Lelah Terhadap Cinta Ini - Bab 7 Pria dan Wanita Itu, Masih Tidak Cocok

Michael menyipitkan matanya dan tersenyum dingin, ia bangkit dari tempat duduknya, dengan langkah lebar ia berjalan ke depan wanita itu, kemudian dengan tenaga besar ia mendorongnya, membuat wanita itu terbaring di atas meja panjang.

"Direktur Fu… Apa yang anda lakukan?" Tanya Jasmine dengan mata melotot dan terkejut, ini adalah ruang rapat, sewaktu-waktu bisa ada orang masuk, ia tak ingin orang lain melihat wujudnya yang menyedihkan.

***

Jasmine berusaha melawan untuk bangun, namun tenaganya di hadapan Michael tidak ada apa-apanya.

Michael menimpa tubuh Jasmine, kedua tangannya meremas pergelangan tangan Jasmine. Matanya menatap wanita itu dengan keji.

"Jasmine Lo, sekarang nyalimu semakin besar ya, bisa-bisanya kamu menggunakan nenek untuk mengancamku? Apa-apaan kamu?"

Ekspresi galak pria itu seperti tak sabar ingin mengulitinya dan memakannya hidup-hidup.

Punggung Jasmine bersandar pada meja rapat, pinggangnya tertusuk sisi meja, rasanya sakit.

Ia menelan ludah, ia mendongak melihat wajah yang berada sangat dekat tepat di depan matanya itu, pelan-pelan ia berkata, "Aku adalah istrimu yang sah, di surat nikah tertulis jelas aku adalah Nyonya Fu, direktur, kau masih bertanya aku ini apa?"

"Hah! Nyonya Fu? Boleh juga, kalau kau begini tak sabar untuk menempel padaku, aku bantu kamu mengabulkannya, sekarang juga di sini aku akan mempraktekkan hak suami istri padamu!"

Setelah berkata demikian, tangan besar dan dingin pria itu mendarat di paha Jasmine.

Hari ini Jasmine mengenakan rok hitam ketat, ujung roknya hanya mencapai paha, karena ia berbaring di atas meja rapat, roknya menjadi lebih pendek lagi.

Merasakan sentuhan dingin tangan besar itu, seluruh tubuh Jasmine gemetar, ingatan buruk tentang kemarin malam perlahan muncul kembali, hingga saat ini kedua kakinya masih terasa sakit.

"Tidak mau… Michael, kita sedang di perusahaan! Kalau mau, lakukan di rumah, jangan di sini!" Ujarnya sambil menjulurkan tangan, dengan sekuat tenaga ia menahan dada pria itu, memohon dengan pasrah.

Ia boleh terlihat rendah di hadapan Michael, boleh tak punya harga diri, namun sekarang sedang di perusahaan, ia tak ingin bawahannya tahu, tidak ingin bawahannya melihatnya seperti itu.

"Bukankah kamu bilang kamu adalah istriku yang sah? Kalau begitu di mana pun aku mau kamu jadi istriku, itu pantas dan benar!" Ujar Michael sambil tertawa keji.

"Tidak… Tidak mau… Kumohon…" Jasmine dengan pasrah memohon padanya, keluar air mata di matanya.

Namun Michael tidak bersimpati padanya, sebelah tangannya yang besar itu diselipkan memasuki kemeja Jasmine.

"Tidak!" Teriak Jasmine dengan menderita sambil menggertakkan gigi, air mata mengalir di pipinya.

Di saat ini pula, terdengar suara "klotak" di pintu, dokumen jatuh di lantai.

"Ah… Maaf, maafkan saya, direktur, saya… Saya tidak melihat apa-apa," ujar Ines dengan pipi memerah dan canggung, dengan buru-buru mengambil map dokumen yang terjatuh, lalu menutup pintu dan pergi.

Karena diganggu tanpa alasan, Michael kehilangan mood, ia menghela nafas, dengan aura seperti pembunuh, ia turun dari tubuh Jasmine.

Setelah bebas, Jasmine buru-buru bangun dan mengenakan sepatu hak tingginya, dengan tertatih-tatih berjalan beberapa langkah, dengan sengaja menjaga jarak dari Michael.

Ia dengan cepat memasang kancing kemejanya yang terlepas, bahkan ia tak sempat mengambil map dokumennya, ia langsung membuka pintu dan kabur dari sana.

Sesampainya di kantor pribadinya, ia menutup pintu, ia bersandar di pintu sambil menangis.

Pernikahan semacam ini, sebenarnya apa yang ia pertahankan.

Sambil bersandar di pintu, ia jatuh terduduk di lantai, ia memendam kepalanya di tangannya dalam-dalam dan menangis tersedu-sedu.

Dulu, bertemu masalah sesulit apapun ia tak pernah begitu menderita.

Tetapi, begitu ia bertemu Michael, ia tak bisa mengendalikan moodnya.

Entah sudah berapa lama Jasmine berusaha mengontrol moodnya, ia berdiri dari lantai, baru saja kembali duduk, telepon di atas mejanya berdering.

Ia menghirup nafas, memastikan suaranya sudah tak terdengar seperti menangis, baru ia mengangkat telepon.

"Halo?"

"Jasmine, apakah kamu sedang sibuk?" Suara nenek Fu terdengar dari ujung telepon.

"Nenek…" Jasmine mengusap matanya yang membengkak merah, sambil menggenggam gagang telepon, ia menggeleng-gelengkan kepala. "Aku tidak sedang sibuk."

"Barusan ini aku meneleponmu, Michael yang mengangkat, katanya telponmu tertinggal di sana. Jasmine, hubunganmu dan Michael apakah sudah agak membaik? Kalau ada berita bagus, jangan kamu sembunyikan dariku!" Nenek Fu tersenyum lebar.

Jasmine mengerutkan dahi, ia menggantungkan jarinya erat-erat di sisi meja.

Hubungannya dengan Michael… Bagaimana ia harus memberitahu Nenek Fu, mereka masih begitu tidak cocok…

Novel Terkait

Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu