Lelah Terhadap Cinta Ini - Bab 10 Pergumulan Jasmine

"Wakil Direktur Lo, kau baik-baik saja kan?" panggil Ines dengan sedikit ragu, ia tahu Jasmine pasti marah, bahkan ia yang orang luar saja bisa marah, apalagi Jasmine.

"Aku baik-baik saja, kau keluarlah saja," Jasmine tersenyum padanya, berusaha mengatur emosi sekuat tenaga, tapi yang tak bisa dihindari adalah, sekarang hatinya sangat jengkel.

"Baik," jawab Ines singkat.

Setelah Ines keluar, Jasmine barulah merasa lega, ia melepaskan semua kepura-puraannya, dengan lelah memijat-mijat alisnya.

Dulu ketika ada kasus selingkuhan Michael menghasutnya, ia bahkan bisa menghadapinya dengan mudah.

Namun, kali ini, lawannya tak lain adalah kakak kembarnya sendiri...

Bukan hanya Jenny yang keterlaluan, suaminya juga lebih keterlaluan.

Sangat tak mudah mencapai jam pulang kantor. Jasmine mengangkat tas dokumennya, keluar kantor, dan langsung menuju parkiran bawah.

Yang paling tak terpikirkan olehnya adalah, ia akan bertemu dengan dua orang yang paling tak ingin dijumpainya.

Dari kejauhan, tampak Jenny menggandeng mesra lengan Michael keluar dari lift.

"Michael, lenganku masih sakit sampai sekarang..." ucap Jenny manja sambil meletakkan kepalanya di pundak pria itu.

"Masih sakit? Nanti aku akan memeriksanya, sekalian..." Michael terhenti sejenak, lalu kembali melanjutkan dengan manis, "Sekalian memberimu pemeriksaan lengkap seluruh tubuh, bagaimana? Lihat apakah ada bagian lain yang tak nyaman?"

"Michael, kau jahat sekali!" Jenny mengerutkan hidung mungilnya, bermanja ria terhadap Michael.

"Lalu kau suka tidak kejahatanku? Kemarin di mobil, bukankah kau berharap aku lebih jahat lagi?" ujarnya lembut sambil memeluk erat pinggang Jenny.

Tangan Jasmine yang menarik pintu mobil tak pelak bergetar, ia hanya bisa berdiri mematung melihat keduanya berjalan mendekat dari kejauhan.

Hati dan tubuhnya terasa sakit, seperti diletakkan dalam mesin pemotong daging raksasa, dicincang sedikit demi sedikit, darah dan daging bercampur.

"Michael...bukankah itu Jasmine?" seru Jenny terkejut, ia menarik-narik lengan Michael.

Michael mengangkat kepala dan melihatnya tanpa ekspresi, sepasang bola mata hitamnya tampak sangat tenang. Sebetulnya, ia sudah melihat Jasmine sejak keluar dari lift.

Jasmine kembali sadar, ia mengalihkan pandangan, menundukkan kepala, dan membungkuk bersiap masuk mobil.

"Jasmine...tunggu sebentar..." seru Jenny lembut memanggil Jasmine.

Gerakan membungkuk Jasmine terhenti, ia tak jadi masuk ke mobil. Satu tangannya menarik pintu, bibirnya menyunggingkan senyum, sorot matanya menatap Jenny, "Ada apa?"

"Jasmine...apakah kau masih tak bisa memaafkan kakak? Aku dan Michael..." Jenny melepaskan tangannya dari Michael lalu berjalan mendekat dengan penuh rasa bersalah, matanya mulai berkaca-kaca.

Jasmine menatap kakak kembarnya ini dengan tenang. Ini baru menyadari bahwa kemampuan akting kakaknya ternyata sangat bagus.

"Kak, kalau kau ingin bertanya padaku, bisakah aku memaafkan seorang selingkuhan yang tidak terhormat, jawabanku adalah tidak."

Raut wajah Jenny langsung berubah begitu mendengarnya, akting lemah lembutnya terhenti, ia menggertakkan gigi. Namun, memikirkan bahwa Michael masih di sana, ia hanya bisa menoleh dan menarik-narik Michael, "Michael, Jasmine sungguh tak ingin memaafkanku, aku...lebih baik aku berpisah denganmu saja."

"Selingkuhan?" Mata Michael menyipit, berusaha mencerna kata ini.

"Jasmine, siapa sebenarnya yang selingkuhan, bukankah sudah jelas bagimu?"

Jasmine mengerutkan alisnya, benar, saat itu dialah yang merebut Michael dari tangan Fiona He dengan bekerja sama dengan Nenek.

Tapi, ia punya pergumulan sendiri sampai berlaku begitu.

Kalau bukan karena perbuatan yang dilakukan Fiona saat itu, ia tak mungkin mengiyakan permintaan Nenek...