sepatah kata, "Enyahlah."

Jasmine menarik nafas panjang, kemudian pergi dan tak menoleh lagi.

Setengah jam kemudian, ranjang pasien didorong keluar dari ruang UGD, Nenek Fu berbaring di atasnya.

"Nenek hanya akan pingsan begini apabila beliau marah, rawatlah beliau dengan baik, jangan sampai memancing emosinya," pesan dokter berkali-kali.

Tentu saja Michael akan mengingatnya dengan baik, mana mungkin ia akan memancing amarah nenek lagi.

Di saat Nenek Fu membuka matanya, ia melihat Jenny, muka nenek berubah masam.

"Kenapa kau di sini?"

Jenny menjawab sambil memaksakan sebuah senyuman, "Nenek Fu, aku dan Michael membawamu ke rumah sakit, ingin menunggumu sadar, jika sudah melihatmu baik-baik saja aku akan pergi."

Karena ia sudah berkata demikian, Nenek Fu tak enak untuk bicara kasar, namun karena tak melihat istri cucunya, ia sedikit kecewa.

"Di mana Jasmine? Apakah ia tahu aku masuk rumah sakit?" Tanya Nenek Fu.

Michael menjawab, "Nek, ia kembali untuk mengambilkanmu baju ganti." Awalnya Michael ingin bilang bahwa Jasmine tidak datang sama sekali, namun ia khawatir nenek akan sedih, terpaksa ia mengarang sebuah alasan.

Mendengar itu, Nenek Fu akhirnya tersenyum cerah, ia berkata, "Sebenarnya tubuhku ini sangat sehat, tidak perlu dirawat di rumah sakit."

“Nek, nenek sebaiknya menuruti kata dokter," kata Michael membujuk nenek.

Nenek Fu melihat Michael, melihat di wajahnya ada bekas berwarna merah, hatinya sedikit terenyuh. "Michael, pergi ambillah sebongkah es untuk mengompres wajahmu."

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu