Lelah Terhadap Cinta Ini - Bab 113, Aku Tidak Rela, Kamu Rela? (2)

Hati Jasmine saat ini sangat senang.

...

Malam itu, Michael dan Jasmine bersama-sama pergi ke samping sungai air jernih di kota H.

Kebetulan sekali pas mereka datang, ada festival lentera yang diadakan setahun sekali di kota H.

Melihat orang-orang di samping danau melepaskan lentera ke atas air, Jasmine juga ingin mencobanya.

"Kamu ingin melepas lentera juga?" Michael bisa merasakan kesenangan Jasmine, lalu dia berjalan ke samping jalan dan membeli satu lentera untuk Jasmine.

"Orang toko bilang harus tulis sendiri." Michael mengerutkan alisnya, "Kamu ingin tulis apa?"

Waktu kecil Michael pernah belajar kaligrafi, oleh karena itu dia cukup percaya diri dengan tulisannya.

"Kamu juga dong, masing-masing lepasin satu!" Jasmine senang hingga mukanya memerah, lalu dia berlari ke toko dan membeli satu lentera lagi.

"Pelan-pelan saja jalannya." Michael melihat Jasmine yang tergesa-gesa, lalu segera mengatakannya, dia takut Jasmine akan terjatuh.

Sejak kapan dia jadi cerewet seperti perempuan? Michael tidak berhenti mengingatkan dirinya, apakah benar dia sudah mau menjadi budak istri dan seorang ayah?

Jasmine membawa lentera dan kuas berjalan keluar dari toko, Michael menggeleng-gelengkan kepalanya, menyingkirkan pikiran-pikiran kacau itu dari kepalanya.

"Yuk, kita tulis masing-masing, jangan intip ya!" Jasmine berkata kepada Michael.

"Kamu bisa menulis pakai kuas?" Michael bertanya.

"Eh... tidak." Jasmine kaget, sedikit malu, "Tidak bisa pun tidak apa-apa, asalkan aku bersungguh-sungguh sudah oke kok."

"Tulis doa?" Michael tidak lagi mempermasalahkan tulisan kaligrafi, hal ini, asalkan Jasmine senang semuanya oke.

"Ya, apapun, tulis doa, harapan, asalkan yang baik-baik dan positif, pasti akan dikabulkan." Jasmine tersenyum manis.

Lalu Jasmine pergi ke samping dan menulisnya, dia menutupnya agar Michael tidak bisa melihatnya.

Michael merasa lucu, tulis apa misterius begitu, tidak boleh lihat, jangan-jangan kata-kata marah kepadaku.

Michael menggeleng-gelengkan kepalanya.

Dia melihat lentera yang ada di tangannya.

Tulis apa ya.

Michael berpikir keras, tapi akhirnya yang tertulis di lentera itu hanya ada dua kata.

"Jasmine Lo."

Setiap goresan penuh dengan kekuatan, walaupun tidak ditulis di atas kertas yang rapi, tapi tetap terlihat indah.

Michael sedikit terkesima melihat lentera ini.

Kenapa dia, ingin menulis nama Jasmine Lo disini?

Belum sempat berpikir panjang, Jasmine sudah memanggilnya, Jasmine juga sudah menulisnya.

Michael dan Jasmine berada dalam jarak yang tidak jauh, mereka melepaskan lentera mereka masing-masing.

Kedua lentera itu mengalir mengikuti arus air, lalu bersamaan dan semakin jauh.

Di satu lentera tertulis "Jasmine Lo", dan di satu lentera lagi juga sama, dua kata.

"Michael Fu."

Walaupun tidak rapi dan tidak indah, tapi setiap goresan menandakan kesungguhan hati si penulis.

"Hei, kamu tulis apa?" Walaupun Jasmine sendiri yang bilang tidak boleh intip dan harus merahasiakannya, tapi Jasmine akhirnya tidak bisa menahan, dan bertanya kepada Michael.

Michael melihat ekspresi Jasmine yang sangat menantikan jawabannya itu, tertawa dan menjawab, "Rahasia."

"Ah Michael kenapa kamu begitu, beritahu aku dong." Jasmine menarik tangan Michael dengan manja.

Michael tidak menjawabnya, dia hanya tersenyum dan membawa Jasmine berjalan ke depan.

Kedua lentera itu mengalir semakin jauh, tidak tahu mereka akan bersama berapa lama, tapi setidaknya sekarang, mereka sedang bersama.

...

Jenny tiba di rumah sakit Fiona He.

Pasien sakit jiwa biasanya akan tidur sangat cepat, Jenny tiba pada jam tujuh lebih, rata-rata pasien disana sudah tertidur.

Setelah Jenny memperkenalkan dirinya, dia pun dibawa oleh dokter yang menangani Fiona ke kamar Fiona.

Di dalam kamar, Fiona belum tertidur, duduk bersandar di sudut kamar dan melihat boneka beruang yang ada di tangannya.

Jenny masuk ke dalam.

Fiona sama sekali tidak mengangkat kepalanya.

"Asalkan bukan Michael, respon Fiona sama terhadap siapapun." Suster menjelaskan.

"Fiona He." Jenny memanggilnya.

Fiona mendengar ada yang memanggilnya pun menaikkan kepalanya.

Melihat wajah Jenny yang sedikit mirip dengan Jasmine, pandangan Fiona sedikit berbeda.

Tapi melihat Jenny tidak berkata apa-apa lagi, dia pun menundukkan kepalanya kembali.

"Fiona." Jenny memanggilnya kembali, lalu jongkok, dan tetap menatap Fiona He.

Lalu Jenny sedikit menggertakkan giginya dan berkata, "Anak Michael dan Jasmine sudah mau lahir, kamu malah duduk disini bermain dengan boneka!"

Gerakan tangan Fiona sangat jelas!

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu