Lelah Terhadap Cinta Ini - Bab 22 Bantu aku sebentar

Michael tak bisa berpikir jernih sesaat, dan akhirnya mengulurkan lengannya, memeluknya dan menenangkan Fiona , "Fiona, bersikap baiklah di sini, dengarkan kata dokter, minum obat,dan istirahatlah dengan baik."

"Makan obat ..." kepala Fiona bersender di pundaknya, sedikit terpana, dan matanya tertutup dengan kesedihan. "Kak Michael, aku tidak sakit, mengapa aku harus minum obat ... Kak Michael, sentuhlah perutku, akhir-akhir ini Chandra sangat nakal, ia sering menendangku dari dalam! "

Chandra ...

Hati Michael berdetak kencang, ia tidak bergerak sedikitpun. Tangan kecil wanita itu telah menarik tangannya dan menutupi perutnya yang rata. Sepasang mata berbinar dan bertanya kepadanya, "Michael, coba kau elus, Apakah ia menendang? Chandra jangan nakal ya ... "

Jelas bahwa tidak ada apa-apa di sana, tetapi tangannya tetap di sana. Suhu panas seperti membakar telapak tangannya. Michael segera menarik tangannya dan menyingkirkannya dari perut Fiona dan bangkit dari kursi.

“Fiona, aku masih ada beberapa urusan yang harus diselesaikan, aku akan menemanimu lain kali.” Dia mendengus, melangkahkan kakinya dan berjalan ke luar pintu.

“Kak Michael ... Michael, jangan pergi ...” wajah Fiona yang awalnya tenang, langsung berubah, ia berjongkok dan berteriak kegilaan sambil memegangi rambut panjangnya di kepala. “Kak Michael sudah tidak menginginkanku, sudah tidak menginginkan anak kita ... "

Michael menggeser tangannya, akhirnya ia pun meninggalkannya dan pergi tanpa menolehkan pandangannya ke belakang.

Dokter dan penjaga yang menunggu di luar bangsal, melihat Michael yang keluar, langsung masuk ke dalam bangsal, dan lansung mengikat kembali tangan Fiona di tiang sisi tempat tidurnya dengan kain.

"Jangan sentuh aku ... pergi ..." Fiona menundukkan kepalanya dan menjerit kesakitan. Bulu matanya panjang jatuh, menutupi kebencian tersembunyi di balik matanya.

......

Mengemudi kembali ke kediaman Fu, tampaknya telah menghabiskan tenaga terakhir yang Michael miliki.

Ketika keluar dari mobil, ia langsung melemparkan kunci mobilnya ke penjaga pintu, mengangkat kakinya, dan melangkah ke Rumah Fu.

Hati nya terasa panas dan rasa benci menyelimuti ingin rasanya melampiaskan kepada seseorang, tepatnya, ingin mencari orang penyebab aborsinya Fiona, penyebab gangguan mentalnya, Jasmine.

Baru saja ia masuk, dia sudah bersiap untuk meneriakkan nama Jasmine di dalam rumah.

Terlihat seseorang yang berada diatas sofa, teriakan di tenggorokan pria itu langsung tampak seperti macet.

Jasmine meringkuk di sofa, selimut yang menutupi tubuhnya, tidak tahu kapan telah ditendangnya ke samping. Dia meletakkan tangannya di dadanya, alisnya mengkerut, dan bahunya bergetar gemetaran.

Michael berjalan dan berinisiatif mengambil selimut dan dengan hati-hati menutupi bahu Jasmine.

"Tuan Muda, kau sudah kembali, nyonya, dia ..." Saat itu, bibi He keluar dari dapur dan melihat Michael. Dia terkejut pertama, dan kemudian dia cepat berkata.

“Kecilkan suaramu.” Michael sambil menatap bibi He, memperingatinya untuk menurunkan.

Bibi He mengangguk, berbalik ke dapur, dan memberikan ruang untuk pasangan muda itu.

"Sulit diterima ..." Wanita kecil yang ada di sofa,sedang memejamkan mata, pandangannya, ia bergetar sangat cepat, dan tiba-tiba bergumam di mulut.

Michael mengkerutkan alisnya, membungkuk, dengan hati-hati membantunya menarik selimut, dan tanpa sengaja ia menyentuh pergelangan tangannya, baru menyadari suhu tubuhnya, panas yang sangat tinggi.

Mengangkat tangannya dan menyentuh dahinya, Michael terkejut panik, wanita bodoh ini, benar-benar menderita demam tinggi ...

“Bibi He, cepat panggil dokter keluarga!”, perintah pria itu, ia lalu mengambil kaki ramping wanita itu, mengangkatnya, mengangkat kakinya yang panjang, dan berjalan ke atas.

Sampai di kamar, wanita itu ditempatkan di ranjang yang besar, dia baru sadar bahwa kedua lututnya luka dan keluar darah.

Entah bagaimana, dia tiba-tiba merasa sakit di hatinya.

Namun, kemudian, dia langsung mengurungkan perasaannya itu.

Jasmine adalah wanita kejam yang tidak layak atas simpatinya.

Akhirnya , dokter keluarga telah tiba, membawa kotak obat, dan dengan hormat membungkuk kepada Michael Fu, "Tuan Fu."

Michael menjawab, lalu berjalan ke sofa di sisi jendela dan duduk. Pandangannya, tetapi untuk sesaat, menatap ranjang besar itu, mata yang tertutup,dan wajah putih wanita kecil itu.

Setelah dokter keluarga memeriksa Jasmine, dia mengambil beberapa obat dari kotak obatnya,menoleh ke arah Michael. Ia melaporkan, "Nyonya Fu sedikit demam. Saya sudah memberinya suntik penurun demam. Masalahnya tidak besar. Makanlah beberapa pil ini, maka dia akan bisa sembuh. "

Salah satu tangan Michael di sofa, dan satu tangan lagi mengelus dagunya dengan santai. Tanpa sadar, ia tidak protes ada yang memanggil Jasmine sebagai Nyonya Fu. Sebaliknya, malah ada sedikit kepuasan.

“Baiklah.” Balas pria itu, hanya membalas satu patah kata.

Dokter keluarga membereskan kotak obatnya dan bersiap untuk pergi.

Michael tiba-tiba terlintas di pikirannya, dan langsung membuka mulut berkata, "Itu ..." Dia berhenti, lalu melanjutkan. "Kaki wanita itu terluka, tolong berikan dia sekotak salep obat merah."

“Oke, Tuan Fu.” Dokter keluarga mengangguk.

Michael batuk sedikit,ia tidak menyadari,wajahnya yang penuh kebencian, menjadi gugup dan peduli.

Setelah dokter keluarga meninggalkan obat dan pergi, suasana kamar besar itu menjadi sunyi kembali, hanya menyisakan suami istri di dalamnya.

Suasana menjadi sepi, wanita di tempat tidur itu tidak bangun, Michael mengambil majalah dari samping dan melihatnya untuk mengisi waktu luang.

"Air ...... haus, sangat haus ......" saat itu, Jasmine baru membalikkan badannya di ranjang besarnya itu, mulut nya bergumam kecil.

Michael mengkerutkan keningnya melihat sekeliling. Dia perlahan bangkit dari sofa. Jika bukan karena Bibi He yang sedang dibawah, dia tidak akan membantu wanita bodoh ini untuk menuangkan air.

Ia menuangkan airnya disebelah ranjang, Michael dengan tidak senang memberikan minumnya ke tangan jasmine. "Minumlah!"

Jasmine menyipitkan mata dan mengangkat setengah tubuhnya, mengambil cangkir itu, menyesap bibirnya, dengan mata yang tidak sepenuhnya terbuka, dan masih setengah sadar mengucapkan. "Terima kasih,Bibi He ... ”

Terdengar oleh Michael, wajahnya berubah. "Jasmine, buka matamu dan lihat dengan jelas, siapa aku?"

Saat terdengar suara Michael, Jasmine takut membuka matanya dan cangkir di tangannya hampir tumpah, "Fu, Michael Fu..."

Beberapa saat kemudian, ia memegangi dadanya dan terbatuk-batuk.

Tak terpikirkan. Ketika sadar, langsung melihat Michael, dan ia menuangkan secangkir air untukku.

Michael membuang nafas dan mengambil cangkir air di tangan wanita itu, meletakkannya di meja samping sebelah tempat tidurnya, "Apakah kau begitu takut padaku? Kau pikir aku bisa memakanmu?"

