Lelah Terhadap Cinta Ini - Bab 174 Bibi Yang Sudah Tidak Tertolong Lagi (2)

Selain Fiona, semua orang segera berlari mendekat.

“Dokter, bagaimana keadaanya?”

Semua orang sedang menunggu hasilnya, berharap ada kabar baik.

Tapi sialnya dokter menatap semua orang yang mengelilinginya dan menggelengkan kepalanya.

Jantung Jasmine Lo seolah berhenti berdegup.

Seketika Jasmine Lo sudah menutup mulutnya dan airmatanya mulai mengalir.

Yang sama-sama menangis adalah Fiona He.

Saat dokter keluar, Fiona He sudah melihat kearah dokter.

Tapi kabar yang ia tunggu, berbeda dengan kabar yang diharapkan orang lain.

Tidak pernah ada saat-saat seperti ini, dimana Fiona He sangat menginginkan kematian seseorang.

Saat dokter mengggelengkan kepala, tubuh Fiona He yang gemetar pun langsung merasa lega.

Setelah itu, air matanya pun mulai mengalir.

Bukan karena sedih,tapi takut.

Dia menangis karena ketakutan.

Fiona He benar-benar menangis karena ketakutan.

Kalau Bibi He tidak apa-apa, akibat dari semua itu tidak akan bisa ditanggung oleh Fiona He.

Tapi sekarang, Bibi He benar-benar sudah mati.

Fiona He akhirnya bisa bernafas lega.

Fiona He pun merebah diatas kursi panjang itu, bajunya pun sudah hampir basah semua.

Bibi He didorong keluar, wajahnya sangat pucat.

Tangis Jasmine Lo pun pecah.

Anak Bibi He Pun tiba-tiba terjatuh berlutut ke lantai, sepasang tangannya menggenggam tangan Bibi He yang dingin.

Michael Fu melihat kearah dokter.

Dokter menggelengkan kepala,”Maaf kami sudah berusaha. Awalnya semuanya sudah terkontrol, tapi pasien tiba-tiba mengalami pendarahan diotak,kami juga tidak bisa berbuat apa-apa lagi.”

Saat bicara, dokter terlihat sangat santai.

Para malaikat berbaju putih ini, sudah sering menyaksikan kematian. Tapi pada setiap akhir kehidupan, mereka juga pasti akan merasa terpuruk dan menyalahkan diri sendiri

Michael Fu seolah masih ingin mengatakan sesuatu. Ia sudah bersiap untuk mengeluarkan kalimatnya, tapi malah tidak mengatakan apa-apa.

Apa dia bisa menyalahkan dokter?

Dia bisa menyalahkan siapa?

Dia tidak bisa menyalahkan siapa-siapa.

Semua ini harus menyalahkan siapa?

Anak Bibi He perlahan membuka kain putih yang menutupi wajah Bibi He.

Jasmine Lo tidak tahan melihatnya dan segera berbalik kedalam pelukan Michael Fu.

Michael Fu memeluk Jasmine Lo, memegang erat pundaknya.

Pundak Jasmine Lo gemetar.

Michael Fu tau Jasmine Lo sangat terpukul, dia sendiripun sangat terpukul.

Bibi He sudah bekerja dirumahnya selama ini. Setiap kali Michael Fu dan Jasmine Lo bertengkar, Bibi pasti akan selalu merasa khawatir disamping mereka.

Bibi He benar-benar mengkhawatirkan mereka berdua. Setiap kali mereka berdua makan dan terdiam, Michael Fu bisa merasakan kalau Bibi He sedang gatal melihat mereka seperti itu.

Tapi sekarang, perasaan seperti itu tidak akan ada lagi.

Orang yang sudah mati tidak akan bisa hidup lagi, perpisahan adalah perpisahan.

Tidak akan bisa kembali lagi.

Mengingat itu, Michael Fu merasa sangat terpukul.

Dia sudah pernah melihat kepergian ibunya dengan mata kepalanya sendiri , dan sekarang ia malah kembali merasakan kepergian Bibi He.

Michael Fu tahu, dalam hidup ini kita akan mengalami pertemuan dan perpisahan yang terus menerus. Tapi tidak perduli sudah berapa kali ia lewati, itu pasti akan tetap membuatnya tidak tenang.

Bibi He didorong pergi.

Saat tangan itu mendorong Bibi pergi, Jasmine Lo malah mengulurkan tangannya dan ingin menahan.

Dia ingin menahan Bibi He, tapi melihat Bibi didorong semakin jauh, tangan Jasmine Lo pun terjatuh kebawah.

Sekujur tubuhnya merasa lemas.

Menghadapi kematian, kebanyakan orang akan melihatnya dengan hening, dan tidak boleh bersuara mengganggunya.

Dokter yang berjalan dikoridor pun mulai terlihat menjauh dan menghilang.

Kepergian yang sendiri, bagi dunia ini adalah hal yang biasa.

Tapi terkadang, banyak orang yang tidak tau. Dirinya sebenarnya adalah dunia bagi seseorang.

Anak Bibi He mengikuti Bibi He yang didorong, ia menangis seperti orang gila.

Mendengar suara tangisan bersama suara ban yang didorong menjauh,sekujur tubuh Jasmine Lo pun gemetar.

Dia merasa dia menghadapi sebuah kenyataan yang sama sekali tidak bisa ia terima.

Jasmine Lo rasa, kalau sekarang dia pulang kerumah. Bibi akan meletakkan serbet ditangannya, lalu berdiri dan menyambut kedatangannya.

Tapi sekarang, ia diberitahu kalau semua itu tidak akan ada lagi. Bagaimana ini bisa ia terima?

Jasmine Lo menangis sampai kedua kakinya menjadi lemas. Michael Fu pun memeluknya erat.

Michael Fu menepuk-nepuk punggungnya, membantu nafasnya agar agak tenang. Saat ini, Michael Fu teringat kalau ia sudah melupakan Fiona He,

Michael Fu menoleh pelan dan melihat Fiona He yang duduk diatas kursi.

Dan Fiona sudah tidak duduk diatas kursi, tapi sudah terbaring.

Dia pingsan.

Fiona He sebenarnya tidak bisa menerima tekanan yang besar, jadi ia pingsan.

Dia sudah melewati kondisi emosional yang berat. Ia yang sebenarnya sudah lemah dan malah menerima tekanan besar, akhirnya hilang kesadaran.

Hanya saja itu hanya hilang kesadaran sesaat, bukan masalah besar. Fiona He dipindahkan ke ruang rawat inap. Di infus, dan akan segera sadarkan diri.

Saat Fiona He sadar, ia melihat Michael Fu yang duduk dihadapannya dengan wajah gelisah.

“Fiona, kau tidak apa-apa kan?” Michael Fu melihat Fiona tersadar pun langsung bertanya dengan khawatir.

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
3 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu