Lelah Terhadap Cinta Ini - Bab 36 Menggantikan Posisi Jasmine (1)

Suasana ruang tamu sangat aneh. Jasmine tak bisa menebak sebenarnya apa yang terjadi sebelum dia kembali, tapi ia berpikir hal itu pastilah hal yang buruk.

"Jasmine, beberapa hari yang lalu aku mencarimu untuk meminta bantuan, tapi kau tidak pernah membalas, jadi hari ini aku memanfaatkan kesempatan bertemu denganmu untuk bertanya," ujar Susan pura-pura tenang.

"Bu," potong Jasmine. Ia takut kedengaran oleh Michael.

Yang Jasmine tidak tahu, sebenarnya jauh sebelum Jasmine kembali, Michael telah mengetahui bahwa Susan datang mencari Jasmine untuk sesuatu hal.

Susan sengaja memperingatkan Jasmine bahwa saat ini putranya sedang memerlukan uang, dan ia hanya bisa mendapatkannya dari Jasmine.

"Baiklah, Bu, aku mengerti, kau pulanglah dulu," Jasmine sungguh takut Susan akan menceritakan semuanya kalau ia tinggal di sini. Ia sama sekali tak ingin aibnya terbuka di hadapan Michael.

Susan memiringkan bibirnya, tujuannya telah tercapai, ia tak banyak bicara lagi dan hanya berpesan kepada Jasmine untuk banyak istirahat, lalu pergi.

Sampai Susan pergi, Jasmine masih tetap berdiri di sana. Hatinya sangat tegang. Ia diam-diam melirik Michael yang duduk di sana.

Michael sudah tahu sejak awal kalau Jasmine diam-diam meliriknya. Begitu Jasmine melirik kembali, ia berkata, "Sudah cukup melihatku?"

Jasmine menggigit bibirnya, ia terkejut dan segera mengalihkan pandangannya tanpa berkata apa-apa.

Michael tak ingin melepaskan Jasmine begitu saja. Ia bangkit dari sofa dan berjalan mendekati Jasmine, sampai ia berdiri persis di hadapannya, "Jasmine Lo, kau sangat hebat, belum sembuh sudah keluar rumah sakit. Waktu itu juga begini. Sepasang kaki ini, benar-benar pintar berlari."

Jasmine menggeleng, "Aku sudah sembuh, dokter bahkan berkata kalau aku boleh pulang," jawabnya cepat.

"Benarkah? Nanti kalau kau sakit lagi sampai tak bisa bangun, jangan bilang kalau tidak ada yang merawatmu," ujar Michael dingin. Ia paling benci Jasmine yang selalu keras kepala.

Kali ini pun sama, kalau Jasmine berkata sejujur-jujurnya mengapa ia butuh 14miliar, Michael mungkin tidak akan mempersulitnya. Sayangnya wanita ini tidak pernah mengingatnya, selalu saja keras kepala.

"Jasmine, sepertinya kau lupa mengatakan sesautu padaku?" pancing Michael. Ia ingin mendengar Jasmine mengatakannya sendiri.

Namun Jasmine tidak paham maksud Michael. Ia mengernyitkan alisnya, "Apa yang belum kukatakan padamu? Tidak ada."

Mendengar hal itu, raut wajah Michael langsung berubah, "Jasmine, kalau begitu hal yang disampaikan ibumu, kau sudah membereskannya?"

Ternyata, ibunya telah mengatakan hal ini kepada Michael. Jasmine kini mengerti. Tak heran Michael tiba-tiba menanyainya, ternyata ia telah menunggu di sini.

Tapi apa maksud dari Michael? Apa ia mau membantu Jasmine? Atau mau mempermainkannya lagi? Jasmine benar-benar tak berani menebak isi hati Michael. Suasana hati pria ini sulit sekali ditebak.

"Kau sudah tahu, ya kan? Benar, karena ibukulah aku jadi meminta 14miliar padamu. Aku benar-benar tak tahu harus meminjam kepada siapa."

Mendengar Jasmine berkata begitu, hati Michael entah mengapa merasa senang, ia sendiri pun tak tahu kenapa.

"Kalau memang uang ini untuk menyelamatkan kakakmu, mengapa tak kau bilang saja? Sudah kubilang, Jasmine, sepertinya otakmu bermasalah sampai pergi mencari Jacky He. Hah, keberuntunganmu bagus juga, bisa keluar tanpa masalah dari tangan pria itu," kata Michael sambil memainkan tangannya dan tertawa dibuat-buat.

Jacky He, pria tua itu, berani juga menganggu wanitanya. Hah, pasti ia merasa telah lama berada di perusahaan.

Jasmine sungguh tak tahu bagaimana harus membalas perkataan Michael, ia memang seperti orang bodoh sampai pergi menemui Jacky. Orang itu lebih tak bisa dipercaya daripada Michael.

"Michael, karena kau sudah tahu untuk apa uang itu, maukah kau meminjamiku? Aku sungguh tak punya cara lain," kata Jasmine hati-hati, di dalam hatinya yang terombang-ambing muncul sedikit pengharapan.