Wanita ini yang tidak habis pikir, dengan baik hati ia menuangkan air kepadanya, dia menganggapnya sebagai binatang buas!

Di matanya, apakah ia begitu mengerikan?

Jasmine mengepal telapak tangannya, bahunya bergetar, ia bersandar di tempat tidur dan tidak berbicara.

Ya, dia benar, bahkan jika dia berpura-pura tegar setiap hari, tetapi, di lubuk hatinya, dia sebenarnya takut padanya, takut pada pria ini --

Melihat wajahnya yang melengking, hati Michael menjadi lebih jengkel, ia mengambil dagu Jasmine, memaksa untuk menatapnya. "Jasmine, bicara!"

Dagunya dipegang tangan yang dingin, Jasmine mengkerutkan keningnya, saat ia ingin diangkat, luka di lututnya terbuka. Dia tidak bisa menahannya lalu berteriak kesal, "Michael Fu, Berapa lama lagi kamu akan terus menyiksaku? "

Dia mengatakan sambil menangis, tidak ada sedikit kesenangan di matanya, jatuh di mata Michael, membuat hatinya hancur.

"Sampai kapan? Oh! Di kehidupan ini, kamu harus menanggung siksaanku, yaitu, kamu berutang pada Fiona, berutang pada Chandra, kau pembunuh!" Dia mengatakannya sambil menggertakkan giginya, lalu,membuang dagunya dan pergi.

Jasmine bersandar di tempat tidurnya, dadanya berdetak keras ... membunuh, membunuh orang, ternyata di dalam hatinya, Jasmine adalah orang seperti itu ...

Saat itu, luka di lutut, rasa sakit dari dalam hatinya, membuat Jasmine memikirkannya terus menerus.

Kebetulan, ada plester di meja samping tempat tidur yang ditinggal oleh dokter keluarga.

Setelah mengambil salep, Jasmine berusaha bangkit dan mencondongkan tubuh ke depan, memegang kapas, mengambil salep dan mengoleskannya pada lukanya.

"Ahh -" Salep dingin dioleskan padanya, memberikan sedikit rasa sakit.

Alis Jasmine berkerut, demam tinggi tidak surut, kepala masih pusing, matanya hampir terpejam, tetapi ia masih mengulurkan tangan ke kakinya, susah payah mengoles lututnya, tetapi pemandangan bukan segalanya, bagaimana mengoleskan salep itu bukan intinya.

Di luar pintu, Michael tidak pergi.

Mengangkat kepalanya, fokusnya ada pada wanita kecil yang ada di ranjang itu.

Tak bisa dijelaskan, ia melihatnya membungkuk, menundukkan kepalanya, dan mengambil obat kapas, yang membuat hatinya luluh.

Terdengar dentuman, pintu terbuka kembali.

Jasmine mengerang dan memandang ke pintu dan melihat Michael yang kembali masuk, "Kau ... kenapa kau kembali?"

“Hei, ini rumahku, jadi aku bisa sesuka ku masuk dan keluar, sesukaku pergi atau kembali, apa pedulimu?” jawab Michael dingin, ia berjalan beberapa langkah ke samping tempat tidur.

Jasmine meliriknya, mengangguk, tidak lagi berbicara, lalu menundukkan kepalanya dan kembali mengoles lututnya dengan kapas.

Melihat wanita itu mengabaikannya, Michael kesal dan mendengus, "Jika kau meminta tolong padaku, mungkin akan kupetimbangkan untuk membantu mengoleskan obat di kakimu.”

Tapi, Jasmine tetap tidak mengangkat kepalanya, menjawabnya dengan suara kecil, "Tidak usah, aku bisa melakukannya sendiri."

Michael mengerutkan kening, wanita bodoh ini, dia membungkukkan tubuhnya untuk membantunya, akhirnya ia menaikkan kepalanya!

Pria itu melangkah dan mengambil kapas di tangan wanita itu.

Di tangannya, Jasmine melihat ke atas dan menatap Michael dengan tidak percaya, "Michael, apa yang kau lakukan?"

“Karena kau tidak ingin aku membantumu mengoles obat, maka aku datang sendiri kepadamu!” Michael menghitamkan wajahnya, kata per kata, lalu ia langsung membuang kapasnya ke tanah.

Novel Terkait

Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu